Kamis, 28 Maret 2013
Mutiara Nasehat Islam No. 511 - 520
10 HAL YANG DAPAT MENUMBUHKAN CINTA !
Oleh : M. Ashabus Samaa'un
Mukadimah Hadits
"Barangsiapa mengutamakan kecintaan Allah atas kecintaan manusia maka Allah akan melindunginya dari beban gangguan manusia."
(HR. Ad-Dailami)
PENJELASAN
Apa itu cinta?" cinta adalah satu kata berjuta makna . Cinta adalah satu kata yang sulit dimengerti maknanya". begitulah kata seorang penyair.
Namun apakah makna cinta itu sebenarnya? Apakah cuman sekedar yaitu rasa saling suka kepada lawan jenis. Tapi umumnya orang mengartikan cinta seperti itu. Ada lagi yang mengartikan cinta adalah sebuah Kisah seorang remaja, ketika jalinan asmara yang menggebu-nggebu dalam batinnya sehingga dia mengatakan orang yang dicintainya adalah cinta sejatinya. Padahal Cinta itu tidak bermakna sesempit itu. Dan bisa jadi orang tersebut adalah salah kaprah mengartikan cinta sejati itu apa. Namun jika orang telah salah mengartikan cinta dampaknya bisa jadi sangat berbahaya. Kenapa? Mari kita simak kajian berikut.
Memang cinta adalah kata yang paling sensitif dikatakan orang ketika dia telah menemukan seseorang yang dicintainya, apalagi bagi mereka yang masih remaja, percintaan adalah topik pokok dalam kehidupannya. Karena masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa kemudian rasa tertarik kepada lawan jenis itu tumbuh menjadi subur ketika dia mulai menginjak usia remaja alias masa pubertas. Maka tak heran sinetron-sinetron ABG kebanyakan membahas masalah itu-itu saja. Begitulah sinetron jaman sekarang, mungkin produser film sudah tahu kalau kebanyakan orang Indonesia itu pemirsanya kebanyakan ABG. Sehingga jika yang dibahas masalah asmaradana mungkin filmnya akan laku keras. Tapi mungkin dampaknya bisa jadi buruk karena sinetron itu mengajari pacar-pacaran anak-anak remaja yang masih labil mentalnya. Anak usia belasan umumnya gampang terpengaruh tontonan dan omongan orang lain, terkadang habis nonton dia terinpirasi untuk melakukannya dengan lawan jenisnya. Padahal pacaran itu adalah 'pemanasan' menuju zina besar (zina kemaluan). Tapi kebanyakan remaja sekarang mungkin telah jauh dari ilmu agama, ditambah lagi juga dampak perkembangan globalisasi yang semakin menjauhkan manusia dari budi pekertinya. Sehingga tidak tahu bahaya pacaran sebenarnya. Justru kata remaja sekarang malah pacaran dibilang gaul, trend, modern dan sebagainya. Padahal tidak tanggung-tanggung dampaknya akibat pacaran itu, yaitu merajalelanya perzinaan dan aborsi besar-besaran, naudzubillah. Karena pacaran adalah pintu terlebar dari semua pintu menuju perzinaan.
Kemudian kembali kepada masalah makna cinta. Berbeda dengan orang beriman, ia akan mengartikan cinta sebagai seluruh kepasrahan hidup, mati, ibadah dan amalannya segalanya hanya untuk Allah karena ia mengharapkan ridha Allah saja supaya mendapatkan keselamatan hidup dunia dan akhirat. Cinta adalah sesuatu yang sangat berbahaya jika disalah gunakan, misalnya seseorang yang mencintai wanita berlebihan namun wanita itu kafir sehingga dia bisa terancam terancam murtad dari agamanya karena ingin menikahi wanita kafir itu, tapi wanita itu menolaknya kecuali dengan syarat orang itu murtad, naudzubillah. hal itu pernah diceritakan dalam sejarah tentang seorang yang shaleh kemudian murtad karena jatuh cinta kepada wanita kafir, sebelum dia sempat menikahi wanita itu dia jatuh dari tangga kemudian mati dalam keadaan kafir, sungguh sia-sia seluruh amal dan sesungguhnya balasan bagi orang yang kafir / murtad adalah kekal dijahanam selama-lamanya, naudzubillah. Senada apa yang difirmankan Allah ;
"Barangsiapa yang murtad diantara kamu dari agamanya, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya" [Al-Baqarah: 217].
Selain cinta kepada lawan jenis yang membabi buta, ada lagi yang bisa menyebabkan orang mendapatkan kesengsaraan dunia dan akhirat, yaitu orang dewasa yang mencintai anak-anak, istri, harta kekayaan, pangkat dan jabatan melebihi cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Sehingga semua hal yang dicintainya itu melalaikan dia dari beribadah. Oleh karena itu mencintai sesuatu lebih besar daripada cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya dan juga kepada Islam maka bisa dibilang haram/termasuk perbuatan musyrik. Karena terancam apa yang difirmankan Allah SWT berikut ini ;
"Katakanlah: 'Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya (pada hari kiamat).' Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik." (Qs. At Taubah: 24)
Kemudian Ibnu Katsir rahimahulullah menjelaskan , "Jika semua hal-hal tadi lebih dicintai daripada Allah dan Rasul-Nya, serta berjihad di jalan Allah, maka tunggulah musibah dan malapetaka yang akan menimpa kalian." (dari kitab Al Qur'an Al 'Azhim, karya Ibnu katsir 4/124)
Sungguh karena berbahayanya penyakit cinta buta yaitu cinta yang dilandasi hawa nafsu bukan dilandasi keimanan, maka hanya karena cinta buta itu seseorang bisa masuk neraka walaupun amalnya sebesar bola dunia. Karena Nabi Muhammad saw telah mengatakan bahwa seseorang pada hari kiamat nanti akan masuk surga atau neraka bersama seseorang yang paling dicintainya, jika yang dicintai termasuk ahli surga maka dia akan ikut masuk surga meski amalnya tak seberapa, jika yang dicintainya ahli neraka maka dia akan masuk neraka meski amalnya sebesar bola dunia. maka kita sebagai orang beriman pantas hati-hati dalam masalah cinta.
Tetapi selain cinta buta yang berbahaya ada juga cinta yang membawa manusia kedalam surga yaitu cinta yang dilandasi keimanan dan ketakwaan kepada Allah dan Rasul-Nya. Sehingga dia mengihlaskan segala amalan dan seluruh umur hidupnya hanya untuk berjuang dijalan Islam. Itulah yang menyebabkan Allah ridha memberikan surga yang abadi untuknya. Nabi SAW pernah bersabda Dari Anas bin Malik RA, "Ada seseorang yang bertanya kepada Nabi SAW tentang hari kiamat, "Kapankah kiamat datang?" Nabi pun SAW menjawab, "Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?" Orang itu menjawab, "Wahai Rasulullah, aku belum mempersiapkan shalat dan puasa yang banyak, hanya saja aku mencintai Allah dan Rasul-Nya SAW" Maka Rasulullah SAW pun bersabda, "Seseorang (di hari kiamat) akan bersama orang yang dicintainya, dan engkau akan bersama yang engkau cintai." Anas pun berkata, "Kami tidak lebih bahagia daripada mendengarkan sabda Nabi SAW, 'Engkau akan bersama orang yang engkau cintai.'" Anas kembali berkata, "Aku mencintai Nabi SAW, Abu Bakar dan Umar, maka aku berharap akan bisa bersama mereka (di hari kiamat), dengan cintaku ini kepada mereka, meskipun aku sendiri belum (bisa) beramal sebanyak amalan mereka." (HR. Al-Bukhari)
Artinya dalam hadits diatas walaupun seseorang itu amalnya sedikit namun dia bisa beruntung masuk kedalam surga karena mencintai Allah dan Rasul-Nya. Karena jika kita mencintai Allah, Allah juga akan mencintai kita. Jika sebaliknya kita menaruh cinta kepada makhluk lebih besar daripada cintanya kepada Allah maka berhati-hatilah, karena Allah akan mengacuhkannya. Bahkan tidak mendengar doanya karena dia telah syirik kepada-Nya. Dan dia bisa terancam masuk neraka jika yang dicintainya itu melalaikan dia dari Ibadah, atau bahkan memurtadkannya dari agama.
Oleh karena itu Rasulullah telah memberi nasehat besar bahwa siapa saja yang mencintai kepada makhluk maka jangan berlebihan karena suatu saat nanti dia akan berpisah (entah karena mati/perceraian) tapi cinta kepada Allah dan Rasul-Nya tak mengenal perpisahan. Nabi saw bersabda "Hiduplah sesukamu maka sesungguhnya kamu akan mati. Cintailah sesuatu sesukamu maka sesungguhnya kamu akan berpisah. Berbuatlah sesukamu maka sesungguhnya kamu akan bertemu dengannya." (H.R. Hakim)
Orang mukmin pun belum dikatakan sempurna imannya meski sempurna ibadahnya sebelum dia mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi cintanya kepada segala sesuatu. Nabi Muhammad SAW pernah memberi nasehat begini "Tidak sempurna keimanan seseorang diantara kalian hingga ia lebih mencintai aku daripada kedua orangtua dan, anaknya dan manusia semuanya"(HR. Al-Bukhari)
Cinta memang sudah menjadi fitrah (bawaan) manusia sejak lahir. Cinta tidak akan bisa hilang dari naluri manusia. Tapi cinta bisa berbahaya jika disalah gunakan atau mencintai sesuatu yang tidak semestinya secara berlebihan. Karena begitu pentingnya cinta maka bagaimanakah cara menumbuhkan dan menambahkan cinta supaya kita benar-benar jadi hamba-Nya yang bahagia. Ibnul Qayyim rahimahullâh menyebutkan sepuluh sebab yang akan menumbuhkan dan menambah rasa cinta seorang hamba kepada Rabb-nya. Berikut sepuluh sebab tersebut :
1. Membaca Al-Qur`ân dengan tadabbur (penghayatan) dan memahami maknanya.
2. Memperbanyak ibadah nafilah (sunnah) setelah menunaikan ibadah-ibadah wajib. Misalnya puasa senin-kamis, atau shalat dhuha.
3. Memperbanyak dzikir kepada Allah dalam segala keadaan.
4. Lebih mendahulukan pelaksanaan dari apa yang dicintai oleh Allah, walaupun hal tersebut menyelishi hawa nafsunya.
5. Membawa hati untuk mencermati nama-nama dan sifat-sifat Allah dan menelusuri taman-tamannya (majelis ilmu).
6. Menyaksikan kebaikan, kebajikan dan nikmat-nikmat Allah kepada makhluk-Nya.
7. Menundukkan diri di hadapan Allah Subhânahu wa Ta'âla.
8. Berkhalwat dan bermunajad (berdzikir) kepada-Nya di waktu malam, terkhusus pada sepertiga malam terakhir.
9. Duduk dengan orang-orang shalih.
10. Menghindari segala sebab yang bisa memisahkan antara hatinya dengan Allah 'Azza wa Jalla.
Demikianlah semoga bermanfaat dan segala kekurangan kami mohon maaf.
Wallahu'alam
Refrensi Tulisan :
- muslim.or.id,
berbagai sumber
Rabu, 20 Maret 2013
[Hadits Nabi] : Syarat-syarat Keluarga Yang Sakinah dan Bahagia
Rasulullah pernah bersabda"Apabila Allah menghendaki, maka rumah tangga yang Bahagia itu akan diberikan kecenderungan senang mempelajari ilmu- ilmu agama, yang muda-muda menghormati yang tua-tua, harmonis dalam kehidupan, hemat dan hidup sederhana, menyadari cacat-cacat mereka dan melakukan taubat."
(HR Dailami dari Abas ra)
Penjelasan Hadits
Salah satu dari sekian banyak hajat hidup manusia baik laki-laki maupun perempuan dalam kehidupan di dunia ini ialah membentuk rumah tangga. Untuk membentuk rumah tangga antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan harus diikat dengan sebuah pertalian akad yang biasa disebut dengan pernikahan. Ikatan yang dijalin antara keduanya harus didasari pula dengan rasa cinta kasih agar dalam rumah tangga yang dibina itu akan tercipta rasa ketentraman dan kebahagiaan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Ar-Rum 21:
"Sebagian dari tanda-tanda kebesaran Allah, yaitu diciptakan-Nya untukmu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri agar supaya kamu mendapat sakinah (ketenangan hati). Dan dijadikan-Nya kasih sayang antara kamu (suami-isteri). Sesungguhnya yang demikian menjadi tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berpikir."(Ar-Ruum ayat 21)
Menurut hadist Rasulullah SAW, yang dilansir di awal tulisan ini, paling tidak ada lima syarat yang harus dipenuhi oleh pasangan suami istri:
Pertama . Harus banyak mempelajari ilmu-ilmu agama. Faktor ajaran Islam memegang peranan penting karena ajaran agama (Islam) ini merupakan petunjuk untuk membedakan antara yang hak dan batil, antara yang menguntungkan dan merugikan, yang pada gilirannya merupakan pegangan dalam meniti kehidupan berkeluarga.
Salah satu contoh ajaran Islam, walaupun seorang laki-laki dan perempuan sudah membina rumah tangga, harus tetap berbakti kepada kedua orangtua kedua belah pihak sebagaimana sabda Rasulullah SAW berikut ini: "Ridho Allah tergantung kepada keridhaan orang tuanya dan murka Allah juga diakibatkan kemurkaan orang tuanya."
Berbakti kepada orang tua bukan cuma memberikan material semata, tetapi banyak cara termasuk berbakti kepada mereka yang sudah meninggal dunia dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT memohon keselamatan dan ampunan bagi mereka.
Pihak keluarga muslim yang bahagia adalah ketakwaan kepada Allah SWT yang didirikan berdasarkan ilmu keagamaan. Dengan pilar ini maka semua kekurangan akan dapat dilengkapi. Dia juga pematri pemandu hati, pembina watak dan pembersih jiwa. Dengan ketakwaan juga dia akan menjadi kompas penunjuk hak dan pengikat kewajiban dan dia pulalah pemudah semua kesulitan dan penangkal segala kejahatan. Takwa juga akan menjadi pemacu segala kebajikan dan pemersatu segala perbedaan.
Kedua. Akhlak dan Kesopanan. Di dalam rumah tangga yang bahagia sudah terjalin hubungan harmonis antara sesama keluarga. Mereka yang muda menghormati yang tua, begitu juga sebaliknya yang tua menghargai dan mencintai yang muda. Sikap saling menghormati dan menyayangi dalam keluarga ini digariskan dalam sebuah hadist Rasulullah SAW: "Tidaklah termasuk umatku orang-orang yang tidak menghormati orang tua dan orang yang tidak menyayangi orang-orang kecil/muda."
Ketiga. Etika Pergaulan. Dalam rumah tangga yang bahagia akan tercermin melalui keharmonisan antara sesama anggota keluarga. Masing-masing anggota keluarga dapat menempatkan diri dan menjalankan tugasnya masing-masing dengan penuh tanggung jawab. Suami bertanggung jawab terhadap isteri dan anak-anak, sedangkan isteri tidak membuat kebijakan tanpa sepengetahuan suami. Demikian pula anak-anak selalu mematuhi kehendak orang tuanya. Dalam rumah tangga yang bahagia tidak ada perasaan saling mencurigai dan saling salah menyalahkan.
Keempat. Hemat dan Hidup Sederhana. Rumah tangga yang serba berkecukupan dengan harta benda yang melimpah belum menjamin penghuninya berbahagia. Malahan dengan harta melimpah disertai kedudukan yang tinggi dan kekuasaan yang luas sering menimbulkan persoalan yang tiada henti.
Akibatnya kehidupan dalam keluarga kurang harmonis karena tidak ada lagi komunikasi atau terbatasnya untuk bersama dalam keluarga karena sibuk dengan kepentingan masing-masing. Inilah salah satu penyebab retaknya kehidupan rumah tangga. Namun sebagian besar penyebab kehancuran suatu rumah tangga karena tidak pandai berhemat dan tidak memikirkan bagaimana hidup esok hari.
Kelima Menyadari Cacat Diri Sendiri masing-masing anggota keluarga. Sudah menjadi kebiasaan sampai sekarang tidak menyadari aib atau cacat diri sendiri. Tetapi melihat aib orang lain sudah menjadi tren yang populer. Dalam kehidupan rumah tangga yang bahagia, mereka tidak saling membuka aib, tetapi sebaliknya saling menutupi aib. Kemudian yang harus disadari bahwa masing-masing orang memiliki kekurangan dan kelebihaan. Kekurangan dan kelebihan masing-masing inilah yang harus dimanfaatkan untuk saling mengisi dan menutupi sehinga selaras dan serasi.
Sebagai tambahan selain kelima faktor barusan, guna mewujudkan sebuah keluarga yang bahagia, adalah dengan tidak melupakan hidayah dan petunjuk-petunjuk Allah SWT sebagaimana dilukiskan dalam Alquranul karim Surat Al-Hasyr 19:
"Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa akan dirinya sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik." (QS Al-Hasyr 19)
Wallahu'alam
Sumber : (koran sriwijayapost)