Dijaman modern yang mendekati kiamat dan dijaman yang serba krisis moneter dan lebih buruk lagi krisis akhlak dan krisis agama ini kita patut waspada dengan segala sesuatu yang bisa merapuhkan keimanan kita. Karena keimanan adalah satu-satunya bekal kita untuk mati dan hidup kekal diakhirat. Jika iman hilang maka sungguh tak ada kecelakaan paling buruk diatas muka bumi melainkan orang yang celaka karena kehilangan keimanan. Ancaman kehilangan pusaka bernama kalimat Tauhid "lailahailallah" amat sangat buruk yaitu selain didunia akan hidup serba gersang dan sengsara dan diakhirat konsekuensi bagi orang kafir dan para murtadin adalah KEKAL DINERAKA. Naudzubillah
Jikalau iman sudah mulai rapuh maka tak ada cara lain selain kita memperbaharui keimanan kita dengan rajin mengikuti kegiatan yang menambah keilmuan kita tentang islam. Contohnya pengajian, baca qur'an, majelis taklim, rajin baca buku islam dan sebagainya. Karena kita yakini iman itu bisa naik bisa turun seperti pasang surutnya air laut. Bisa surut jika kita terlalu banyak maksiat dan lupa berdzikir kepada Allah, dan iman akan bertambah ketika kita beramal shalih dan banyak berdzikir kepada Allah dan banyak-banyak mengingat hari kiamat.
Salah satu strategi kita untuk menghindari invasi iblis dan anteknya dalam upaya menyesatkan manusia kedalam neraka adalah mempelajari gerak-gerik musuh dalam upaya memurtadkan umat islam. Kami sudah banyak menjelaskan tentang strategi antek iblis dalam rangka menyesatkan umat manusia dalam pertemuan lalu yaitu "mewaspadai kristenisasi". Memang dijaman modern yang serba kacau balau ini para antek iblis benar-benar gencar dalam melakukan aksinya. Ada 1001 satu cara mereka dalam menipu umat islam untuk keluar dari jalan yang lurus dan menuju jalan sesat / keluar dari agamanya. Diantaranya ada yang diiming-imingi uang, diiming-imingi sekolah gratis, jabatan tinggi, lalu pacaran akhirnya nikah beda agama dan berakibat murtad, ada lagi yang pura-pura memberi bantuan kepada korban bencana alam tapi ujung-ujungnya pembabtisan, naudzubillah. dan banyak cara lain yang tidak bisa kami jelaskan disini. Oleh karena itu tak ada upaya lebih besar dalam menjaga keimanan kita dan saudara-saudara kita melainkan kita harus memperbanyak belajar agama, banyak berdzikir kepada Allah dan banyak pula melakukan kegiatan kepedulian kepada umat islam yang sedang dilanda musibah karena pada saat itu iman sedang rapuh-rapuhnya sehingga jika umat islam yang lain tidak tanggap tentu saja banyak terjadi pemurtadan seperti yang banyak terjadi waktu gempa jogja dan letusan gunung merapi tahun lalu.
Berikut kami sampaikan beberapa strategi musuh islam dalam rangka memurtadkan umat islam daripada agamanya yang kami kutip dari arrahmah.com. Di sekitar daerah lereng merapi selain sangat sedikit kajian tentang ilmu agama sehingga masyarakat disitu tak tahu banyak tentang anjuran dan larangan agama. juga sangat banyak pula sering terjadi ritual-ritual kesyirikan yang sulit sekali dihilangkan karena memang sudah jadi adat orang sana. Sehingga ketika Allah mengirimkan azab kepada suatu kaum karena kezaliman / kesyirikan mereka maka umat islam yang lain yang tidak ikut-ikutan syirik juga ikut kena. Itulah dampaknya maksiat bila kita biarkan. Maka dari pada itu baiknya daripada kita sibuk debat sendiri tidak jelas arah tujuannya lebih baik kita sibukan waktu kita untuk menolong saudara-saudara kita yang sedang tertimpa musibah. Karena akidah mereka dalam bahaya.
AWAS STRATEGI PERMURTADAN GAYA BARU !!
Bersama FKUI, Ustadz Roli dan Madeni, merekam pola gerakan deislamisasi di desa-desa di Lereng Merapi Kecamatan Dukun Magelang melalui 6 jurus, yaitu:
Pertama, Mereka para salibis tukang babtis memasuki dan mendampingi warga desa-desa terpencil yang masih belum atau kurang terbina dakwah Islam. Misalnya Desa Bojong, Windusari, Tanen, dan Desa Sumber. Misionaris memiliki Program Tinggal di Desa (Living In), yaitu mendatangkan kader-kader misionaris dari Amerika untuk tinggal beberapa pekan bersama keluarga muslim di lereng Merapi.
Kedua, Indoktrinasi dan praktik pluralisme. Penduduk dicekoki faham bahwa semua agama benar dan baik, tujuannya sama, sehingga tidak masalah orang Islam berpindah ke lain agama sesuai kemampuannya. Maka, hal biasa dalam satu keluarga, terdapat anggota yang beragama islam dan non-Islam.
Ketiga, Diakonia. Para misionaris secara terbuka door to door menawarkan kebutuhan pokok masyarakat seperti sembako (sembilan bahan pokok), alat sekolah, dan prasarana pertanian. Beberapa rumah penduduk dibangun atau direnovasi denganbantuan gereja, dengan syarat tertentu yang harus dipenuhi. Agar ‘’legal’’, program ini dilakukan dengan memanfaatkan kekuasaan pengurus RT maupun Kepala Desa. Dengan menguasai sektor-sektor bisnis strategis, misionaris mampu menawarkan dan memberikan pekerjaan bagi anak, remaja, atau pemuda tamatan SMP dan SMA muslim yang masih menganggur.
Keempat, Membuka Sanggar Seni, Lembaga Kursus dan Bimbel, atau Taman Baca gratis. Program ini menyasar anak-anak muslim mulai SD sampai SMA. Misi non-Islam disisipkan di sela-sela pembelajaran berupa nyanyian-nyanyian kerohanian atau gambar-gambar.
Kelima, Menyaru Budaya Muslim. Para agen Injili tak sungkan mengambil simpati masyarakat dengan belajar fasih mengucapkan salam atau hamdalah, juga mengenakan baju koko, peci, memelihara jenggot, dan lain-lain. Mereka pun aktif menghadiri acara-acara keagamaan maupun kekeluargaan warga Islam. Maka waspadalah dengan penampilan karena kadang banyak orang tertipu penampilan. Kita juga harus paham bahwa bunglon saja bisa berubah menjadi bermacam-macam warna apalagi setan berwujud manusia. Maka janganlah anda loyal kepada seorang yang kelihatannya aneh dan tidak anda kenal.
Keenam, Akulturasi budaya. Misionaris memanfaatkan budaya lokal sebagai alat penyebaran agama, misalnya rebana, kuda lumping (jathilan), topeng ireng, wayang kulit, dll.
‘’Jurus-jurus mereka sangat efektif sehingga di beberapa dusun telah terjadi pemurtadan besar-besaran. Bahkan ada satu dusun yang kini umat Islamnya tinggal 2 keluarga yaitu Dusun Tangkil dan Ngargomulyo,’’ ungkap Ustadz Roli. Ia menambahkan, desa-desa yang paling rawan pemurtadan Desa Sumber, Ngargomulyo, Kalibening, Krinjing, Keningar, dan Wates. MasyaAllah
Itulah yang dapat kami sampaikan semoga kita dapat terhindar daripada arus pemurtadan diakhir zaman yang semakin deras. Dan marilah kita tingkatkan kepedulian kita terhadap dakwah islam semampu kita. Jangan melihat dari besar kecil hasilnya tapi yang penting kita lakukan semampu kita karena sedikit tawakal jika Allah meridhai akan menjadi sesuatu kemenangan yang besar.
Demi masa, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali yang beramal shalih, dan saling menasehati dalam kebenaran dan saling menetapi kesabaran dalam menghadapi segala ujian dan cobaan hidup didunia.
Wallahu'alam
Jikalau iman sudah mulai rapuh maka tak ada cara lain selain kita memperbaharui keimanan kita dengan rajin mengikuti kegiatan yang menambah keilmuan kita tentang islam. Contohnya pengajian, baca qur'an, majelis taklim, rajin baca buku islam dan sebagainya. Karena kita yakini iman itu bisa naik bisa turun seperti pasang surutnya air laut. Bisa surut jika kita terlalu banyak maksiat dan lupa berdzikir kepada Allah, dan iman akan bertambah ketika kita beramal shalih dan banyak berdzikir kepada Allah dan banyak-banyak mengingat hari kiamat.
Salah satu strategi kita untuk menghindari invasi iblis dan anteknya dalam upaya menyesatkan manusia kedalam neraka adalah mempelajari gerak-gerik musuh dalam upaya memurtadkan umat islam. Kami sudah banyak menjelaskan tentang strategi antek iblis dalam rangka menyesatkan umat manusia dalam pertemuan lalu yaitu "mewaspadai kristenisasi". Memang dijaman modern yang serba kacau balau ini para antek iblis benar-benar gencar dalam melakukan aksinya. Ada 1001 satu cara mereka dalam menipu umat islam untuk keluar dari jalan yang lurus dan menuju jalan sesat / keluar dari agamanya. Diantaranya ada yang diiming-imingi uang, diiming-imingi sekolah gratis, jabatan tinggi, lalu pacaran akhirnya nikah beda agama dan berakibat murtad, ada lagi yang pura-pura memberi bantuan kepada korban bencana alam tapi ujung-ujungnya pembabtisan, naudzubillah. dan banyak cara lain yang tidak bisa kami jelaskan disini. Oleh karena itu tak ada upaya lebih besar dalam menjaga keimanan kita dan saudara-saudara kita melainkan kita harus memperbanyak belajar agama, banyak berdzikir kepada Allah dan banyak pula melakukan kegiatan kepedulian kepada umat islam yang sedang dilanda musibah karena pada saat itu iman sedang rapuh-rapuhnya sehingga jika umat islam yang lain tidak tanggap tentu saja banyak terjadi pemurtadan seperti yang banyak terjadi waktu gempa jogja dan letusan gunung merapi tahun lalu.
Berikut kami sampaikan beberapa strategi musuh islam dalam rangka memurtadkan umat islam daripada agamanya yang kami kutip dari arrahmah.com. Di sekitar daerah lereng merapi selain sangat sedikit kajian tentang ilmu agama sehingga masyarakat disitu tak tahu banyak tentang anjuran dan larangan agama. juga sangat banyak pula sering terjadi ritual-ritual kesyirikan yang sulit sekali dihilangkan karena memang sudah jadi adat orang sana. Sehingga ketika Allah mengirimkan azab kepada suatu kaum karena kezaliman / kesyirikan mereka maka umat islam yang lain yang tidak ikut-ikutan syirik juga ikut kena. Itulah dampaknya maksiat bila kita biarkan. Maka dari pada itu baiknya daripada kita sibuk debat sendiri tidak jelas arah tujuannya lebih baik kita sibukan waktu kita untuk menolong saudara-saudara kita yang sedang tertimpa musibah. Karena akidah mereka dalam bahaya.
AWAS STRATEGI PERMURTADAN GAYA BARU !!
Bersama FKUI, Ustadz Roli dan Madeni, merekam pola gerakan deislamisasi di desa-desa di Lereng Merapi Kecamatan Dukun Magelang melalui 6 jurus, yaitu:
Pertama, Mereka para salibis tukang babtis memasuki dan mendampingi warga desa-desa terpencil yang masih belum atau kurang terbina dakwah Islam. Misalnya Desa Bojong, Windusari, Tanen, dan Desa Sumber. Misionaris memiliki Program Tinggal di Desa (Living In), yaitu mendatangkan kader-kader misionaris dari Amerika untuk tinggal beberapa pekan bersama keluarga muslim di lereng Merapi.
Kedua, Indoktrinasi dan praktik pluralisme. Penduduk dicekoki faham bahwa semua agama benar dan baik, tujuannya sama, sehingga tidak masalah orang Islam berpindah ke lain agama sesuai kemampuannya. Maka, hal biasa dalam satu keluarga, terdapat anggota yang beragama islam dan non-Islam.
Ketiga, Diakonia. Para misionaris secara terbuka door to door menawarkan kebutuhan pokok masyarakat seperti sembako (sembilan bahan pokok), alat sekolah, dan prasarana pertanian. Beberapa rumah penduduk dibangun atau direnovasi denganbantuan gereja, dengan syarat tertentu yang harus dipenuhi. Agar ‘’legal’’, program ini dilakukan dengan memanfaatkan kekuasaan pengurus RT maupun Kepala Desa. Dengan menguasai sektor-sektor bisnis strategis, misionaris mampu menawarkan dan memberikan pekerjaan bagi anak, remaja, atau pemuda tamatan SMP dan SMA muslim yang masih menganggur.
Keempat, Membuka Sanggar Seni, Lembaga Kursus dan Bimbel, atau Taman Baca gratis. Program ini menyasar anak-anak muslim mulai SD sampai SMA. Misi non-Islam disisipkan di sela-sela pembelajaran berupa nyanyian-nyanyian kerohanian atau gambar-gambar.
Kelima, Menyaru Budaya Muslim. Para agen Injili tak sungkan mengambil simpati masyarakat dengan belajar fasih mengucapkan salam atau hamdalah, juga mengenakan baju koko, peci, memelihara jenggot, dan lain-lain. Mereka pun aktif menghadiri acara-acara keagamaan maupun kekeluargaan warga Islam. Maka waspadalah dengan penampilan karena kadang banyak orang tertipu penampilan. Kita juga harus paham bahwa bunglon saja bisa berubah menjadi bermacam-macam warna apalagi setan berwujud manusia. Maka janganlah anda loyal kepada seorang yang kelihatannya aneh dan tidak anda kenal.
Keenam, Akulturasi budaya. Misionaris memanfaatkan budaya lokal sebagai alat penyebaran agama, misalnya rebana, kuda lumping (jathilan), topeng ireng, wayang kulit, dll.
‘’Jurus-jurus mereka sangat efektif sehingga di beberapa dusun telah terjadi pemurtadan besar-besaran. Bahkan ada satu dusun yang kini umat Islamnya tinggal 2 keluarga yaitu Dusun Tangkil dan Ngargomulyo,’’ ungkap Ustadz Roli. Ia menambahkan, desa-desa yang paling rawan pemurtadan Desa Sumber, Ngargomulyo, Kalibening, Krinjing, Keningar, dan Wates. MasyaAllah
Itulah yang dapat kami sampaikan semoga kita dapat terhindar daripada arus pemurtadan diakhir zaman yang semakin deras. Dan marilah kita tingkatkan kepedulian kita terhadap dakwah islam semampu kita. Jangan melihat dari besar kecil hasilnya tapi yang penting kita lakukan semampu kita karena sedikit tawakal jika Allah meridhai akan menjadi sesuatu kemenangan yang besar.
Demi masa, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali yang beramal shalih, dan saling menasehati dalam kebenaran dan saling menetapi kesabaran dalam menghadapi segala ujian dan cobaan hidup didunia.
Wallahu'alam