"JANGAN MENYERAH KARENA SUKSES ITU ADA DIBALIK KEGAGALAN. DAN DIDUKUNG KETEKUNAN DAN KEULETAN "
Oleh : Muh. Ashabus Samaa’un
(pembina majelis ashabul muslimin)
Dalam kehidupan ini manusia selalu diiringi berbagai macam persaingan dalam berbagai macam bidang kehidupan baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, sosial, kebudayaan dan lainnya. Apalagi dijaman modernisme dan globalisasi ini segalanya telah mengalami persaingan yang amat ketat sehingga orang yang pertama gagal adalah yang paling pertama putus asa. Apalagi dizaman globalisasi ini tentu saja akan semakin sulit menghadapi segala persaingan tersebut. Banyak orang yang merasa gagal dan putus asa dalam menghadapi persaingan kehidupan kemudian stress dan melakukan tindakan kriminal sebagai pelampiasannya. Misalnya gagal dalam berbisnis kemudian putus asa lalu tidak makan dan minum karena frustasi akhirnya jatuh sakit, bahkan yang lebih parah adalah sampai menenggak minuman keras yang jadi pelampiasaannya. Bahkan mengkonsumsi narkoba dan heroin untuk sejenak menghilangkan rasa frustasinya padahal tentu saja perbuatan itu justru merupakan perbuatan yang merugikan diri sendiri dan orang lain di sekitarnya. Belum lagi dampak diakhirat nanti. Itulah kehidupan yang barangkali yang dialami artis-artis televisi dan kaum konglomerat. Mereka memang kaya harta tetapi miskin hatinya. Sehingga terasa sempit hidupnya ketika kegagalan kecil menemuinya. Sebab walaupun mereka dipandang sebagai sukses dan kayaraya namun hakikatnya mereka menderita karena jauh dari mengingat Tuhannya.
Dilain cerita juga banyak juga anak sekolah yang cuman gagal lulus UAS atau UN sampai rela mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri minum obat nyamuk. Sungguh hal tersebut sangat ironis sekali karena lulus UN atau tidak sungguh tidak menentukan kesuksesan kehidupan sesudahnya. Hal itu memang kenyataan karena banyak ternyata banyak yang tidak lulus SD bisa sukses hidupnya karena ketekunan dan sikap yang tidak mudah menyerah menghadapi masalah hidup.
Lebih bodoh dan payah daripada yang diatas adalah bunuh diri gara-gara diputus pacar. Itulah yang dialami abg (anak baru gengsi) seusia remaja hari ini. Pemikiran yang bodoh adalah pemikiran sekali saja tidak memikirkan sebab akibatnya. Artinya juga sebab kegagalan adalah karena seseorang tidak mampu berpikir panjang untuk menyelesaikan masalah. Kurangnya kedewasaan berpikir bukan karena faktor umurnya tapi karena pendidikan akhlaq dan agama yang kurang bagi generasi kita. Jika seorang punya keimanan yang cukup kuat, bila kehilangan sesuatu atau mengalami kegagalan maka dia akan optimis bahwa selama masih hidup tak ada kata gagal. Kata gagal dan sukses hanya berlaku diakhirat. Sukses adalah yaitu ketika seorang bertakwa mendapatkan ganjaran surga dan kegagalan adalah para pendosa yang kemudian merasakan azab akibat perbuatannya. Dengan begitu sebesar apapun kesulitan yang dihadapi didunia seorang muslim akan terus merasa optimis, terus bersemangat dan kemudian pantang menyerah.
Masalah Pendidikan dan Pengangguran
Jika anda mau memperhatikan atau pernah membaca berita dikoran, Televisi ataupun media lainnya atau barangkali anda melihat langsung lingkungan sekitar anda ada banyak orang sukses dalam berbisnis ternyata adalah seorang yang tidak mengenyam pendidikan menengah atau cuman lulus Sekolah Dasar. Jika anda tidak percaya dengan pernyataan saya jika anda membuka internet lalu ketik www.google.com coba anda cari berita yang berhubungan dengan lulusan SD jadi bos, lulusan sarjana jadi karyawan bahkan pengangguran. Untuk rangkuman beritanya klik disini .
Ternyata saya setelah membaca berita tersebut kita dapat mengambil sebuah kesimpulan. Yaitu kebanyakan yang jadi wirausahawan diindonesia ini adalah ternyata kebanyakan orang-orang yang hanya pernah mengenyam pendidikan sekolah dasar. Bahkan bisa jadi tidak lulus Sekolah Dasar juga ada. Dan kebanyakan para wirausahawan diindonesia usaha kelas kecil dan menengah adalah lulusan Sekolah Dasar. kemudian peringkat kedua lulusan SLTP kemudian diperingkat ketiga adalah lulusan SMA diikuti paling buruk peringkatnya adalah lulusan sarjana. Kesimpulannya semakin tinggi pendidikan malah semakin manja orangnya. Karena kerja hanya mau "ndompleng" alias ngikutin orang lain atau status buruh /karyawan. Tidak mau ambil pusing jadi seorang pengusaha atau seorang wirausahawan yang mendirikan sebuah usaha sendiri dengan alasan yang macam-macam padahal pendidikannya kelas intelek. Seharusnya intelek sarjana lebih pandai mendirikan usaha sendiri daripada yang pendidikannya lebih rendah karena mengingat ilmunya juga yang didapat harusnya lebih banyak. Akan tetapi lihatlah sendiri kenyataannya.
Mau jadi apa negri kita ini kira-kira 10, 20, atau 30 tahun kedepan jika terus begitu. Secara kasar saya dapat menyimpulkan bahwa angka kemiskinan dan pengangguran akan semakin membeludak. Karena terbatasnya lapangan pekerjaan, tetapi tidak seimbang dengan jumlah para pencari kerja yang setiap tahun terus meningkat. Tidak seimbang dengan sumber lapangan pekerjaan yang ada dan terbatasnya para pelaku usaha (wirausahawan). Padahal semua itu dapat dituntaskan dengan berwirausaha. Dengan berwirausaha kita bisa ikut membantu pemerintah mengentaskan masalah pengangguran yang semakin meningkat di Indonesia. Apalagi dengan berwirausaha akan ada rasa kepuasan bathin tersendiri dalam bekerja. Dari sisi kebebasan dan inovasi mudah kita kembangkan sendiri daripada kita jadi karyawan tentu saja kebebasan mengelola usaha adalah terbatas oleh peraturan pimpinan.
Jika anda memperhatikan dengan seksama berita tersebut diatas, memang benar-benar tidak tanggung-tanggung angka pengangguran lulusan sarjana diindonesia. Semakin tahun ternyata semakin meningkat tajam. Menurut berita Data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyebutkan angka pengangguran mencapai 4,1 juta (21,2 persen) dari jumlah angkatan kerja sebanyak 21,2 juta pada 2011. Dari jumlah tersebut, separuhnya adalah lulusan diploma dan sarjana. Apakah arti dibalik semua ini? Ternyata saya dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa ternyata pendidikan diindonesia ini telah gagal total karena ternyata semakin tinggi pendidikan semakin tinggi pula menghasilkan manusia pengangguran.
Barangkali salah satu sebabnya adalah mungkin semakin tinggi pendidikan semakin tinggi pula gengsinya sehingga tidak mau bekerja keras istilahnya adalah “setelah lulus sekolah harus dapat pekerjaan orang berdasi” alias maunya pada mau enak-enakan kerja dikantoran gaji gede kerjaan ringan. Padahal orang itu kalau mau sukses ya kerja keras dan pantang menyerah. Tak ada cerita orang duduk enak-enakan tidak pernah merasa pusing menghadapi berbagai kesulitan dan pahitnya kegagalan bisa sukses.
Pantaslah kemana-mana nyari kerjaan gak dapat-dapat karena lapangan pekerjaan semakin sempit sementara setiap tahun pencari kerja membeludak. Salah satu solusi dari semua itu adalah dengan berwirausaha. Seorang wirausahawan biasanya mempunyai karakter pekerja keras, tekun, tidak mengenal gengsi, dan pantang menyerah. Sementara mental para lulusan intelek diindonesia adalah mental gengsi dan manja yang tentu saja sangat berlawanan dengan karakter seorang sukses atau wirausahawan. Setelah lulus yang dipikirkan hanya mencari pekerjaan bukannya mendirikan sebuah lapangan pekerjaan. Itulah sebab mengapa angka pengangguran diindonesia ini meningkat. Yaitu karena sedikitnya lapangan pekerjaan dan wirasusahawan tetapi angka peledakan pencari kerja sangat memprihatinkan karena jika kita mau mengamati tiap tahun diindonesia ini ada ratusan ribu lulusan sarjana / intelek keluar dari “kandang”nya ( lulus sekolah) menuju “alam bebas “ mencari penghidupan.
FAKTOR KEGAGALAN HIDUP
Kembali kepada permasalahan awal yaitu kenapa banyak orang gagal dalam menghadapi persaingan hidup? dan malah malah sampai bunuh diri sebagai puncak pelampiasaanya karena tidak bisa menahan rasa stres atau frustasinya. Dalam pembahasan ini saya hanya akan mengemukaan faktor-faktor yang umum saja sedangkan faktor lainnya yang khusus kita jelaskan dilain waktu, insyaAllah.
Faktor Pertama sebagai Jawaban pertanyaan diatas adalah karena banyak manusia sudah lupa dengan yang Maha Kuasa, yang memberi kesuksesan itu alias lupa kepada Allah SWT sehingga hidupnya terasa gersang dan sempit padahal dunia ini tak seluas daun talas. Banyak orang berlomba-lomba dalam urusan dunia sampai tidak mau tahu dari jalan mana ia dapat entah diperbolehkan agama atau tidak. Sementara untuk urusan kehidupan yang sebenarnya yaitu akhirat banyak manusia malah meremehkannya bahkan tidak memperdulikannya sama sekali. Seakan-akan memandang dunia ini sebagai tempat tujuan hidup padahal suatu saat setiap manusia itu akan mati. Lihatkah kehidupan persaingan yang sangat keras diperkotaan banyak gedung-gedung megah tinggi menjulang sementara disampingnya banyak pemukiman kumuh milik orang fakir miskin yang tidak dipedulikan bahkan dianggap “sampah yang terbuang” oleh sebagian besar manusia diperkotaan yang sudah mati rasa hatinya.
Itulah hasil kesuksesan pembangunan yang tidak diiringi dengan pembangunan keimanan / ketakwaan hasilnya adalah kesenjangan sosial yang memprihatinkan dan penyakit materialisme dan individualisme yang sudah sangat akut. Karena banyak yang telah menganggap uang sebagai tuhan dengan anggapan apa saja bisa dibeli dengan uang. Dan kita telah melihat kenyataanya yaitu di indonesia ini hukum bisa dijual beli. Para koruptor bisa bebas sesuka hati dan maling ayam tewas digebuki, itu semua adalah persoalan punya duit atau tidak.
Padahal orang seperti itu telah lupa hal sepele yaitu mati tidak bisa dijual beli. Dan juga siksaan neraka tidak bisa ditebus dengan apapun, bahkan seandainya orang punya emas bumipun jika digunakan untuk tebusan pembebasan siksa akhirat di neraka, maka tak akan pernah diterima oleh Allah Yang Maha Kaya , Maha Bijaksana Dan Maha Adil. Sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur'an, Allah Ta’ala berfirman,
"Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mereka mati tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang di antara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (yang sebanyak itu). Bagi mereka itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong."
(Q.S. Ali ‘Imran/3: 91)
Ingatlah sebuah nasehat yang sangat bijak dari nabi Muhammad saw yaitu “barangsiapa yang mengingat Allah SWT diwaktu lapang niscaya Allah akan mengingatnya diwaktu sempit”. Artinya adalah ketika kita sedang dalam keadaan lapang kesehatan dan rejekinya kita banyak bersyukur kepada Allah diriingi dengan amal shalih yang banyak niscaya Allah akan membantu kita disaat kita susah. Kita tahu sendiri keadaan manusia jaman sekarang. Ketika banyak harta banyak yang menemani tetapi ketika kita sedang kesulitan mereka semua menjauhi. Maka jika siapa lagi yang akan menolong kita pada saat kita seperti itu kalau bukan Tuhan Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu tidak salah jika kita diharuskan bersyukut dan beramal shalih saat kita sedang dilapangkan rejekinya agar ketika kita susah Allah akan menolong kita. Itulah kesuksesan yang diiringi dengan takwa. Hasilnya juga tidak hanya dinikmati diri sendiri tetapi juga orang disekitarnya. Tidak hanya sukses dunia tetapi juga sukses akhirat. Siapakah yang tidak menginginkan kehidupan seperti itu?
Faktor yang kedua penyebab kegagalan hidup adalah karena penyakit mudah putus asa karena sebuah kegagalan. Itulah yang terjadi pada zaman sekarang ini orang mudah putus asa dengan satu usaha percobaan sehingga dia menunda kesuksesan pada percobaan yang berikutnya. Atau malah membuang kesuksesan itu karena tidak mau mencobanya sekali lagi dan sekali lagi kegagalan itu. Banyak orang sekarang itu takut mendirikan usaha sendiri dengan alasan takut bangkrut. Hal itu sungguh pernyataan salah dan tidak beralasan. Apalagi mental seperti itu adalah mental seorang pecundang yaitu kalah sebelum bertanding.
Sebagai sebuah motivasi untuk kita semua marilah kita kembali mengingat masa lalu kita. Yaitu ketika kita masih bayi digendong kemudian belajar merangkak setelah merangkak kemudian belajar berjalan. Belajar berjalan ternyata tidak semudah yang dibayangkan bayi selalu terjatuh berkali-kali ketika sedang belajar berjalan. Tetapi kita waktu itu tidak pernah menyerah untuk bisa berjalan. Sehingga telah terlihat hasilnya yaitu sampai sekarang kita telah bisa kemana-mana dengan berjalan kaki dan melakukan berbagai aktivitas dengan bantuan kaki. Coba kita menyerah sejak bayi. Sekali jatuh langsung tidak mau belajar berjalan lagi tentu saja mungkin barangkali kita tidak akan pernah bisa berjalan dengan kaki meskipun mempunyai kaki. Dapatkah anda mengambil kesimpulannya?. Kesimpulannya adalah pantang menyerah dan terus bangkit dari kegagalan adalah salah satu faktor kesuksesan kita.
Untuk lebih jelasnya kita dapat mengambil contoh seorang anak yang belajar bersepeda, dia akan terjatuh berkali-kali sampai dia bisa bersepeda dengan lancar. Jika sekali saja belajar lalu terjatuh dan takut untuk mencobanya lagi maka anak seperti itu tidak akan pernah bisa bersepeda roda dua. Hanya bisa menaiki sepeda roda tiga seumur hidupnya. Aliasnya hidupnya tidak pernah berkembang sama sekali bisa dibilang gagal karena tidak mau merasakan pahitnya kegagalan.
Faktor yang ketiga, Gengsi yang dituruti. Faktor yang ketiga ini memang cukup komplek untuk dijelaskan. Karena dijaman globalisasi ini banyak alasan dilakukan untuk gengsi. bahkan sampai rela menghambur-hamburkan duit banyak sekedar untuk memuaskan gengsi. Penyakit gengsi secara kasar dapat digambarkan sebagai penyakit tukang pamer dalam bahasa kita dalam agama islam kita mengenal penyakit riya'. Penyakit gengsi dan riya' adalah dua saudara kembar yang sulit dibedakan. Penyakit ini selalu mengajak pengidapnya untuk melakukan hal-hal yang tidak perlu biar dianggap wah oleh orang sekitarnya. Misalnya membeli Hape kelas terbaru supaya dianggap gaul oleh temannya, membeli mobil supaya dipandang orang kaya oleh orang lain padahal mobil kredit. Untuk sekelas anak sekarang sifat gengsi ini yang terlihat jelas adalah malu ke sekolah jalan kaki lalu pakai motor padahal jarak kesekolah cuman beberapa meter dari rumahnya. Untuk kelas para konsumtif maka dia akan selalu membeli produk dari luar negri biar dibilang up to date alias tidak ketinggalan jaman. Padahal produk dalam negri bisa jadi harga lebih murah dan berkualitas, manfaat lainnya adalah membantu perekonomian rakyat kecil kelas pedagang.
Itulah sifat gengsi. Sifat ini adalah sifat jelek yang sulit dihilangkan dalam benak masyarakat kita sekarang ini. Apalagi pengaruh budaya barat kian mendominasi gaya hidup masyarakat kita sekarang. Yang sifatnya serba konsumtif (boros) dan glamour alias gaya hidup ngawur. Apalagi yang tiap hari santapannya sinetron dan lauknya iklan televisi. Tentu saja gaya hidupnya akan lebih parah daripada yang tidak nonton sinetron. Seseorang yang tiap hari nonton sinetron maka secara sadar atau tidak orang itu akan mengikuti gaya hidup para artis sinetron atau bintang iklan. Sehingga kehidupannya menjadi boros, konsumtif dan gampang diakali orang lain.
Penonton sendiri tidak sadar kalau dibohongi kaum kapitalis. Mereka mempengaruhi masyarakat untuk menguntungkan produknya sendiri dengan berbagai cara misalnya dengan tayangan iklan televisi. Padahal namanya saja iklan. Tentu saja banyak kebohongannya dalam menayangkan produknya. Karena prinsip mereka yang penting masyarakat terbujuk untuk membeli produk mereka dengan berbagai cara salah satunya adalah dengan menyihir para penonton dengan pesona bintang iklan televisi sehingga cepat atau lambat penonton akan tertarik untuk membeli produk mereka. Misalnya iklan handphone blackberry yang harganya sekian juta padahal banyak hape yang lebih murah dari itu akan tetapi karena masyarakat telah tersihir bintang iklannya maka masyarakat khususnya kalangan remaja akan mudah terpengaruh untuk membeli produk mereka meskipun mahal sekali. Hal itu barangkali dilakukan untuk sekedar memenuhi gaya gengsi yang disuguhkan oleh bintang iklan televisi itu tadi. Harusnya orang akalnya sehat dapat memilih mana kebutuhan yang lebih penting dan mana kebutuhan yang tidak penting. Orang bijak yang memiliki karakter wirausahawan akan lebih memilih membeli barang bermanfaat misalnya membeli buku pengetahuan untuk menambah keilmuan atau ditabung daripada membeli barang yang fungsinya tidak terlalu berguna. Hape kan sebenarnya fungsi utamanya adalah untuk menelpon dan sms. Tetapi karena jaman telah maju fungsinya sudah banyak berubah salah satunya adalah sebagai media hiburan, chatingan, fesbukan dan sebagainya. Maka tak ada yang memegang hape sekarang ini kecuali sebagian besar waktunya untuk bersia-sia memijit-mijit tombol hape berjam-jam yang tidak jelas bermanfaat atau tidak. Bisa dibilang jaman sekarang manusia sudah jadi budak teknologi yang radikal. Karena dampaknya juga sudah sangat terlihat jelas yaitu perilaku kriminal dan kebodohan massal telah terjadi pada masyarakat dewasa ini. Semua itu tidak terlepas dari pengaruh negatif perkembangan teknologi. Terlebih lagi, masyarakat dewasa ini tidak mau ambil pusing dengan apa yang mereka tonton itu termasuk pendidikan yang membangun atau merusak moral anak-anaknya. Karena kita banyak melihat tayangan televisi jaman sekarang adalah tayangan berbau semi cabul dan glamouristik. Misalnya tayangan sinetron abg yang berbau pacaran dan kenakalan-kenakalan remaja. Tentu saja anak-anak remaja pemikirannya masih belum stabil sehingga apa saja yang kelihatannya menarik maka gampang saja ditiru. Tidak pikir panjang apa sebab dan akibatnya. Maka tindakan kriminal dan kenakalan anak muda sekarang ini tidak lain juga faktornya dari racun televisi. Atau sinetron dewasa yang isinya temanya rebutan warisan atau selingkah selingkuh. Sungguh hal itu akan memperkeruh pemikiran para penonton. Sehingga tidak jarang pula adegan kriminal yang dilakukan orang kadang mirip sekali adegan sinetron karena barangkali awal mula inspirasinya dari situ. Itulah dampak tontonan yang menjadi tuntunan.
Kembali kepada masalah gengsi. Sifat gengsi adalah penyakit berbahaya dalam kehidupan. Karena sifat ini akan melahirkan juga sifat malas dan manja dan sifat angkuh bin takabur (sombong). Misalnya setelah lulus kuliah maunya kerja jadi orang kantoran. Padahal pekerjaan kantoran sudah penuh diisi orang. Solusinya adalah misalnya berdagang tetapi karena penyakit gengsi maka seorang sarjana akan malu untuk berdagang padahal berdagang adalah pekerjaan halal, jika objek dan asal jualannya halal. Jadi kenapa harus malu. Barangkali dia menganggap dirinya orang intelek yang seharusnya duduk dilingkungan kerja orang berdasi, tidak duduk bersama orang pasar karena barangkali menganggap orang-orang yang dipasar adalah semuanya orang kampungan yang berpendidikan rendah. Sedangkan dirinya adalah seorang sarjana. Lalu bagaimana orang seperti ini mau maju sementara sifat gengsi telah merasukinya!. Orang seperti ini tidak akan pernah jadi pengusaha sukses karena seorang pengusaha sukses biasanya banyak pengalaman dalam dunia usaha, pengalaman bergaul dengan siapa saja baik awam, intelek, kaya maupun miskin dan sifatnya adalah supel (gampang menyesuaikan) dan seorang pekerja keras lagi pantang menyerah. Biar bagaimanapun walaupun dia merasa sombong dengan menganggap dia sendiri lulusan intelek terpelajar tapi orang ini melupakan satu hal yaitu pengalaman hidup dilapangan usaha tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan seorang pedagang bakso keliling sekalipun. Mengingat baru lulus sekolah saja sudah belagu. Padahal lingkungan sekolah bisa jadi berlawanan situasinya dengan lingkungan dunia usaha. Pemikiran dilingkungan sekolah bisa jadi adalah pemikiran teori serba instan akan tetapi lingkungan dunia kerja adalah lingkungan yang tidak hanya menuntut kelimuan dan keahlian tetapi juga pengalaman untuk terjun dalam bidang tertentu. Inilah satu hal yang tidak dimiliki "anak kemaren sore" itu / sarjana yang baru lulus dari kuliah.
Sebenarnya ada banyak peluang pekerjaan dimuka bumi ini, tidak hanya terbatas pada urusan kantoran atau businesman saja. Salah satunya pedagang. Dari dagang kue,cabe, mie, batu bata, saham sampai properti. Atau menjadi seorang peternak, montir radio, montir motor, atau menjadi ahli perkebunan.
Sebagai pelajaran untuk kita marilah kita ingat kisah abdurrahman bin auf. Beliau adalah sahabat Nabi Muhammad saw yang sukses dalam berbisnis atau seorang sudagar kaya raya, namun tidak mengenal apa itu gengsi. Beliau pernah ditawari jabatan pemerintahan saat itu. Tetapi apa jawab abdurrahman bin auf? . Dia kaya tapi tidak gila kekuasaan seperti orang saat ini. Dengan hartanya dia membeli suara rakyat, suara umat dengan cara nyogok, dengan cara nyuap dan politik uang. Ketika Abdurrahman ditawarkan menjadi khalifah, dia katakan apa? “Lebih baik engkau berikan pisau kepadaku, taruh di leher, tusuk sampai tembus ke sebelahnya. Sesungguhnya jabatan itu tidak aku inginkan. Beliau malah hanya meminta ditunjukan dimana pasar kemudian kembali berdagang disitu. Benar-benar seorang yang berkarakter luar biasa.
Saya memang tidak heran kenapa berdagang lebih dihindari daripada jadi orang kantoran untuk manusia jaman sekarang. Karena sejak kecil barangkali kita dididik untuk menjadi konsumen bukan sebagi produsen, dididik menjadi seorang manja yang tidak mengenal kerja keras bukan dididik menjadi seorang pekerja keras yang ulet. Sehingga sifat gengsilah yang kemudian tumbuh dalam benak kita kemudian mendarah daging menjadi karakter seorang pecundang. Maunya kerja enak dan dapet duit banyak. Sementara dia sendiri tak mau merasakan pahitnya orang kerja keras dan pahitnya kesulitan hidup. Padahal seorang sukses berawal dari sebuah kesulitan kemudian menjadi pembelajaran hidup untuk kemudian bangkit menjadi seorang pengusaha yang ulet yang bisa mengatasi kesulitan hidupnya.
Memang tidak ada yang bisa menjamin kesuksesan pada kita, kecuali Allah yang Maha Berkehendak. Tapi berdagang atau bertani dan berternak tak ada salahnya, daripada nganggur. Atau anda akan mendapatkan julukan pepatah "Besar gengsi daripada pendapatan".
Kita tidak akan membahas lebih jauh tentang penyakit gengsi ini. Tetapi penyakit gengsi ini adalah penghambat munculnya sebuah kreativitas dan kerja keras untuk mencapai sebuah usaha. Orang yang mempunyai sifat gengsi hanya mau sukses tapi tidak mau bekerja keras dan usaha yang tidak sedikit menghabiskan tenaga dan biaya. Pemikiran gengsi adalah pemikiran bagaimana seseorang mau sukses dengan cara instan.
Penutup
Mungkin itu saja yang dapat saya sampaikan. Yang pasti tawakal kepada Allah itu yang paling utama dan pantang menyerah adalah faktor pentingnya dalam membangun sebuah kesuksesan hidup dalam berbagai hal. Saya akan membawakan satu syair yang barangkali berguna untuk kita semua yang menginginkan sebuah kesuksesan tanpa batas :
Jangan takut musuh ketika perang
Jangan takut kalah jika ingin menang
jangan takut ombak jika mau berlayar
jangan takut gagal jika menginginkan usaha lancar.
Jangan takut kotor jika ingin menanam benih tanaman .
Jangan gengsi jika ingin sebuah keberhasilan.
Pepatah saya diatas dapat diartikan kunci keberhasilan adalah tidak mudah putus asa, tidak gengsi dan tidak takut mengalami kegagalan dan memerlukan sebuah ketekunan untuk sebuah keberhasilan.
Inilah hidup segalanya perlu usaha tidak ada yang instan. Pemikiran serba instan dan tidak mau berusaha dan membesarkan gengsi adalah pemikiran seorang yang gagal selamanya. Bahkan bisa gagal diakhirat, alias masuk neraka karena sifat manja. Karena sifat tersebut biasanya hanya akan membuat orang bermental pengecut, munafik dan culas. Naudzubillah.
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentarnya jika ada link mati harap lapor. jazakumullah