بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
REFLEKSIKANLAH IDUL ADHA (HARI RAYA BERKURBAN)
Oleh : Muhammad Ashabus Samaa'un
DOWNLOAD VERSI E-BOOK PDF :
Umat Islam mempunyai 2 hari raya. Yaitu hari raya idul fitri (jatuh pada 1 syawal) dan hari raya idul adha (jatuh pada 10 dzulhijah). Oleh karena itu sudah cukuplah dua hari raya itu untuk bersuka cita dalam ibadah dan beramal dan untuk meningkatkan keeratan tali silaturahim. Sebelum hari raya idul fitri berlangsung umat islam diwajibkan berpuasa 30 hari pada bulan ramadhan dan sebelum hari raya idul Qurban (idul adha) umat islam dianjurkan untuk berpuasa Arofah pada tanggal 9 dzulhijah yang disebut hari Arofah karena ketika itu dimekkah umat islam sedang melaksanakan rukun haji yaitu ibadah wukuf di padang Arofah.
Sedangkan keutamaan hari raya yaitu kita kembali kepada fitrah kita yaitu suci dari perbuatan syahwat dan dosa serta mengembalikan semangat ketakwaan dan kecintaan kita kepada Allah SWT dan Rasul-Nya dengan refleksi hubungan mempererat tali silaturahim kepada sesama muslim dan saling tolong menolong dalam kebaikan. Kemudian yang mampu dalam hal harta juga diharapkan untuk membelanjakan hartanya untuk jalan Allah demi kemaslahatan umat. Yang kaya membantu yang miskin, yang kuat membantu yang lemah. Itulah refleksi perayaan hari raya kita. Sehingga hikmah dari berkurban dapat kita rasakan bersama-sama. Karena sesungguhnya berkurban tidak hanya rutinitas penyembelihan hewan pada saat hari raya idul adha tetapi lebih spesifik maknanya adalah hubungan interaksi sosial yang harmonis setiap saat, seperti si kaya yang rela membantu si miskin, gotong royong membantu kaum dhuafa’ dan sebagainya itulah makna sesungguhnya dari hikmah berkurban.
Hari raya adalah hari untuk bersuka cita atas karunia Allah SWT atas semua nikmat yang telah Dia karuniakan kepada kita dengan jumlah yang tak dapat kita hitung. Akan tetapi hari raya bukan berarti untuk hura-hura dan pemborosan seperti yang dilakukan orang kafir pada saat malam hari raya mereka. Semacam berpesta makan sampai larut malam dan sebagainya. Dan yang diundang hanya orang-orang kaya. Sedangkan yang miskin dibiarkan terlantar. Hal itu bertentangan sekali dengan perayaan hari raya umat islam. Karena makna hari raya umat islam adalah semua lapisan masyarakat tidak memandang miskin kaya, pejabat atau rakyat semuanya merasakan kegembiraan yang sama. Dimalam yang agung semua umat islam bergembira dengan bertakbir kepada Allah diiringi siangnya acara silaturahim untuk mempererat persatuan umat islam. Dan harusnya tak ada seorangpun umat islam yang kelaparan pada saat hari raya, jika tidak maka masyarakat disekitarnya berdosa semua jika memang mengetahui tetapi sengaja mengacuhkan. Itulah makna hari raya yaitu indahnya kepedulian dan kebersamaan dalam ketakwaan.
Kaum muslimin rahimakulullah, Jangan sampai kita meniru-niru orang kafir dalam berhari raya. Misalnya perayaan tahun baru masehi, perayaan hari valentine, perayaan natal, perayaan tahun baru imlek, dan sebagainya yang tidak ada dalam kamus islam. Karena semua itu ditegaskan keharamannya oleh semua ulama tanpa ada perbedaan pendapat karena semua itu termasuk perilaku tasyabuh (meniru-niru) orang kafir. Karena muslim yang suka tasyabuh maka lama-kelamaan juga ikut-ikutan seperti orang kafir juga dari cara berpakaian, cara berbahasa, bahkan cara ibadah dikhawatirkan menyerupai mereka (misalnya ikut-ikutan natalan), jika terus begitu maka akidah pelaku tasyabuh juga akan mengikuti yang ditiru, bisa dibilang telah kafir namun tidak sadar. Oleh karena itu tidak heran jika nabi Muhammad SAW pernah bersabda dalam hadits yang tidak diragukan keasliannya (sahihnya) yang berbunyi :
“Barang siapa meniru/menyerupai suatu kaum, maka dia adalah bagian dari mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itu kita patut perihatin dengan keadaan muda mudi muslim saat ini. Yang mereka banyak yang masih meniru-niru tata cara berpakaian, gaya bahasa, gaya rambut sampai akhlaq yang rusakpun mereka tiru dari orang kafir itu, lebih buruk lagi pada saat malam tahun baru misalnya mereka ikut-ikutan memenuhi lapangan luas atau alun-alun kota untuk meramaikan malam tahun baru tersebut. padahal sudah pasti perayaan tahun baru dan sejenisnya adalah hari raya orang kafir. Belum lagi didalam hari raya itu terdapat kemungkaran yang sangat banyak. Misalnya ikhtilath (campur baur laki perempuan), pacaran, penghamburan harta, bahkan mabuk-mabukan pun dianggap biasa.
Begitulah keadaan hari raya orang kafir, sungguh merusak moral manusia, akan tetapi yang membuat kita keheranan adalah perilaku jahil (bodoh) umat islam hari ini khususnya yang remaja dan muda-muda. Yaitu mereka semangat sekali ikut-ikutan merayakan hari raya orang kafir, akan tetapi pada saat perayaan hari raya umat islam sendiri, misalnya pada saat malam takbiran. Ternyata masjid terkesan sepi dari anak-anak muda. Bahkan banyak pula diantara mereka malah melakukan maksiat misalnya begadang dipinggir jalan, berduaan dengan lawan jenis, bahkan mabuk-mabukan pada malam hari raya umat islam, Naudzubillahi min dzalik. Tanda kiamat sudah dekat.
Hal itu bukan sekedar bualan saya karena saya pernah melihat dengan mata kepala sendiri bahwa pada saat hari raya idul fitri / malam takbiran masjid agung dikampung saya sepi sekali namun disampingnya ada alun-alun kota yang dipenuhi dengan muda-mudi yang asyik bermaksiat. Dari yang gitaran, pacaran sampai mabuk-mabukan dilakukan dimalam takbiran, Masya Allah.
Bagaimanakah Tuhan / Allah SWT tidak murka ketika sebagian manusia bermaksiat / kufur ditengah umat islam yang lain tengah berdzikir/bertakbir kepada Allah. Maka tidak heran jika bencana alam terjadi dimana-mana (dari musim kemarau panjang yang mengakibatkan paceklik yang berkepanjangan, kemudian gempa bumi, angin topan, gunung batuk (meletus), banjir bandang, badai bahkan tsunami, tanah longsor dan sebagainya). Semua itu tidak lain adalah peringatan bagi orang yang beriman supaya berhenti bermaksiat dan azab bagi yang kafir pelaku kekufuran.
Hal itu bukan sekedar fenomena alam seperti yang digembar gemborkan ilmuwan kafir dari barat. Tetapi jika kita mau memperhatikan sejarah masa lalu tentang kebinasaan kaum-kaum ingkar semacam kaum luth, kaum tsamud, kaum nabi Nuh dan sebagainya dibinasakan oleh Allah SWT karena kemuysrikan dan kerusakan moral sudah menyebar dimana-mana tanpa seorangpun yang berusaha mencegahnya. Dan bahkan nasehat dari Nabi mereka diacuhkan sama sekali. Maka akibatnya azab yang memperingatkan mereka. Naudzubillah
Inilah misi besar umat islam hari ini yaitu berusaha menyerukan kebenaran dan mencegah kemungkaran-kemungkaran sesuai kemampuan dan ilmu masing-masing. Karena mengingat dakwah islam tidak hanya tanggung jawab ustadz atau syaikh dan ulama. Mengingat jumlah mereka sangat sedikit dan objek dakwah (orang awam) sangat banyak. Oleh karena itu partisipasi muda mudi muslim sangat diharapkan sekali disini, mengingat masa depan islam ada ditangan mereka.
Yah, begitulah keadaan kita hari ini kebanyakan masjid-masjid sepi daripada muda-mudi namun justru kebanyakan anak kecil yang masih polos belum tahu apa-apa tentang ilmu agama. Dan juga orang tua-tua yang sudah lanjut usia yang masih mau menghidupkan masjid Allah, padahal apakah kita tidak kasihan dengan mereka karena seharusnya orang yang sudah tua harusnya lebih banyak istirahat, mengingat umur mereka yang sudah tidak memungkinkan lagi untuk menghidupkan dakwah islam.
Seharusnya amanah dakwah itu dipegang oleh para pemuda akan tetapi kita melihat sebaliknya. Para pemudanya sibuk dengan hal yang tidak berguna bahkan mengacuhkan aturan agama sama sekali. Padahal majunya islam ini tidak lain jika muda-mudinya semangat dalam menegakkan islam. Karena yang mudalah yang mempunyai semangat dan kekuatan yang besar dalam membangun sebuah peradaban islam. Seperti riwayat kehidupan umat islam dimasa lampau. Dimana islam saat itu berjaya karena sebagian besar pemuda waktu itu adalah menyibukan diri dalam kegiatan dakwah islam di masjid-masjid maupun lingkungan masyarakat dan bersemangat dalam menuntut ilmu agama maupun ilmu terapan.
Inilah masalah kebodohan / kejahilan umat islam hari ini. Yang mengakibatkan sebagian besar umat islam terlena oleh hura-hura kehidupan dunia namun sayang sekali urusan akhirat mereka sama sekali tidak mau tahu, padahal kehidupan dunia ini hanya sementara saja, dalam istilah orang jawa : “mampir ngombe”/ mampir minum.Artinya sangat singkat sekali kehidupan dunia ini. Dan akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya.
Bahkan yang lebih memprihatinkan kadang jaman sekarang ini tidak jarang agama islam dijadikan kedok untuk menutupi kebusukan tikus-tikus politik. Ditambah lagi yang muda hura-hura, yang tua lalai ibadah, yang memimpin korup, yang pelajar berakhlaq rusak, yang kecil-kecil jadi korban tontonan seronok , ulamanya sibuk dengan majelisnya sendiri dan lain sebagainya. Maka tak pelak umat islam yang jumlahnya sangat besar (lebih dari 1,2 Miliar orang) hanya dijadikan budak-budak / mainan para pemuja setan (orang-orang kafir) padahal jumlah mereka tak seberapa bila dibandingkan dengan jumlah umat islam.
Makna “Berkurban”
Menyembelih hewan kurban adalah salah satu bentuk ibadah pada hari raya idul adha. Tapi berkurban yang sesungguhnya bukan sekedar itu hikmah lain adalah berkurban bisa juga identik dengan pengorbanan kita terhadap perjuangan agama. Apa maksudnya?
Untuk melihat seberapa besar kecintaan kita kepada Allah dan Rasul-Nya maka bisa dilihat dari sebesar pengorbanan kita untuk kemajuan islam. Untuk lebih singkat dan lebih jelas tentang makna berkurban kami akan membawakan satu pepatah. Kita mengenal pepatah”cinta butuh pengorbanan”. Apa maksudnya?
Cinta memang kata yang tidak akan pernah habis dibahas oleh manusia, dari cerpen, novel sampai tayangan sinetron kadang kebanyakan temanya tentang percintaan muda-mudi. Tapi bukan cinta monyet tersebut yang akan kita bahas. Akan tetapi yang akan kita bahas adalah refleksi hari raya idul adha dalam kehidupan kita khususnya para pemuda islam. Untuk membuktikan seberapa besar ketulusan cinta kadang kita perlu pengorbanan waktu, tenaga dan biaya bahkan nyawa bisa jadi taruhan. Cinta bukanlah seperti yang dipahamkan oleh sebagian besar muda-mudi hari ini yang lebih condong kepada interaksi saling suka antara laki-laki dan perempuan. Bukan begitu makna cinta sebenarnya bagi seorang muslim .
Untuk membuktikan keluasan makna cinta akan saya paparkan beberapa hal yang bisa jadi pelajaran untuk kita. Misalnya seorang ayah rela mengorbankan seluruh tenaga dan waktunya untuk mencari nafkah untuk anak istrinya karena kecintaan dia kepada anak dan istrinya. Terkadang karena rasa cinta kepada anak dan istri, maka rasa sakit dan penderitaan bisa berubah menjadi kebahagiaan.
Misalnya orang tua yang capek banting tulang cari nafkah untuk anak-anaknya. Ia tidak merasakan capeknya kesulitan hidup ketika dia melihat senyum kebahagiaan dari anaknya. Segala pengorbanan orang tua adalah tulus dan ikhlas kepada anaknya, walaupun terkadang jika sudah dewasa anak itu tak menganggap semua jasa kedua orang tuanya, bahkan ketika orang tuanya sudah renta menguruspun tidak mau. Sungguh celakalah anak yang durhaka yang tidak mau berterima kasih kepada Allah dengan berbakti kepada orang tuanya !.
Itulah makna cinta yang sebenarnya. Yaitu rasa kasih sayang yang disertai dengan ketulusan dalam pengorbanan, meskipun yang kita cintai tidak pernah membalas kebaikan kita. Dan cinta bukanlah kata bualan yang sering dijadikan kata “topeng “ untuk menutupi syahwat yang tengah membelenggu para remaja yang dilanda asmara. Itu adalah hawa nafsu, bukan cinta ! karena hal itu (cinta pacaran/ cinta monyet) bila dibiarkan hanya akan mendekatkan kepada zina.
Lalu bagaimanakah islam menafsirkan kata cinta tersebut?
Dalam al-Qur’an Allah SWT Berfirman ;
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat lalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).”
(Al-Baqoroh [2] ayat ;165)
Begitulah makna sebenarnya cinta itu dalam islam. Makna cinta yang sebenarnya bagi kita adalah suatu sikap ketundukan dan kepatuhan untuk beribadah kepada Allah dengan tulus dan semata-mata hanya mengharapkan balasan-Nya saja . Artinya jika kita beribadah dan beramal salih semuanya semata-mata hanya untuk Allah. Itulah cinta yang sebenarnya. Itulah cinta yang akan menyelamatkan kita dari azab akhirat. Itulah seperti yang dialami nabi Ibrahim as yang dijuluki kekasih Allah pada saat diuji kecintaannya dan ketulusan imannya, yaitu dengan cara memerintahkan beliau untuk menyembelih putranya sendiri yaitu nabi Ismail Alaihissalam. Sehingga diabadikan oleh syariat islam dalam kegiatan menyembelih hewan Qurban pada saat hari raya Idul Adha.
Cinta ternyata bukan saja terbatas dalam hal kebaikan saja. Ternyata dalam ayat diatas juga disebutkan bahwa ternyata ada juga sebagian manusia yang cinta yang batil yaitu cinta kepada kemusyrikan. Yaitu mereka cinta kepada Toghut (yang dipatuhi selain Allah) dan berhala-berhala baik itu berupa patung atau benda mati yang dicintai seperti orang islam yang mencintai Tuhannya.
Atau bahkan jaman sekarang ini artis-artis atau bintang film pun bisa dibilang berhalanya remaja karena mereka lebih dicintai dan diidolakan daripada Allah dan Rasul-Nya. Misalnya saja fenomena akhir-akhir ini tentang konser boyband korea (misalnya : suju /super junior boyband cs) atau justin bieber, rihana dll. Tentu sebagian besar orang, apalagi yang remaja tentu mengenal personil super junior yang semua personilnya ternyata berakidah nasrani apalagi artis-artis barat kebanyakan adalah penganut satanisme (pemuja setan). Namun ironisnya ketika tiket konser mereka yang harganya setinggi langit (sekitar 1 juta sampai 2,5 juta) dilahap habis oleh fansnya yang kebanyakan para remaja muslim.
Bahkan ada banyak diantara mereka yang rela mengantri dari dari subuh (tentunya tidak terpikir untuk sholat subuh dahulu) sampai jam 9 pagi untuk mendapatkan tiket yang harganya gila sekali itu. Itu artinya mereka lebih mencintai berhala yang bernama super junior daripada Allah dan Rasul-Nya. Karena mereka pertama boros harta karena membeli tiket (baca : tiket neraka) segitu mahalnya mau saja, yang kedua ketika super junior beraksi mereka ada yang histeris (teriak-teriak sambil menangis kayak orang edan atau orang kesurupan). Lebih aneh lagi ada yang menangis histeris karena tidak kebagian tiket. Sihir macam apakah yang dilancarkan oleh berhala dari korea itu sehingga remaja-remaja sampai segitunya sikapnya terhadap boyband idolanya itu. Apalagi mereka (boyband berhala) kadang sering menyerupai pakaian model perempuan dan gaya rambut model perempuan apalagi tampangnya mereka nyaris mirip perempuan sehingga kadang sulit membedakan mereka itu laki-laki ataukah perempuan.
Itu artinya remaja sekarang telah terkena penyakit Fasiq dan musyrik yang sangat membahayakan akidahnya. Karena mereka telah menempatkan kecintaan kepada boyband (boy bencong) melebihi cinta mereka kepada Allah buktinya mereka rela meninggalkan sholat subuh hanya untuk mendapatkan tiket (konser neraka) yang tidak berguna itu ! Jika seandainya ajal mereka dijemput dalam keadaan seperti itu tentu saja mati dalam keadaan su’ul khotimah (mati kafir / mati konyol), Naudzubillahi min dzalik.
Itulah polemik remaja sekarang ini. Mereka telah kehilangan teladan dan panutan yang sesungguhnya. Karena mereka telah jauh dari ilmu agama dan jauh dari pendidikan islam. Mereka telah salah jalan. Generasi islam hari ini adalah generasi paling terpuruk bila dibandingkan dengan generasi islam sebelumnya. Tidak saja mereka bodoh agama, selain suka membantah nasehat, terkadang perilaku dan gaya mereka lebih cenderung menyerupai sifat orang-orang kafir.
Lalu kembali kepada istilah makna pengorbanan. Karena cinta maka orang rela berkorban apa saja untuk yang dicintainya. Misalnya muda mudi yang telah buta mata hatinya, sangat mengidolakan kepada boyband. Mereka rela berkorban menghabiskan uang berjuta-juta untuk membeli tiket (baca : tiket neraka) konser yang sama sekali tidak berguna dan suatu kemungkaran. Hal itu tidak lain karena hati mereka sudah sangat cintanya kepada berhala berwujud boyband itu tadi.
Tindakan mereka sama halnya dengan orang musyrik jaman dahulu (jaman sekarang pun masih ada) yang rela menyembelih sapi atau hewan ternak dan mempersembahkan emas perhiasan kepada patung-patung sesembahannya. Padahal patung-patung itu sendiri mereka buat, dan patung itu tidak bisa berbuat apapun apalagi menciptakan sesuatu. Itulah kebodohan yang sangat bodoh adalah kebodohan orang musyrik penyembah berhala (dan remaja penyembah/pemuja boyband). Karena menurut logika saja memang seharusnya kita menganggap itu hal yang tidak waras. Akan tetapi karena terlanjur cinta buta mereka kepada berhala maka mereka rela melakukan itu semua!. Itulah cinta yang batil yang bisa menjerumuskanke dalam kesengsaraan duni dan akhirat. Dari itulah maka wajiblah kita sebagai remaja muslim patut waspada terhadap fenomena akhir zaman ini dan kita harus berusaha meningkatkan keimanan kita supaya tidak terpengaruh oleh kerusakan zaman.
Berbeda 180 derajat makna berkurban bagi umat islam dengan orang kafir. Jika orang kafir berkurban untuk hal yang tidak masuk akal dan sia-sia sama sekali.
Sedangkan kita umat islam berkurban itu bukan sekedar menyembelih kurban. Menyembelih hewan kurban pada saat hari raya idul adha lalu dibagi bagikan kepada fakir miskin dan orang sekitarnya itu hanyalah sebagian kecil dari pengorbanan kelebihan harta kita untuk beribadah kepada Allah SWT. Berkurban itu maknanya sangat luas. Misalnya Imam bukhari (seorang ahli hadits yang termashur) rela mengorbankan seluruh usia dan masa mudanya untuk menuntuti ilmu dijalan Allah SWT. Sehingga ilmunya dapat dimanfaatkan kaum muslimin jaman dulu sampai jaman sekarang. Apa yang dilakukan imam bukhari itu adalah juga pengorbanan yang besar kepada Islam. Karena apa yang dilakukan imam bukhari adalah sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan dakwah islam. Akan tetapi kita jangan melihat hasilnya tapi lihatlah seberapa besar usaha dan keihlasan beliau. Sehingga kita mampu meneladani akhlaq beliau dalam berkorban demi kejayaan islam.
Berbeda sekali dengan keadaan anak muda jaman sekarang bila dibandingkan dengan kisah Imam bukhari yang mengorbankan seluruh usianya baik masa muda, maupun masa tua, bahkan sampai akhir hayatnya untuk mengembangkan keilmuan khasanah islam. Mereka lebih menghabiskan masa muda mereka untuk hal yang sia-sia bahkan menghancurkan kehidupan masa depan mereka bahkan juga menghancurkan kebahagiaan diakhirat kelak. Mereka banyak meremehkan nasehat dari orangtua , guru dan ustadz mereka.
Karena barangkali mereka menganggap usia mereka masih panjang dan menganggap masih ada kesempatan tobat dihari tua nanti. Mereka tak sadar bahwa mereka tertipu bualan syaiton. Memangnya ajal bisa mereka tentukan sendiri waktunya? Tentu saja kelahiran dan kematian segalanya ada ditangan Allah dan tanpa seorang makhlukpun mengetahuinya kapan seseorang dijemput ajal. Karena banyak sekarang ini kematian mendadak yang ternyata yang meninggal adalah kebanyakan anak-anak muda. Entah karena sakit, mabuk sampai sekarat, tawuran atau kecelakaan semua itu cuman perantara menuju ajalnya. Jadi jangan menganggap mumpung masih muda, waktunya untuk hura-hura. Ingatlah mati bisa menjemput siapa saja dan kapan saja !. Sebaliknya sebagai remaja muslim maka Imam Bukhari memang pantas jadi panutan kita. Karena beliau rela mengorbankan masa mudanya sampai akhir hayatnya untuk kepentingan Islam.
Tokoh-tokoh seperti Nabi Muhammad SAW, Khulafaurrasyidin dan para ahli haditslah yang seharusnya menjadi pan utan generasi muda islam saat ini, yang mengajarkan pengorbanan yang besar tidak hanya dengan materi, tetapi dengan seluruh harta,waktu, jiwa dan raga semua itu demi kejayaan islam ini. Dan semua yang kita lakukan hanya mengharap balasan dari Allah SWT saja, tidak boleh kita mengharapkan imbalan dan balasan baik berupa harta maupun pujian dari orang lain karena itu adalah sifat riya’ yang dapat menghapuskan seluruh amal . Tidak patut sekali jika artis-artis kafir mengumbar ajaran rusak moral yang dijadikan teladan bagi para remaja muslim. Karena lihat saja hasilnya, kenakalan remaja dan kerusakan moral remaja secara tidak langusng adalah hasil dari ajaran-ajaran berhala bernama artis itu. Tontonan televisi, sinetron, maupun internet tidak ada satupun ajaran kebaikan daripada artis-artis itu. Yang ada hanyalah cara berpakaian yang seronok serta gaya hidup glamour.
Lalu setelah sampai disini seharusnya kita paham bahwa makna hari Raya Idul Qurban atau hari raya idul adha adalah kesempatan kita untuk meningkatkan kesadaran kita akan pentingnya pengorbanan seluruh yang kita punyai baik itu harta, usia, jiwa dan raga untuk berjuang diatas jalan Allah (agama Islam). Karena memang itulah tujuan kita diciptakan didunia ini yaitu seperti yang tercantum dalam surat Adz-Dzaariyat Ayat 51 :
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”
Artinya adalah tujuan muslim diciptakan didunia ini adalah untuk beribadah kepada Allah SWT dengan ikhlas dan rela mengorbankan kehidupan dunia ini untuk kehidupan yang jauh lebih baik diakhirat kelak. Oleh karena itu salah sekali jika kita menganggap pengorbanan itu hanya terbatas pada penyembelihan Qurban.
Tidak! Pengorbanan sesungguhnya adalah pengorbanan seluruh hidup kita untuk kejayaan agama yang lurus ini ! Oleh karena itu saya ingatkan kepada generasi muda. Masa depan agama islam ada ditangan kalian, Jika kalian tidak mau mengorbanakan usia muda kalian untuk menuntut ilmu (khususnya ilmu syar’i) maka bagaimanakah islam akan maju?. Islam akan terus terpuruk dan terhina jika kita masih dalam keadaan seperti ini. Dulu saja para pahlawan kemerdekaan Indonesia rela mati demi kemerdekaan bangsa Indonesia, lalu bagaimanakah pengorbanan kita kepada islam? Seberapa besarkah pengorbanan kita kepada islam sehingga kita beranggapan kita akan masuk surga? Ingatlah firman Allah berikut ini ! :
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.
(Al-Baqoroh Ayat 214)
Pada zaman dulu Rasululullah SAW dan para sahabat rela berjihad, dicaci, dihina, dilempari batu dan mengorbankan nyawa demi agama islam. Karena kecintaan mereka kepada Allah dan Rasul-Nya. Sehingga penderitaan apapun tidak mereka rasakan. Karena mereka yakin bahwa dunia ini adalah penjara bagi orang mukmin dan kampung halaman yang sebenarnya adalah surga di akhirat. Salah jika kita mengharapkan kebahagiaan dunia ini karena dunia ini hakikatnya adalah ujian dan penderitaan dan penjara bagi mukmin. Sedangkan kebahagiaan sebenarnya adalah diakhirat kelak.
Akhir kata kami bawakan nasehat salah seorang ulama untuk para remaja “barangsiapa yang banyak tertawa dimasa muda niscaya akan banyak menangis dimasa tua”. Artinya barangsiapa menggunakan masa mudanya untuk hal yang sia-sia dan bersifat hura-hura maka itu adalah awal dari kesengsaraan dimasa tuanya. Kesengsaraan dimasa tua bisa berakibat kufurnya manusia. Misalnya karena terpepet tidak punya biaya menyekolah anak-anaknya sehingga orang tua rela jadi perampok atau penjambret. Terkadang semua itu adalah kerena balasan dari masa mudanya yang suka hura-hura.
Inilah Misi Para Pemuda Islam
Inilah tanggung jawab sebagian kita yang masih sadar dan peduli tentang peradaban islam yang akan menaungi dunia dalam kedamaian dan kesejahteraan. Mumpung kita dalam suasana ibadah haji dan memasuki hari raya Idul Adha mari kita refleksikan ilmu kita untuk menyemarakan dakwah islam. Jangan sampai masjid-masjid kita sepi sementara muda mudinya sibuk bermaksiat, nongkrong-nongkrong dijalanan sambil ikhtilath (campur-baur muda mudi) bahkan sampai minum minuman keras. Inilah realitas yang harus kita hadapi ditengah semakin derasnya fitnah-fitnah (ujian) yang dihadapi umat islam hari ini.
Tidak memandang ini ustadz, ini santri, ini awam, ini aliran ini dan aliran itu. Idul adha kali ini seharusnya kita buktikan dengan semangat kebersamaan tanpa memandang perbedaan kecil. Idul adha ini adalah salah satu kesempatan kita untuk menyemarakan dakwah islam dan berdzikir kepada Allah. Juga kesempatan kita untuk berkorban demi kecintaan kita kepada Allah. Bukan hanya berkurban hewan Qurban akan tetapi inilah titik awal kita untuk kembali menyemarakan dakwah islam. Ini saatnya kita kembali kepada fitrah kita sebagai umat islam yaitu semangat kebersamaan dalam membangun islam. Tinggalkan semua perbedaan kecil yang hanya menjadi polemik bagi kelangsungan persatuan umat islam. Kita adalah umat yang terpuruk. Sudah cukup segala penderitaan ini dan saatnya kita bangkit dan bersatu untuk kembali memperjuangkan dakwah islam yang akan menyinari lagi dunia kedamaian suatu saat nanti di saat dunia mendekati akhir.Wallahu’alam
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh