Di zaman akhir ini kita patut waspada terhadap apa-apa yang bisa menjerumuskan akidah kita kedalam kesesatan yang nyata. Dimana-mana bermunculan banyak aliran agama yang melenceng dari akidah Islam yang lurus, seperti aliran Ahmadiyah yang mengaku Ghulam Ahmad sebagai nabinya, atau Pengikut salamullah yang diketuai Lia Edan (lia eden) yang mengaku bertemu malaikat jibril seperti yang dialami nabi Muhammad SAW, dan banyak aliran kesesatan yang nyata diIndonesia ini, belum lagi yang didunia, berikut ini list daftar versi MUI, berbagai aliran sesat yang terliput di Indonesia. :
1. Ahmad Sayuti mengaku Sang Nabi Baru asal Bandung | ||
2. Ahmad Mushaddeq sang rasul | ||
3. Lia Eden | ||
4. Abdul Rahman | ||
5. LDII | ||
6. Ahmadiyah | ||
7. NII KW IX - Al Zaytun | ||
8. Baha'i | ||
9. Sepilis - Sekularisme Pluralisme Liberalisme | ||
10. Natalan/Doa Bersama | ||
11. Sholat 2 Bahasa | ||
12. Menembus Gelap | ||
13. Jamaah An Nadzir | ||
14. Al-Wahidiyah | ||
15. Islam-Sejati |
dan berikut adalah kriteria aliran sesat versi MUI :
1. Mengingkari salah satu rukun Iman dan rukun Islam.
2. Meyakini atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dengan dalil syar’i (al-Qur’an dan as-Sunnah).
3. Meyakini turunnya wahyu sesudah al-Qur’an.
4. Mengingkari keaslian dan kebenaran al-Qur’an.
5. Menafsirkan al-Qur’an dengan tidak berdasar kaidah-kaidah tafsir.
6. Mengingkari kedudukan hadits nabi sebagai sumber ajaran Islam.
7. Menghina, melecehkan, atau merendahkan nabi dan rosul.
8. Mengingkari Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam sebagai nabi dan rosul terakhir.
9. Mengubah, menambah, dan mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan syari’at.
10. Mengkafirkan sesama Muslim tanpa dalil syar’i.
Disatu sisi, munculnya aliran-aliran sesat ini sangat menyedihkan dan memprihatinkan umat. Tetapi disisi yang lain, ini adalah bukti kebenaran Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam. Sebab, beliau telah mengabarkan kita sejak 15 abad yang silam bahwa umatnya kelak akan berselisih dan berpecah belah menjadi 73 golongan. Semuanya berada di neraka kecuali satu golongan yang selamat yaitu Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.
“Sesungguhnya Bani Israil telah berpecah belah menjadi 72 kelompok keagamaan, dan umatku akan berpecah belah menjadi 73 kelompok keagamaan. Seluruhnya berada di api neraka kecuali satu kelompok. Mereka (para sahabat) bertanya: ‘Siapa satu kelompok itu wahai Rosululloh?’, maka beliau menjawab: ‘Mereka yang mengikuti jejakku dan jejak para sahabatku.” (HR. Tirmidzi, Hakim, dan Laika’i).
Sebab utama dari maraknya penyimpangan-penyimpangan tersebut sebenarnya berakar pada dua hal, yakni:
1. Tidak mengikuti metode sahabat dalam memahami al-Qur’an dan as-Sunnah.
2. Berpedoman kepada sumber-sumber lain selain al-Qur’an dan as-Sunnah dalam mengambil hukum-hukum Islam, seperti akal dan lain sebagainya.
Sedangkan kedua sebab tersebut didasari oleh hawa nafsu dan kejahilan (kebodohan). supaya kita tidak terjerumus kedalam segala sesuatu yang menyesatkan maka kita perlu berpedoman hanya kepada pusaka warisan Rosululloh SAW yaitu Al-Qur'an dan As-sunnah (Hadits Nabi SAW). maka bukti Nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir sudah jelas yaitu bukti dalil sudah jelas dalam Al-Qur'an dan yang disabdakan nabi sebagai berikut :
“Sesungguhnya Bani Israil telah berpecah belah menjadi 72 kelompok keagamaan, dan umatku akan berpecah belah menjadi 73 kelompok keagamaan. Seluruhnya berada di api neraka kecuali satu kelompok. Mereka (para sahabat) bertanya: ‘Siapa satu kelompok itu wahai Rosululloh?’, maka beliau menjawab: ‘Mereka yang mengikuti jejakku dan jejak para sahabatku.” (HR. Tirmidzi, Hakim, dan Laika’i).
Sebab utama dari maraknya penyimpangan-penyimpangan tersebut sebenarnya berakar pada dua hal, yakni:
1. Tidak mengikuti metode sahabat dalam memahami al-Qur’an dan as-Sunnah.
2. Berpedoman kepada sumber-sumber lain selain al-Qur’an dan as-Sunnah dalam mengambil hukum-hukum Islam, seperti akal dan lain sebagainya.
Sedangkan kedua sebab tersebut didasari oleh hawa nafsu dan kejahilan (kebodohan). supaya kita tidak terjerumus kedalam segala sesuatu yang menyesatkan maka kita perlu berpedoman hanya kepada pusaka warisan Rosululloh SAW yaitu Al-Qur'an dan As-sunnah (Hadits Nabi SAW). maka bukti Nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir sudah jelas yaitu bukti dalil sudah jelas dalam Al-Qur'an dan yang disabdakan nabi sebagai berikut :
Allah ta’ala berfirman,:
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
“Muhammad itu bukanlah ayah dari salah seorang lelaki di antara kalian. Akan tetapi, beliau adalah utusan Allah dan penutup nabi-nabi. Dan Allah terhadap segala sesuatu Maha mengetahui.” (QS. al-Ahzab: 40)
Di dalam kitab tafsirnya, Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata:
فهذه الآية نص في أنه لا نبي بعده، وإذا كان لا نبي بعده فلا رسول [بعده] بطريق الأولى والأحرى؛ لأن مقام الرسالة أخص من مقام النبوة، فإن كل رسول نبي، ولا ينعكس. وبذلك وردت الأحاديث المتواترة عن رسول الله صلى الله عليه وسلم من حديث جماعة من الصحابة.
“Ayat ini merupakan dasar hukum yang tegas yang menyatakan bahwa tidak ada lagi nabi setelah beliau. Dan apabila tidak ada Nabi sesudahnya maka itu artinya lebih-lebih lagi tidak ada rasul [setelahnya]. Sebab kedudukan kerasulan itu lebih istimewa daripada kedudukan kenabian. Karena setiap rasul itu pasti nabi, dan tidak sebaliknya. Banyak hadits mutawatir dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melalui penuturan jama’ah para Sahabat yang telah menegaskan hal itu.” (Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim [6/428] asy-Syamilah)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَأَنَا خَاتَمُ النَّبِيِّينَ لَا نَبِيَّ بَعْدِي
“…Aku adalah penutup nabi-nabi, [artinya] tidak ada lagi Nabi sesudahku…” (HR. Abu Dawud dll dari Tsauban radhiyallahu’anhu. al-Hafizh berkata: “Hadits ini dikeluarkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi, dinilai sahih oleh Ibnu Hibban”, lihat al-Fath [20/131] asy-Syamilah)
Penulis kitab ‘Aun al-Ma’bud syarah/keterangan atas Sunan Abu Dawud berkata:
( لَا نَبِيّ بَعْدِي ) : تَفْسِير لِمَا قَبْله
“Tidak ada lagi Nabi sesudahku; Ini merupakan tafsiran dari ucapan sebelumnya [yaitu ‘aku adalah penutup nabi-nabi’].” (‘Aun al-Ma’bud [9/292] asy-Syamilah)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَأَنَا الْعَاقِبُ وَالْعَاقِبُ الَّذِي لَيْسَ بَعْدَهُ نَبِيٌّ
“Aku adalah al-‘Aqib/yang paling belakang; al-‘Aqib yaitu [nabi] yang tidak ada lagi nabi sesudahnya.” (HR. Muslim dari Jubair bin Muth’im radhiyallahu’anhu)
Berdasarkan ayat dan hadits-hadits yang agung di atas teranglah bagi kita semua kebatilan pendapat yang menyatakan bahwa masih ada nabi setelah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah kebenaran, lantas apa lagi yang masih tersisa setelah kebenaran kecuali kesesatan yang nyata yang akan menjerumuskan pengikutnya kedalam kesengsaran dunia dan akhirat. Naudzubillah.
Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin. (Refrensi : dari berbagai sumber)
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
“Muhammad itu bukanlah ayah dari salah seorang lelaki di antara kalian. Akan tetapi, beliau adalah utusan Allah dan penutup nabi-nabi. Dan Allah terhadap segala sesuatu Maha mengetahui.” (QS. al-Ahzab: 40)
Di dalam kitab tafsirnya, Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata:
فهذه الآية نص في أنه لا نبي بعده، وإذا كان لا نبي بعده فلا رسول [بعده] بطريق الأولى والأحرى؛ لأن مقام الرسالة أخص من مقام النبوة، فإن كل رسول نبي، ولا ينعكس. وبذلك وردت الأحاديث المتواترة عن رسول الله صلى الله عليه وسلم من حديث جماعة من الصحابة.
“Ayat ini merupakan dasar hukum yang tegas yang menyatakan bahwa tidak ada lagi nabi setelah beliau. Dan apabila tidak ada Nabi sesudahnya maka itu artinya lebih-lebih lagi tidak ada rasul [setelahnya]. Sebab kedudukan kerasulan itu lebih istimewa daripada kedudukan kenabian. Karena setiap rasul itu pasti nabi, dan tidak sebaliknya. Banyak hadits mutawatir dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melalui penuturan jama’ah para Sahabat yang telah menegaskan hal itu.” (Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim [6/428] asy-Syamilah)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَأَنَا خَاتَمُ النَّبِيِّينَ لَا نَبِيَّ بَعْدِي
“…Aku adalah penutup nabi-nabi, [artinya] tidak ada lagi Nabi sesudahku…” (HR. Abu Dawud dll dari Tsauban radhiyallahu’anhu. al-Hafizh berkata: “Hadits ini dikeluarkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi, dinilai sahih oleh Ibnu Hibban”, lihat al-Fath [20/131] asy-Syamilah)
Penulis kitab ‘Aun al-Ma’bud syarah/keterangan atas Sunan Abu Dawud berkata:
( لَا نَبِيّ بَعْدِي ) : تَفْسِير لِمَا قَبْله
“Tidak ada lagi Nabi sesudahku; Ini merupakan tafsiran dari ucapan sebelumnya [yaitu ‘aku adalah penutup nabi-nabi’].” (‘Aun al-Ma’bud [9/292] asy-Syamilah)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَأَنَا الْعَاقِبُ وَالْعَاقِبُ الَّذِي لَيْسَ بَعْدَهُ نَبِيٌّ
“Aku adalah al-‘Aqib/yang paling belakang; al-‘Aqib yaitu [nabi] yang tidak ada lagi nabi sesudahnya.” (HR. Muslim dari Jubair bin Muth’im radhiyallahu’anhu)
Berdasarkan ayat dan hadits-hadits yang agung di atas teranglah bagi kita semua kebatilan pendapat yang menyatakan bahwa masih ada nabi setelah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah kebenaran, lantas apa lagi yang masih tersisa setelah kebenaran kecuali kesesatan yang nyata yang akan menjerumuskan pengikutnya kedalam kesengsaran dunia dan akhirat. Naudzubillah.
Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin. (Refrensi : dari berbagai sumber)
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentarnya jika ada link mati harap lapor. jazakumullah