Perayaan ulang tahun atas kelahiran seseorang atau suatu organisasi tertentu tidak pernah diperintahkan oleh Rasulullah SAW. Karena itu bila dilakukan, tidak bernilai ibadah. Selain itu jika diteliti lebih jauh ternyata hal itu merupakan prilaku tasyabuh (meniru-niru budaya orang kafir).
Cukup banyak ulama tidak menyetujui perayaan ulang tahun yang diadakan tiap tahun. Tentu mereka datang dengan dalil dan hujjah yang kuat. Di antara alasan penolakan mereka terhadap perayaan ulang tahun antara lain:
1. Ulang tahun bila sampai menjadi keharusan untuk dirayakan dianggap sebuah bid’ah.
Sebab Rasulullah SAW belum pernah memerintahkannya, bahkan meski sekedar mengisyaratkannya pun tidak pernah. Sehingga bila seorang muslim sampai merasa bahwa perayaan hari ulang tahun itu sebagai sebuah kewajiban, masuklah dia dalam kategori pembuat bid’ah.
2. Ulang tahun adalah produk Barat/ non muslim
Selain itu, kita tahu persis bahwa perayaan uang tahun itu diimpor begitu saja dari barat yang nota bene bukan beragama Islam. Sedangkan sebagai muslim, sebenarnya kita punya kedudukan yang jauh lebih tinggi. Bukan pada tempatnya sebagai bangsa muslim, malah mengekor Barat dalam masalah tata kehidupan.
Seolah pola hidup dan kebiasaan orang Barat itu mau tidak mau harus dikerjakan oleh kita yang muslim ini. Kalau sampai demikian, sebenarnya jiwa kita ini sudah terjajah tanpa kita sadari. Buktinya, life style mereka sampai mendarah daging di otak kita, sampai-sampai banyak di antara kita mereka kurang sreg kalau pada hari ulang tahun anaknya tidak merayakannya. Meski hanya sekedar dengan ucapan selamat ulang tahun.
3. Apakah Manfaat Merayakan Ulang Tahun?
Selain itu perlu juga kita renungkan sebagai muslim, apakah tujuan dan manfaat sebenarnya bisa kitadapat dari perayaan ini? Adakah nilai-nilai positif di dalamnya? Ataukah sekedar meneruskan sebuah tradisi yang tidak ada landasannya? Apakah ada di antara tujuan yang ingin dicapai itu sesuatu yang penting dalam hidup ini? Atau sekedar penghamburan uang?
Pertanyaan berikutnya,adakah sesuatu yang menambah iman, ilmu atau amal? Atau menambah manfaat baik pribadi, sosial atau lainnya? Pertanyaan berikutnya dan ini akan menjadi sangat penting, adakah dalam pelaksanaan acara seperti itu maksiat dan dosa yang dilanggar?
Yang terkahir namun tetap penting, bila ternyata semua jawaban di atas positif, dan acara seperti itu menjadi tradisi, apakah tidak akan menimbulkan salah paham pada generasi berikut seolah-olah acara seperti ini ‘harus’ dilakukan? Hal ini seperti yang terjadi pada upacara peringat hari besar Islam baik itu kelahiran, isra` mi`raj dan sebagainya.
Jangan sampai dikemudian hari, lahir generasi yang menganggap perayaan ulang tahun adalah ‘sesuatu’ yang harus terlaksana. Bila memang demikian, bukankah kita telah kehilangan makna?
Kalau menimbang-nimbang pernyataan di atas, ada baiknya kita yang sudah terlanjur merayakan ulang tahun buat anak atau bahkan untuk diri kita sendiri melakukan evaluasi besar.
Sebaliknya, mungkin ada baiknya pemikiran yang disampaikan oleh Dr. Yusuf Al-Qradawi tentang ulang tahun untuk anak. Misalnya, pada saat anak itu berusia 7 tahun, tidak ada salahnya kita ajak dia untuk menyampaikan pesan-pesan dalam acara khusus tentang keadaannya yang kini menginjak usia 7 tahun. Di mana Rasulullah SAW telah memerintahkan kepada para orang tua untuk menyuruh anaknya shalat di usia itu.
Bolehlah dibuat acara khusus untuk penyampaian pesan ini, agar terasa ada kesan tertentu di dalam diri si anak. Bahwa sejak hari itu, dirinya telah mendapatkan sebuah tugas resmi, yaitu diperintahkan untuk shalat.
Nanti di usia 10 tahun, hal yang sama boleh dilakukan lagi, yaitu sebagaimana perintah Rasulullah SAW untuk menambah atau menguatkan lagi perintah shalat. Kali ini dengan ancaman pukulan bila masih saja malas melakukan shalat. Bolehlah diadakan suatu acara khusus di mana inti acaranya menetapkan bahwa si anak hari ini sudah berusia 10 tahun, di mana Rasulullah SAW membolehkan orang tua memukul anaknya bila tidak mau shalat.
Kira-kira usia 15 tahun lebih kurangnya, ketika anak pertama kali baligh, boleh juga diadakan acara lagi. Kali ini orang tua menegaskan bahwa anak sudah termasuk mukallaf, sehingga semua hitungan amalnya baik dan buruk sejak hari itu akan mulai dicatat. Bolehlah pada hari itu orang tua membuat acara khusus yang intinya menyampaikan pesan-pesan ini.
Jadi bukan tiap tahun bikin pesta undang teman-teman, lalu tiup lilin, potong kue, bernyanyi-nyanyi, memberi kado. Pola seperti ini sama sekali tidak diajarkan di dalam agama kita dan cenderung tidak ada manfaatnya, bahkan kalau mau jujur, justru merupakan cerminan dari sebuah mentalitas bangsa terjajah yang rela mengekor pada tradisi bangsa lain.
Bukankah Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi dari padanya? Lalu mengapa kita bangsa Islam ini harus mengekor pada tradisi bangsa lain yang jauh lebih rendah?
Mungkin jawabannya yang paling jujur adalah "mintalah fatwa dari hati nuranimu".
“Barangsiapa menemui Alloh dalam keadaan tidak berbuat syirik kepada-Nya sedikitpun, pasti masuk surga. Sedangkan barangsiapa menemui-Nya dalam keadaan berbuat sesuatu kesyirikan kepada-Nya, pasti masuk neraka.” (HR. Muslim)
Pelajaran dari Hadits :
1. Syirik adalah perbuatan dosa yang harus ditakuti dan dijauhi.
2. Riya termasuk perbuatan syirik.
3. Riya termasuk syirik ashghor (kecil. Jadi syirik terbagi menjadi dua macam; yaitu syirik akbar (besar): memperlakukan sesuatu selain Alloh sama dengan Alloh, dalam hal-hal yang merupakan hak khusus baginya.
Syirik asghor (syirik kecil) : perbuatan yang disebutkan didalam Al Qur’an dan Hadits sebagai suatu kesyirikan tetapi belum sampai ke tingkat syirik akbar.
Adapun perbedaan di antara keduanya:
Syirik akbar menghapus semua/ seluruh amal kebajikan, sedangkan syirik ashghor hanya menghapuskan amalan yang disertainya saja.
Syirik akbar mengakibatkan pelakunya kekal di dalam Neraka, sedangkan syirik ashghor tidak sampai demikian.
Syirik akbar menjadikan pelakunya keluar dari Islam, sedangkan syirik ashghor tidak menyebabkan pelakunya keluar dari Islam.
4. Syirik ashghor ini adalah perbuatan dosa yang paling dikhawatirkan oleh Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam terhadap para shohabatnya, padahal mereka itu adalah orang-orang sholih.
5. Surga dan neraka benar-benar ada, dan keduanya merupakan makhluk ciptaan Alloh subhanahu wa ta’ala.
6. Barangsiapa mati dalam keadaan tidak berbuat syirik kepada Alloh sedikitpun, ia dijanjikan masuk surga. Tetapi barangsiapa meninggal dalam keadaan menyekutukan Alloh, maka ia akan masuk neraka jahannam, sekalipun banyak sekali peribadatan yang telah ia kerjakan.
7. Masalah penting, yaitu: bahwa Nabi Ibrohim memohon kepada Alloh untuk dirinya dan anak cucunya supaya dijauhkan dari perbuatan menyembah berhala.
8. Nabi Ibrohim mengambil pelajaran dari keadaan sebagian besar manusia, yaitu: bahwa mereka itu adalah sebagaimana kata beliau:
“Ya Robbku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia….. (QS. Ibrohim: 36)
9. Bab ini mengandung tafsiran kalimat “La Ilaha Illalloh”.
10. Keutamaan bagi orang yang dirinya bersih dari syirik. Yaitu masuk surga yang penuh dengan kenikmatan yang tiada tara, belum pernah terbetik dalam pikiran, dilihat oleh mata manusia.
Definisi syirik adalah lawan kata dari tauhid, yaitu sikap menyekutukan Allah secara dzat, sifat, perbuatan, dan ibadah. Adapun syirik secara dzat adalah dengan meyakini bahwa dzat Allah seperti dzat makhlukNya.
Asal Mula Kesyirikan
Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan ;
Orang-orang musyrik yang Allah dan Rasul-Nya mensifati mereka dengan syirik, asal pokok ajaran mereka adalah dari dua kelompok, yaitu dari kaum Nuh dan kaum Ibrahim.
§Pada kaum Nuh, asal kesyirikan yang mereka perbuat adalah dari beri’tikaf (berdiam) di kuburan orang-orang sholeh, lalu mereka membuat patung-patung mereka dan akhirnya mereka menyembah orang-orang sholeh tersebut.
§Pada kaum Ibrahim, asal kesyirikan yang mereka perbuat adalah dengan beribadah pada bintang-bintang, matahari dan rembulan.
Padahal setiap dari mereka sebenarnya menyembah jin (jin yang durhaka, yaitu setan, -pen). Setan sebenarnya-lah yang berbicara dengan orang-orang musyrik dan menolong mereka pada suatu urusan. Namun orang-orang musyrik tersebut malah yakin bahwa yang mereka sembah adalah malaikat. Sebenarnya mereka hanyalah menyembah jin. Jin-lah yang sebenarnya menolong dan ridho akan syirik yang mereka perbuat. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya kemudian Allah berfirman kepada Malaikat: "Apakah mereka ini dahulu menyembah kamu?" Malaikat-malaikat itu menjawab: "Maha suci Engkau. Engkaulah pelindung Kami, bukan mereka; bahkan mereka telah menyembah jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu".” (QS. Saba’: 40-41)
Dari bahasan diatas dapat kita simpulkan bahwa syirik adalah bermula dari sifat ghuluw (berlebihan) kepada orang sholeh, benda-benda langit dll. Begitu juga yang menimpa orang nasrani mereka menganggap nabi Isa AS adalah tuhan, padahal justru dengan begitu mereka telah keluar dari jalan yang lurus dan telah tersesat sejauh timur dan barat.
Sebab-Sebab Terjerumus kedalam Kesyirikan
Ada tiga sebab fundamental munculnya prilaku syirik, yaitu al-jahlu (kebodohan), dha’ful iiman (lemahnya iman), dan taqliid (ikut-ikutan secara membabi-buta).
Al-jahlu sebab pertama perbuatan syirik. Karenanya masyarakat sebelum datangnya Islam disebut dengan masyarakat jahiliyah. Sebab, mereka tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Dalam kondisi yang penuh dengan kebodohan itu, orang-orang cendrung berbuat syirik. Karenanya semakin jahiliyah suatu kaum, bisa dipastikan kecendrungan berbuat syirik semakin kuat. Dan biasanya di tengah masyarakat jahiliyah para dukun selalu menjadi rujukan utama. Mengapa? Sebab mereka bodoh, dan dengan kobodohannya mereka tidak tahu bagaimana seharusnya mengatasi berbagai persoalan yang mereka hadapi. Ujung-ujungnya para dukun sebagai narasumber yang sangat mereka agungkan.
Penyebab kedua perbuatan syirik adalah dha’ful iimaan (lemahnya iman). Seorang yang imannya lemah cendrung berbuat maksiat. Sebab, rasa takut kepada Allah tidak kuat. Lemahnya rasa takut kepada Allah ini akan dimanfaatkan oleh hawa nafsu untuk menguasai diri seseorang. Ketika seseorang dibimbing oleh hawa nafsunya, maka tidak mustahil ia akan jatuh ke dalam perbuatan-perbuatan syirik seperti memohon kepada pohonan besar karena ingin segera kaya, datang ke kuburan para wali untuk minta pertolongan agar ia dipilih jadi presiden, atau selalu merujuk kepada para dukun untuk suapaya penampilannya tetap memikat hati orang banyak.
Taqliid buta sebab yang ketiga. Al-Qur’an selalu menggambarkan bahwa orang-orang yang menyekutukan Allah selalu memberi alasan mereka melakukan itu karena mengikuti jejak nenek moyang mereka.
“Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata, ‘Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya.’ Katakanlah, ‘Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji.’ Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?” [QS. Al-A'raf (7): 28]
Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah.” Mereka menjawab, “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami.” “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?” [QS. Al-Baqarah (2): 170]
Apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul.” Mereka menjawab, “Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya.” Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?” [QS. Al-Maidah (5): 104]
BAHAYA DAN ANCAMAN BAGI PELAKU KESYIRIKAN.
Syirik (menyekutukan Allah) merupakan dosa paling besar disisi Allah Ta’ala. Baik didalam al-Qur’an maupun sunah / hadits nabi SAW banyak disebutkan tentang ancaman-ancaman besar kepada pelaku syirik diantaranya ;
Pertama, SYIRIK merupakan dosa besar yang tidak diampuni kecuali bertaubat sebelum mati.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia Telah berbuat dosa yang besar. (QS. An Nisa: 48)
Ketika dosa sudah tidak siampuni, dimanakah tempat kembali pelakunya diakhirat? Tidak lain adalah neraka jahanam tempat kembalinya. Pelaku syirik (orang musyrik) dijamin Allah Ta’ala dengan neraka sebagai tempat tinggalnya. Kelak akan kekal dalam derita tanpa jeda untuk selama-lamanya, Naudzubillahi min dzalik.
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah adalah Al Masih putra Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israel, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu" Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang lalim itu seorang penolong pun.” (Q.S. Al-Maaidah ayat 72)
Ayat diatas selain mengancam orang musyrik masuk neraka juga ancaman kepada yang mengklaim nabi Isa Alaihissalam (orang nasrani menyebutnya yesus) adalah tuhan, jika ada yang meyakini demikian sesungguhnya dia kafir dan Jahanam adalah tempat tinggal yang pantas untuknya. Padahal nabi Isa adalah Rasul (utusan) Allah, bukan tuhan seperti apa yang dikatakan orang-orang kristiani. Maha Suci Allah dari perkataan kotor mereka.
Kedua, SYIRIK adalah penghapus segala amalan baik.
Pelaku syirik merupakan orang yang rugi, mereka sudah susah payah melakukan berbagai amal shalih yang disangka dapat menjadi bekalnya kelak, namun ternyata amalan-amalan tersebut dihapus oleh Allah Ta’ala. Tidak berguna dan sia-sia belaka. Allah Ta’ala berfirman
Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.(Q.S. Al-Anam ayat 88)
Ketiga, SYIRIK merupakan sebab halalnya darah dan harta pelaku kesyirikan itu.
Jika seseorang syirik kepada Allah Ta’ala maka halal harta dan darahnya karena telah dianggap murtad sebelum pelakunya bertaubat.
Sebagaimana pada zaman Rasulullah SAW dahulu, kaum musyrikin diperangi. Sebagai wujud dari firman Allah dalam surat At-Taubah ayat 5 :
“Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. Jika mereka bertobat dan mendirikan salat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(Q.S. At-Taubah ayat 5)
Dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Aku diperintah untuk memerangi manusia sehingga bersaksi bahwa tiada ilah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, dan supaya mereka menegakkan shalat dan mengeluarkan zakat. Jika mereka melakukan itu maka darah dan harta mereka mendapat perlindungan dariku, kecuali karena alasan-alasan hukum Islam. Sedangkan perhitungan terakhir mereka terserah kepada Allah.
(HR. Bukhari)
Begitu besar dan menakutkan akibat syirik, namun sayang banyak yang melakukan. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari, dari bayi yang masih dalam kandungan sampai mau masuk liang kubur masih selalu ditemani ritual-ritual kesyirikan. Akankah kita terus menerus tidak sadar dan tidak tergugah untuk lepas dari kesyirikan? Hingga akhirnya merugi amat besar ?.
Keempat, SYIRIK adalah sumber ketakutan dan kesengsaraan.
“Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zhalim.” [QS. Ali Imran (3): 151]
Kelima, pelaku SYIRIK adalah makhluq yang paling hina yang pernah tercipta di dunia dan akhirat.
Bahkan mereka lebih hina dari binatang ternak, firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
“Sesungguhnya orang-orang kafir dari ahli kitab (Yahudi dan Nashrani) dan orang-orang musyrik (akan masuk) neraka jahannam kekal di dalamnya. Mereka adalah seburuk-buruk makhluq.” (QS Al-Bayyinah:6)
“Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami? Mereka itu tidak lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).” (QS. Al-Furqon:44).
“Dengan ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia. Barang siapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” [QS. Al-Hajj (22): 31]
“Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan. Dan mereka berkata, ‘Mereka itu adalah pemberi syafa`at kepada kami di sisi Allah.’ Katakanlah, ‘Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) di bumi?’ Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu).” [QS. Yunus (10): 18]
Ketujuh, Pelaku Syirik (musyrikin) di akhirat nanti tidak akan mendapatkan ampunan Allah dan akan masuk neraka selama-lamanya.
Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” [QS. An-Nisaa' (4): 116]
Kedelapan, SYIRIK adalah sebab kebinasaan dan musibah serta malapetaka yang menimpa manusia,
Bahkan sebab kehancuran alam semesta ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Dan mereka berkata, “(Allah) Yang Maha Penyayang mempunyai anak.” Sesungguhnya (dengan perkataan itu) kamu telah mendatangkan suatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi terbelah, serta gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwakan Allah Yang Maha Penyayang mempunyai anak.” (QS. Maryam:88-91)
Sudah tidak diragukan lagi sebab bencana yang merajalela akhir-akhir ini adalah sebab dari dosa kesyirikan yang merajalela merata disetiap tempat. Dari gunung meletus, gempa bumi, sampai tsunami pastilah semua itu azab Allah bagi pelaku maksiat dan kemusyrikan sampai-sampai seorang muslim yang tidak terlibat pun kena dampak dari bencana itu. Inilah dahsyatnya murka Allah didunia belum lagi diakhirat, Naudzubillah.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan, Beliau ditanya, wahai Rasulullah apakah tujuh perkara yang membinasakan itu? Beliau menjawab: Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan haq, memakan harta anak yatim, memakan riba’, lari dari medan perang (jihad), menuduh berzina wanita mu’minah padahal dia tidak tahu menahu (dengan zina tersebut)”. (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairoh radhiyalLahu’anhu).
Maka sudah menjadi kewajiban bagi setiap muslim yang melihat hal-hal yang berbau kesyirikan supaya segera mencegah semampunya, karena khawatir bila sudah tidak ada yang peduli dengan kebenaran dan mencegah kemaksiatan maka lingkungan sekitar situ akan tertimpa azab tidak pandang bulu.
Kesembilan, Diharamkan seorang musyrik untuk menikahi wanita muslimah, demikian pula sebaliknya, seorang muslim diharamkan menikahi wanita musyrikah,
“Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” (QS. Al-Baqoroh:221).
Kesepuluh : Tidak boleh mendoakan orang yang mati dalam keadaan musyrik meskipun keluarga terdekat.
Bahkan keluarga para Nabi sekalipun, sebagaimana Rasulullahshallallahu’alaihi wa sallam dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mendoakan pamannya Abu Thalib meski jasa besarnya dalam membela Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan juga Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dilarang untuk mendoakan bapaknya yang mati musyrik.
“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu, adalah penghuni neraka Jahanam. Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri daripadanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.”[At-Taubah Ayat 112-114]
Inilah sebagian saja dari banyaknya bahaya yang ditimbulkan dari perbuatan syirik, maka himpunlah hati dan pikiran Anda untuk menghayati dan memahami betapa besar kemarahan Allah Tabaraka wa Ta’ala terhadap kesyirikan dan pelakunya, oleh karenanya tidaklah pantas seorang Muslim menganggap bahwa ini adalah masalah sepele.
Benar bahwa ummat Islam menghadapi masalah-masalah yang multi kompleks, mulai dari masalah politik, ekonomi, pemerintahan, bahkan sampai pada penindasan kaum Muslimin pada sebagian negeri Islam oleh orang-orang kafir, akan tetapi kalau kita mau memahami agama yang mulia ini berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah yang sesuai dengan pemahaman Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan para Sahabatnya, maka tahulah kita bahwa problematika yang sesungguhnya jauh lebih besar dari itu semua adalah permasalahan aqidah tauhid, karena jika ia tercemari dengan kotoran-kotoran syirik dan noda-noda kekufuran maka bahaya yang mengancam ummat Islam bahkan seluruh ummat manusia tidak saja di dunia ini, tetapi sampai di akhirat kelak, bahkan inilah sebab dan pokok seluruh masalah ummat manusia.
Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Amr Radhiyallahu ‘anhu ia berkata. Rasulullah Shallallahu ‘alaiahi wa sallam bersabda.
“Artinya : Tidak akan datang hari kiamat sehingga Allah mengambil orang-orang yang baik dan ahli agama di muka bumi, maka tidak ada yang tinggal padanya kecuali orang-orang hina dan buruk yang tidak mengetahui yang ma’ruf dan tidak mengingkari kemungkaran”
[Musnad Ahmad 11 : 181-182 dengan syarah Ahmad Syakir, beliau berkata : , “Isnadnya Shahih”. Dan Mustadrak Al-Hakim 4 : 435. Al-Hakim berkata, “Ini adalah hadits Shahih menurut syarat syaikhani, jika Al-Hasan mendengarnya dari Abdullah bin Amir, “Perkataan Al-Hakim ini juga disetujui oleh Adz-Dzahabi]
Pelajaran Dari Hadits :
Dan diantara tanda-tanda telah dekatnya hari kiamat ialah lenyapnya atau habisnya orang-orang shalih dan sedikitnya orang-orang yang baik. Demikian pula sebaliknya, semakin banyak orang yang jahat, sehingga akhirnya tidak ada lagi yang tinggal melainkan orang-orang yang jahat (buruk). Dan pada saat keadaan manusia seperti inilah kiamat itu datang.
Maksudnya, Allah mewafatkan orang-orang yang ahli kebaikan dan agama hingga tinggal orang-orang tolol, hina , dan tidak memiliki kebaikan sama sekali. Hal ini terjadi ketika ilmu tentang Ad-Din (agama) sudah diambil oleh Allah dan menusia telah menjadikan pemimpin-pemimpin yang jahil yang berfatwa tanpa berdasarkan ilmu.
Dan diriwayatkan dari Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda. “Artinya : Akan datang suatu masa pada manusia yang pada waktu itu mereka disaring hingga tinggal ampasnya. Janji-janji dan amanat mereka bercampur baur, dan mereka berpecah belah seperti ini, lalu beliau merengganngkan antara jari-jari beliau”
[Musnad Ahmad 12 : 12 dengan syarah Ahmad Syakir. Beliau berkata, “Isnadnya Shahih”. Dan Mustadrak Al-Hakim 4 : 435, beliau berkata, “Ini adalah hadits shahih yang shahih isnadnya, hanya saja Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya”. Perkataan Al-Hakim ini disetujui oleh Adz-Dzahabi]
Lenyapnya orang-orang shalih itu ialah ketika telah banyak kemaksiatan dan amar ma’ruf nahi mungkar telah ditinggalkan. Karena orang-orang shalih itu apabila meihat kemungkaran dan mereka tidak berusaha mengubah dan memberantasnya, serta kerusakan telah demikian banyak, maka mereka akan ditimpa adzab bersama orang lain. Apabila adzab ini turun, sebagaimana disebutkan dalam hadits ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya : “Apakah kami akan binasa padahal di tengah-tengah kami masih ada orang-orang shalih?”. Beliau menjawab ; “Ya, apabila kejelekan telah demikian banyak” [Shahih Bukhari, Kitab Al-Fitan, Bab Qaula Nabiyyi Shallallahu ‘alaihi wa sallam Wailun Lil Arabi min Syarria Qad Iqtaraba 13 : 11]
MENUNTUT ILMU KEPADA ORANG-ORANG KECIL
Imam Abdullah bin Al-Mubarak meriwayatkan dengan sanadnya dari Abi Umayyah Al-Jamhi Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Sesungguhnya di antara tanda-tanda telah dekatnya hari kiamat itu ada tiga, salah satunya ialah akan dituntutnya ilmu dari Al-Ashaghir (orang-orang kecil)” [Kitab Az-Zuhud karya Ibnul Mubarak, halaman 20-21, hadits no. 61 dengan tahqiq Habibur Rahman Al-A’zhami, Darul Kutub Al-Ilmiyyah, Al-Albani berkata, “Shahih”. Periksa : Shahih Al-Jami’ush-Shaghir 2 : 243, hadits no. 2203. Dan Al-Hafizd Ibnu Hajar menjadikannya syahid dalam Fathul Bari 1 : 143]
Imam Abdullah bin Al-Mubarak ditanya tentang Al-Ashagir (orang-orang kecil) itu, lalu beliau menjawab, “Yaitu orang-orang yang berkata menurut pendapatnya sendiri saja (tanpa mengacu pada Kitabullah dan Sunnah Rasul), adapun anak muda yang orang-orang tua meriwayatkan darinya bukanlah yang dimaksud dengan shagir (kecil)”. Dan beliau berkata juga, “Ilmu datang kepada mereka dari orang-orang kecil (rendah) mereka, yakni ahli bid’ah”
[Hasyiyah Kitab Az-Zuhud, hal.31, dengan tahqiq dan ta’liq Habibur Rahman Al-A’zhami]
Dan diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Manusia itu senantiasa berada dalam kebaikan selama ilmu (agama) yang datang kepada mereka itu dari sahabat-sahabat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan dari senior-senior mereka. Apabila ilmu (tentang Ad-Din) itu datang kepada mereka dari orang-orang kecil mereka dan hawa nafsu mereka bersilang sengketa, maka rusaklah mereka”
[Kitab Az-Zuhud oleh Ibnul Mubarak, Imam At-Tuwajiri berkata : “Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam Al-Kabir dan Al-Ausath, dan diriwayatkan oleh Abdur Razzaq dalam Mushannaf-nya dan isnadnya adalah shahih menurut syarat Muslim, Vide : Ithaful Jama’ah 1 : 424 dan Al-Mushannaf 11 : 246, hadits no. 20446 dengan tahqiq Habibur Rahman Al-A’zhami]
[Disalin dari buku Asyratus Sa'ah. Fasal Tanda-Tanda Kiamat Kecil oleh Yusuf bin Abdullah bin Yusuf Al-Wabil MA, edisi Indonesia Tanda-Tanda Hari Kiamat, terbitan Pustaka Mantiq, penerjemah Drs As'ad Yasin dan Drs Zaini Munir Fadholi]
Hidup, Mati, Jodoh dan Rejeki itu milik Allah SWT kita hidup itu Seperti Tukang parkir Dititipi lalu diminta lagi pemiliknya Sedang pemilik segalanya didunia ini Allah Jika mendapatkan rejeki kita bersyukur
Jika kita kehilangan harta/benda hendaknya bersabar biar bagaimanapun kalau memang belum rejeki kita dikejar sampai pucuk gunung pun takkan didapat Harta kita sebenarnya adalah amal shalih kita (sedekah)
Yang akan kita panen nanti diakhirat
Wahai, Kawan-kawan semua
Janganlah kita tertipu dunia
Gemerlapnya menyilaukan mata
Akan tetapi Gemerlap yang semu
Yang cepat berlalu
Dan hanya orang lugu (bodoh agama)
Yang mudah sekali tertipu
Gemerlap dunia menuntun pendambanya
Kelubang kebinasaan
semakin dicari semakin kabur
semakin dikejar semakin menjauh
semakin bermain semakin dipermainkan
Itulah tipu daya Iblis keparat
Yang ingin melalaikan akhirat
Merugilah budak dunia
Lelah badan lelah jiwa
mengejarkan bayangan tak nyata
Didunia sengsara
Diakhirat disiksa
Dunia yang dikira surga
Ternyata adalah neraka
Dunia ini hanya sementara Takkan abadi tuk slamanya Akhirat Tujuan kita Akhirat kampung halaman kita Janganlah kita terpedaya oleh kesenangan dunia Jangan sampai merugi besar akhirnya.
"Bersakit sakit dahulu senang-senang kemudian tapi ini adalah lagu. Kenyataan malah bersakit-sakit dahulu malah mati kemudian. Begitulah nasib pengejar dunia yang melupakan kebahagiaan dirinya didunia dan akhirat, terlalu sibuk mencari materi tapi lupa dinikmati dan untuk beramal baik."