Sabtu, 30 September 2017
Apa Sebenarnya Tujuan PKI Melakukan Pemberontakan?
Kamis, 28 September 2017
Sadarlah Kaum Muslimin, Dunia Sedang Dikuasai Kegelapan
Selasa, 26 September 2017
Selamat Tahun Baru Hijriyah, Rayakan Dengan Instropeksi Diri Dan Meningkatkan Taqwa
Tanpa terasa Kita mulai memasuki awal tahun baru 1439 Hijriyah.Sebuah pelajaran terbesar dari Allah adalah bahwa Allah masih memberikan kesempatan kepada kita untuk melakukan muhasabah (
Karena sesungguhnya dengan muhasabah atau evaluasi itulah menjadi kunci utama dalam kehidupan kita untuk menyongsong tahun yang akan datang dengan lebih baik lagi dalam ridha Allah.Dengan muhasabah itu pula, kita dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan kita pada waktu yang lalu, perbaikan hari ini dan persiapan serta perencanaan waktu yang akan datang. Kalau dalam manajemen organisasi ada perencanaan (Planning), pengorganisasin (Organising), pelaksanaan (Actuating) hingga pengawasan (Controlling) dan akhirnya penilaian (Evaluating).
Semua itu kita lakukan agar kualitas hidup kita, terutama kadar Iman dan Islam kita akan berkembang terus menuju ke arah yang benar dan lurus di bawah naungan ridha dan ampunan Allah. Bahkan dengan muhasabah inilah kita dapat mengetahui hakikat dan persoalan diri kita secara pasti di hadapan Allah, amal apa yang sudah kita lakukan seiring bertambahnya kapasitas rezki yang Allah karuniakan kepada kita sebagai bekal menuju perjalanan hari esok, akhirat, yang amat panjang dan pasti.
Allah mengingatkan kita di dalam ayat-Nya :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Q.S. al-Hasyr [59]:18).
Tentang pentingnya muhasabah atau evaluasi diri ini, Khalifah Umar bin Khattab pernah berkata:
حَاسِبُوْا أَنْفُوْسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوْا
Artinya: "Hitung-hitunglah diri kalian sebelum kalian dihitung (oleh Allah)".
وَزِنُوْاهَا قَبْلَ أَنْ تُزَانُوْا
Artinya: "Timbang-timbanglah amal kalian sebelum amal kalian ditimbang (oleh Allah)".
Yang pertama dan utama hal yang wajib kita koreksi adalah masalah amaliah agama Islam kita.
Pertanyaan-pertanyaan yang pantas kita arahkan pada diri kita sendiri, termasuk pada diri kharib sendiri di antaranya adalah : "Sudah sejauh mana kita memahami dan mengamalkan ajaran agama kita?" "Sejauh mana pula kita sudah memahami dan mengamalkan Al-Qur'an dan As-Sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, sebagai sumber utama ajaran agama kita?"
Terkait dengan masalah agama kita ini, maka yang patut kita evaluasi adalah marilah kita meningkatkan spirit dan semangat belajar, belajar dan belajar mendalami nila-nilai mulia ajaran kita, Al-Islam. Karena Dienul Islam itu adalah ilmu, sedangkan ilmu tidak akan didapat kecuali dengan belajar dan mempelajarinya. Semuanya secara global dan universal tercakup dalam kitab suci Al-Quran, sebagai penawar dan kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya.
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْءَانِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
Artinya : "Dan Kami turunkan dari Al Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang dzalim selain kerugian." (QS Al-Isra [17]: 82).
Karena itu amal terbaik adalah belajar Al-Quran dan kemudian mengajarkannya kepada orang-orang di sekitar kita, terutama yang menjadi tangung jawab kita, seperti anak-isteri kita, dan seterusnya.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyebutkan:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْاَنَ وَعَلَّمَهُ
Artinya: "Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya".
Dengan bertadarus dan mengkaji kandungan pedoman hidup Al-Quran inilah, maka secara bertahap pola hidup kita, arah hidup kita menjadi sangat jelas yakni ridha Allah. Sehingga dengan demikian akan mewarnai hidup kita, dalam 'Aqidah, Ibadah, Akhlak, Mu'amalah, Keluarga dan penerapan Syari'ah secara keseluruhan.
Masalah kedua yang perlu kita evaluasi adalah masalah dunia kita. Maksudnya adalah bagaimanakah kita menyikapi kehidupan dunia ini? Apakah kita begitu sangat mencintai dunia, hingga sangat tergantung padanya dan menjadikannya menjadi tujuan hidup kita?Ataukah berbagai fasilitas kehidupan dunia ini, mulai dari uang, rumah, kendaraan yang kita miliki, pangkat dan kedudukan, kita letakkan hanya sebagai sarana amal shalih dan kita tidak mencintainya melebihi cinta pada Allah dan Rasul-Nya?
Ini penting agar dalam mencari penghidupan (ma'isyah) dunia ini, harta yang kita cari dan miliki benar-benar berasal dari sumber yang halal dan tidak sedikitpun tercampur dengan yang haram.Bukan hanya sampai di situ, tapi untuk apa saja harta itu kita gunakan? Serta seberapa besar kontribusi dari harta kita itu untuk juang di jalan Allah, menegakkan kalimah Allah, Al-Islam, yang menjadi agama yang kita anut dan banggakan. Sebab, kalau kehidupan dunia ini malah menjauhkan kita dari ingat kepada Allah, malah menjadikan kita tambah maksiat, hingga Allah pun menguji kita dengan berbagai ujian. Maka, saatnya kita putar haluan, kembali bertaubat kepada-Nya, kembali ke jalan yang lurus.
Allah menyebutkannya:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ﴿١٢٤﴾قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَىٰ وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا﴿١٢٥﴾قَالَ كَذَٰلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا ۖ وَكَذَٰلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَىٰ
Artinya: "Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta." Berkatalah ia: "Ya Rabbku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?" Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan." (Q.S. Thaha [20]: 124-126).
Agar kita tetap istiqamah di jalan Allah, marilah kita perbanyak berinteraksi dengan orang-orang shalih, yang dengan keshalihannya itu dapat menyeret kita ke dalam pusaran kebaikan, ridha dan ampunan Allah, jannatu na'im. Tinggalkan sejauh-jauhnya pergaulan intensif dengan orang-orang yang lalai kepada aturan Allah.
Allah memperingatkan kita di dalam ayat-Nya:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ اتَّقِ اللَّهَ وَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَالْمُنَافِقِينَ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا
Artinya: "Hai Nabi, bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu menuruti (keinginan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (Q.S. Al-Ahzab [33]:1).
Jika kita memperbanyak berbakti pada Allah, berbuat baik, bersama orang-orang yang baik, berjuang bersama orang-orang yang berjuang di jalan Allah. Maka kenikmatan surga balasannya. Aamiinamun, sebaliknya, manakala durhaka kepada-Nya, maka nerakalah akibatnya. Ma'udzubillah.
Allah pun sudah meiunnungatkan kita di dalam ayat-Nya:
إِنَّ الْأَبْرَارَ لَفِي نَعِيمٍ﴿١٣﴾وَإِنَّ الْفُجَّارَ لَفِي جَحِيمٍ
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan, dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka." (Q.S. Al-Infithar [82]: 13-14).
Al-Abraar (yaitu orang yang suka berbuat kebaikan), ia akan selalu dalam kenikmatan yang diberikan Allah di dunia maupun di akhirat. Adapun kaum fajir (orang yang suka berbuat kejahatan), maka mereka akan selalu berada dalam kesengsaraan di dunia dan akhirat.
Ibnul-Qayyim Al-Jauziyah mengatakan, "Barangsiapa yang menyangka bahwa Allah akan menyamakan antara orang-orang yang berbuat taat dengan orang-orang yang suka berbuat maksiat, maka sesungguhnya ia telah berprasangka buruk terhadap Allah Ta'ala."
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
أَمْ نَجْعَلُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَالْمُفْسِدِينَ فِي الْأَرْضِ أَمْ نَجْعَلُ الْمُتَّقِينَ كَالْفُجَّارِ
Artinya: "Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shalih sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah (pula) Kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat?" (Q.S. Shad [38]: 28).
Demikianlah kurang lebih makna Muhasabah atau evaluasi diri akhir tahun dan awal tahun baru Hijriyah ini, yang dengannya semoga dapat menghijrahkan kita dari keburukan menuju kebaikan, dari kecintaan berlebihan pada dunia menuju cinta akhirat, dari kemalasan ibadah menuju khusyu, dari pertikain menuju persatuan dan dari kemaksiatan menuju amal shalih. Semoga amal ibadah dan segala kebajikan kita tahun ini lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Amin ya Robbal 'alamin.
Oleh : Mirajnews.com
Sabtu, 09 September 2017
Takutlah Siksa Neraka, Walau Dengan Bersedekah Sebutir Kurma
Mukadimah hadits:
Sabda Nabi shallallahu alaih wa sallam, "Tidak ada seorang pun dari kalian kecuali akan diajak bicara oleh Rabbnya tanpa seorangpun penterjemah antara dirinya dengan Rabbnya. Kemudian ia melihat ke sebelah kanan. Ia idak melihat apapun selain apa yang telah ia perbuat. Lalu ia melihat ke sebelah kiri. Ia tidak melihat apapun selain apa yang telah ia perbuat. Dan ia tidak melihat ke arah depannya, kecuali neraka di hadapan wajahnya. Maka takutlah dari (siksa) neraka, walaupun dengan (bersedekah) separuh kurma! Jika itupun tidak didapati, maka dengan (mengucap) kata-kata yang baik." (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Penjelasan singkat :
Jangan sepelekan sekecil apapun kebaikan karena bisa saja menolong kita dari azab Allah diahirat kelak. melakukan jalan kebaikan banyak sekali, ini adalah kemurahan dari Allah untuk para hamba-Nya, agar mereka mendapatkan keutamaan yang bermacam-macam, dan pahala yang berlimpah. Jalan kebaikan yang pokok ada tiga: amalan jasmani seperti shalat, amalan harta seperti zakat, dan amalan yang berhubungan dengan jasmani dan harta sekaligus seperti berperang di jalan Allah. Tiga pokok amalan ini memiliki ragam yang sangat banyak. Hal tersebut agar ketaatan yang dijalani seorang hamba menjadi beraneka ragam sehingga mereka tidak merasa jenuh. Seandainya amal ketaatan hanya satu macam saja, niscaya mereka akan bosan. Pun tidak akan terlihat siapa yang berhasil melewati ujian, dan siapa yang tidak. Namun jika amal ketaatan beraneka ragam, hal itu akan lebih sesuai dengan kondisi orang yang berbeda-beda, dan akan lebih memperlihatkan kenyataan masing-masing hamba dalam beribadah.
Cukup banyak ayat Al-Quran yang menunjukkan bahwa kebaikan tidak hanya satu macam saja. Di antaranya adalah firman Allah Taala, "Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan-kebaikan." (al-Baqarah: 148)
"Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik." (al-Anbiya: 90)
"Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya."(al-Baqarah: 197)
"Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya." (al-Baqarah: 215)
"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya." (al-Zalzalah: 7)
Dan masih banyak lagi ayat Quran yang menunjukkan hal ini.
Sedangkan dari hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, di antaranya adalah sebagai berikut:
Sabda Nabi shallallahu alaih wa sallam, "Setiap hari, masing-masing sendi salah seorang dari kalian wajib ditunaikan sedekahnya. Setiap tasbih, tahmid, tahlil dan takbir adalah sedekah. Menyuruh kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran merupakan sedekah. Dan dua rakaat yang dikerjakan pada shalat dhuha mencukupi itu semua." (HR. Muslim)
Dikatakan bahwa sendi tubuh manusia ada 360, baik yang besar ataupun yang kecil. Sehingga setiap hari seseorang harus menunaikan 360 sedekah. Sedekah di sini bukan hanya dalam bentuk harta, akan tetapi kebaikan secara umum. Semua pintu kebaikan adalah sedekah. Disebutkan bahwa tasbih, tahmid, tahlil, takbir, menyuruh kebaikan dan mencegah dari kemungkaran adalah sedekah. Maka setiap perkara yang mendekatkan diri kepada Allah adalah sedekah, baik berupa perkataan ataupun perbuatan. Membaca Al-Quran dan menuntut ilmu agama juga merupakan sedekah. Dengan demikian, sedekah itu ada banyak. Siapapun bisa menunaikan kewajiban sedekah harian yang berjumlah 360 ini.
Sabda Nabi shallallahu alaih wa sallam, "Sungguh aku melihat ada seorang laki-laki hilir mudik di surga disebabkan satu pohon yang dia potong dari tengah jalan karena mengganggu kaum muslimin." (HR. Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa siapa yang menghilangkan gangguan dari kaum muslimin, akan mendapat pahala yang besar. Kalau menghilangkan gangguan yang bersifat indrawi saja seperti ini, bagaimana lagi dengan menghilangkan gangguan yang bersifat maknawi. Ada sebagian orang yang jahat, suka mengganggu, memiliki pemikiran buruk, dan berakhlak tercela. Mereka menghalang-halangi orang banyak dari agama Allah. Menyingkirkan orang-orang seperti ini dari jalan kaum muslimin lebih utama dan lebih besar pahalanya di sisi Allah. Caranya adalah dengan membantah dan menyanggah pemikiran-pemikiran mereka. Kalau cara ini tidak membuahkan hasil, pihak berwenang dapat memberikan hukuman mati atau hukuman fisik atau hukuman sosial kepada mereka, sesuai dengan tingkat kejahatan yang telah mereka lakukan.
Singkat kata, menyingkirkan gangguan dari jalan termasuk perkara yang mendekatkan seorang hamba kepada Allah. Baik itu jalan inderawi yang dilalui telapak kaki, ataupun jalan maknawi yang dilalui oleh qalbu. Dan menyingkirkan gangguan dari jalan yang dilalui qalbu atau amal, pahalanya lebih besar daripada menyingkirkan gangguan dari jalan yang dilalui telapak kaki.
Sabda Nabi shallallahu alaih wa sallam, "Tidak ada seorang muslim pun yang menanam tanaman, kecuali apa yang dimakan, dicuri, ataupun dikurangi (diambil) dari tanaman itu akan dihitung sebagai sedekah." (HR. Muslim
Dalam riwayat Muslim yang lain, Rasulullah shallallahu alaih wa sallambersabda, "Tidaklah seorang muslim menaman tanaman kemudian dimakan oleh manusia, hewan ataupun burung, kecuali menjadi sedekah untuknya sampai hari kiamat."
Hadits ini mengandung anjuran bercocok tanam. Bercocok tanam memiliki banyak kebaikan dan kemaslahatan, baik yang bersifat keagamaan maupun keduniaan. Di antara maslahat duniawinya ialah mendapatkan hasil tanaman tersebut. Kemaslahatan dari hasil bercocok tanam tidaklah seperti uang. Ia berguna bagi si penanam dan negerinya. Setiap orang akan mendapatkan manfaat. Dengan menjual atau memakan buahnya. Sehingga terjadi pertumbuhan pada masyarakat tersebut dan terwujud kebaikan yang banyak. Adapun maslahat diniyah bercocok tanam, maka apa yang dimakan oleh burung, ayam ataupun binatang lain, walaupun hanya sebutir, akan menjadi sedekah yang pahalanya diperuntukkan bagi si penanam. Baik ia menginginkan hal itu ataupun tidak. Bahkan kalau ada orang yang mencuri hasil cocok tanamnya, ia akan mendapatkan pahala dengan apa yang dicuri itu.
Dengan demikian, hadits di atas menunjukkan banyaknya jalan kebaikan, dan bahwa seseorang akan mendapat pahala dari barang miliknya yang dimanfaatkan oleh orang lain, baik ia niatkan ataupun tidak. Ini seperti firman Allah Taala, "Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keredhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar." (an-Nisaa: 114)
Allah Taalamenyebutkan bahwa semua perkara yang disebutkan ini mengandung kebaikan, baik diniatkan untuk mendapatkan pahala atau tidak. Apabila perkara-perkara tersebut diniatkan untuk mendapatkan keridhaan Allah, maka pahalanya lebih besar lagi. Ini merupakan dalil bahwa sesuatu yang diambil manfaatnya oleh orang lain, maka pemiliknya akan mendapat pahala walaupun ia tidak berniat untuk itu. Jika ia niatkan, maka bertambahlah kebaikan di atas kebaikan.
Allah syariatkan banyak jalan kebaikan agar dengan begitu setiap hamba bisa mencapai puncak tujuan. Di antara jalan kebaikan tersebut adalah bersedekah. Terdapat riwayat shahih dari Nabi shallallahu alaih wa sallam,bahwa sedekah itu menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api." (HR. at-Tirmidzi)
Hadits di atas juga menunjukkan bahwa sedekah, walaupun sedikit, dapat menyelamatkan seseorang dari siksa neraka. Jika seseorang tidak memiliki apapun, ia dapat menjaga dirinya dengan mengucapkan kalimat yang baik. Atau membaca Al-Quran, karena itu adalah sebaik-baik kalimat. Juga bertasbih, bertahlil, dan semisalnya; menyuruh kepada yang baik dan melarang dari yang mungkar; mengajarkan ilmu dan belajar. Dan ucapan lainnya yang akan mendekatkan seorang hamba kepada Allah. Semua itu termasuk dalam pengertian kalimat yang baik. Maka jika engkau tidak memiliki setengah kurma untuk disedekahkan, jagalah dirimu dari api neraka dengan kalimat-kalimat yang baik.
(Sumber: Syarh Riyadh ash-Shalihin, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin &
Darussunah.co.id)
Contoh contoh Kisah Mukjizat Nabi dan Rasul dan Kisah Karomah Wali
Beriman dengan mukjizat para nabi dan karamah para wali adalah salah satu pokok keimanan yang ditunjukkan di dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Kenyataan yang ada pun mendukung kebenaran ini. Maka seorang muslim wajib meyakini bahwa perkara tersebut memang benar adanya. Mendustakan dan mengingkari adanya mukjizat dan karamah adalah penolakan terhadap nas-nas Al-Quran dan As-Sunnah, pengingkaran terhadap kenyataan, dan penyimpangan yang sangat jauh dari apa yang diyakini oleh para ulama kaum muslimin.
Al-Mu'jizah diambil dari kata al-'ajzu yang bermakna ketidakmampuan. Di dalam kamus disebutkan, "Mu'jizat Nabi shallallahu alaih wa sallam adalah apa yang membuat para penentang beliau tidak mampu menjawab tantangan."
Adapun menurut istilah, al-mu'jizah adalah perkara luar biasa yang terjadi pada diri para nabi sebagai bukti yang menunjukkan kebenaran mereka, disertai ketidakmampuan kaumnya untuk menandingi mukjizat tersebut.
Dengan definisi ini, perbuatan atau peristiwa biasa yang muncul dari para nabi, atau perkara luar biasa yang terjadi pada diri para wali, tidak disebut mukjizat. Demikian pula perkara-perkara tidak wajar yang muncul pada diri para pendusta yang mengaku nabi, atau para tukang sihir dan dukun. Sebab perkara-perkara tersebut bisa dilawan dengan yang semisalnya, karena ia adalah salah satu bentuk sihir.
Beberapa Contoh Mukjizat Para Nabi
Nabi Shalih alaih salam memiliki mukjizat berupa unta yang keluar dari sebuah batu besar. Unta ini memiliki sifat-sifat seperti yang diinginkan oleh kaum Nabi Shalih. (Tafsir Ibnu Katsir 3/436) Allah Taala berfirman tentang hal itu, "Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka, Shaleh. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagi kalian selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepada kalian dari Tuhan kalian. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagi kalian, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kalian mengganggunya dengan gangguan apapun, (yang karenanya) kalian akan ditimpa siksaan yang pedih." (QS. al-A'raaf: 73)
Nabi Ibrahim alaih salam memiliki mukjizat berupa keadaan tidak terbakar oleh api yang dinyalakan kaumnya untuk menyiksa dan membinasakan beliau. Allah menjadikan api itu dingin untuknya. Allah Taala berfirman, "Mereka berkata: 'Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kalian, jika kalian benar-benar hendak bertindak'. Kami berfirman: 'Hai api, menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim'. Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi." (QS. al-Anbiyaa: 68-70)
Nabi Musa alaih salam memiliki mukjizat berupa tongkat yang dapat berubah menjadi seekor ular besar ketika dilemparkan ke tanah. Allah Taala berfirman, "Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa?" Musa berkata: "Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya". Allah berfirman: "Lemparkanlah ia, hai Musa!" Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat. Allah berfirman: "Peganglah ia dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula." (QS. Thahaa: 17-21)
Mukjizat Nabi Musa lainnya adalah tangan beliau menjadi putih cemerlang seperti rembulan setelah dikeluarkan dari saku bajunya.
Allah Taala berfirman, "Dan kepitkanlah tanganmu ke ketiakmu, niscaya ia keluar menjadi putih cemerlang tanpa cacat, sebagai mu'jizat yang lain (pula)." (QS. Thaahaa: 22)
Nabi Isa alaih salam memiliki mukjizat dapat membuat burung hidup dari tanah liat dengan izin Allah, menyembuhkan orang buta dan orang berpenyakit lepra dengan izin Allah, memanggil orang-orang yang berada di dalam kubur dan semua menjawabnya dengan izin Allah. Allah Taala berfirman, "Dan (ingatlah pula) di waktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan izin-Ku, kemudian kamu meniup kepadanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah) di waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku." (QS. al-Maaidah: 110)
Nabi Muhammad shallallahu alaih wa sallam memiliki mukjizat berupa al-Quran al-'Azhim. Ini adalah mukjizat para rasul yang paling besar. Allah Taala berfirman, "Dan jika kalian (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolong kalian selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar." (QS. al-Baqarah: 23) "Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain." (QS. al-Israa: 88)
Mukjizat Nabi Muhammad shallallahu alaih wa sallam lainnya adalah terbelahnya bulan ketika orang-orang Mekah meminta satu tanda yang menunjukkan bahwa beliau adalah seorang nabi. Allah Taala berfirman, "Telah dekat datangnya saat itu dan telah terbelah bulan Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda (mu'jizat), mereka berpaling dan berkata: "(Ini adalah) sihir yang terus menerus". (QS. al-Qomar: 1-2)
Demikianlah beberapa contoh mukjizat para rasul. Sungguh, mukjizat-mukjizat mereka itu banyak sekali. Lebih khusus mukjizat Nabi kita Muhammad shallallahu alaih wa sallam. Allah menguatkan beliau dengan banyak tanda dan bukti yang tidak terkumpul pada seorang nabi pun sebelum beliau. Apa yang disebutkan di atas hanya sekadar contoh.
Karamah Para Wali
Karamah adalah perkara luar biasa yang tidak disertai pengakuan kenabian dan bukanlah pendahuluan kenabian. Ia terjadi pada seorang hamba yang tampak keshalihannya, benar keyakinannya dan suka berbuat kebajikan. Dengan demikian, suatu perkara biasa yang terjadi, mukjizat para Nabi, dan kejadian-kejadian aneh pada tukang sihir dan dukun tidaklah disebut karamah.
Contoh-contoh Karamah
Karamah para wali banyak sekali contohnya. Seperti apa yang pernah terjadi pada sebagian orang shalih dari umat-umat terdahulu dan umat Nabi Muhammad shallallahu alaih wa salam. Di antaranya adalah sebagai berikut:
Peristiwa yang Allah beritakan tentang Maryam alaihas salam. Allah Taala berfirman, "Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab." (QS. Ali Imraan: 37)Peristiwa para penghuni gua yang tertidur selama ratusan tahun. Allah membawakan kisahnya di dalam al-Quran surat al-Kahfi.Peristiwa yang terjadi pada Usaid bin Hudhair radhiyallahu'anhu ketika pada suatu malam beliau membaca surat al-Kahfi, turunlah sesuatu dari langit seperti awan yang membawa sinar. Ketika ditanyakan kepada Nabi shallallahu 'alaih wa sallam, ternyata itu adalah para malaikat yang turun karena bacaan Quran beliau.Khubaib bin 'Adi radhiyallahu'anhu. Ketika beliau ditawan orang-orang musyrik Mekah, Allah memuliakan beliau. Beliau diberi anggur yang kemudian dimakannya, padahal di Mekah tidak ada satu pun anggur ketika itu.Peristiwa yang terjadi pada Abu Muslim al-Khaulani rahimahullaah ketika beliau ditawan oleh Abu al-Aswad al-Ansi, seorang yang mengaku sebagai nabi. Abu al-Aswad al-'Ansi mengatakan kepadanya, "Apakah Anda bersaksi bahwa aku adalah utusan Allah?" Beliau menjawab, "Saya tidak mendengar." Kemudian ia berkata lagi, "Apakah Anda bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah?" Beliau menjawab, "Ya." Maka beliaupun dilempar ke dalam api. Lalu beliau didapati sedang shalat di dalam kobaran api tersebut.
Masih banyak lagi kisah-kisah lain yang sejenis di dalam kitab-kitab siroh dan tarikh.
Perbedaan Antara Mukjizat dan Karamah
Dengan definisi yang telah disebutkan tentang mukjizat dan karamah, dapat disimpulkan bahwa mukjizat terjadi disertai pengakuan kenabian, sedangkan karamah tidak. Dan karamah terjadi pada diri seseorang, karena mengikuti Nabi dan istiqomah di atas syariatnya. Secara ringkas, mukjizat adalah untuk para nabi, sedangkan karamah untuk para wali. Di sini perlu dijelaskan bahwa istilah mukjizat untuk perkara luar biasa yang terjadi pada para nabi, dan istilah karamah untuk perkara luar biasa yang terjadi pada para wali merupakan istilah yang ditetapkan oleh para ulama. Ia tidak disebutkan secara eksplisit di dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Namun makna dua istilah ini kembali kepada kebenaran yang ada di dalam Al-Quran dan As-Sunnah.
Jumat, 01 September 2017
Umar Bin Abdul Aziz ra. Seorang Pemimpin Teladan dan Juga Seorang Ulama
Akhlaq Mulia Adalah KUNCI SUKSES Dalam Berdakwah
Oleh: Mohammad Natsir (Mantan Ketua Umum Masyumi)
Oleh: Mohammad Natsir
Kehidupan Dunia Ibarat Panggung Audisi, Seleksi Yang Terbaik
Sekarang ini dalam keseharian kita disuguhi banyak sekali acara pencari bakat di televisi. Mulai dari A sampe ke Z, ada semua. Semua konsep acara itu, tentunya satu, mencari bakat-bakat dari anak-anak muda yang teramat ingin eksis di dunia ini. Semua orang berjejal, dari yang muda sampai kepada yang tua. Mereka berjubel-jubel untuk antri, yang antriannya itu sampai mengekor ratusan meter, dengan hanya satu tujuan yaitu ingin menjadi artis terkenal, bisa disorot kamera dan tentunya bisa muncul di kotak yang bernama “Televisi”.Mereka rela berjam-jam mengantri dengan beragam dandanan yang aneh-aneh, dengan acuan fashion masa kini yang mereka lihat dari gaya artis-artis barat sana. Mereka dengan ikhlas dan rela meninggalkan waktu makannya demi mengikuti audisi. Bahkan tak jarang ada yang dengan sukarela meninggalkan kewajibannya sebagai seorang muslim, memenuhi panggilan sayang dan cinta dari Sang Pemilik Sayang dan Cinta Sejati.
Padahal, tanpa disadari, kita semua adalah artis yang sangat terkenal. Setiap hari, bahkan setiap detik, kita di shoot oleh Cameraman yang super ulet dan teliti dengan menggunakan kamera yang super duper canggih dengan sutradara yang Maha Dahsyat. Manakala kita sendiri dan merasa tak ada yang mengawasi, kamera itu terus merekam setiap adegan yang kita buat. Film kita tinggal menunggu waktu untuk diputar.Nah saat waktu itu tiba, film kita pun akan ditonton seluruh ummat manusia mulai dari jaman Adam sampai nanti zaman akhir. Jadi sebenarnya kita adalah seorang aktris, yang kelak akan mendapatkan penghargaan berupa surgaNya ataukah nerakaNya.
Sekarang, tinggal bagaimana kita menjalankan setiap instruksi dari sutradara dengan baik. Ingat, seorang artis yang sangat berpengalaman saja bisa kena damprat sutradara manakala dia tidak profesional dan tidak menjalankan skenario sesuai arahan sutradara. Dia bisa saja kena marah sampai dipecat. Itu baru kejadian di dunia dan sesama manusia. Bagaimana bila berhadapan dengan Sang Sutradara sesungguhnya? Ya, hal itu bisa berwujud cobaan, ujian, bahkan azab and finally berupa surgaNya atau nerakaNya. Jadi sebenarnya, kita semua adalah seorang artis di dunia yang fana ini, dunia yang penuh tipu daya. Karena memang dunia ini penuh dengan fatamorgana yang menyilaukan. Jadi, kita seharusnya mengikuti seluruh instruksi Sutradara karena kita sudah punya skenario yang berupa Al Qur’an dan Hadist. Sekali lagi, ingatlah bahwasa kita adalah seorang artis yang senantiasa dipantau dengan kamera yang super duper canggihnya.
Semoga kita semua bisa menjadi artis yang profesional dan bisa melaksanakan setiap instruksi dan arahan sutradara yang telah tertulis dalam skenarionya hingga kita dapatkan penghargaan berupa surgaNya kelak.
Insya Allah.
Oleh : masjid al amanah
Kewajiban Seorang Muslim Kepada Kitab AlQuran
Al-Qur'an adalah kitab suci yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Beliau-lah Nabi & Rasul terakhir, pun dengan Al-Qur'an yang menjadi kitab suci terakhir. Al-Qur'an bukan dibuat oleh Nabi Muhammad, sebab beliau tidak bisa membaca. Nabi Muhammad SAW hanyalah perantara dari Allah SWT kepada seluruh manusaia.
Sebagai umat Islam, tentu Al-Qur'an tidak akan kita biarkan begitu saja sebagai pajangan, koleksi, atau apa pun.. Selain 5 rukun Islam, kita pun memiliki 5 kewajiban terhadap Al-Qur'an.. Berikut ke-5 kewajiban tersebut:
1 At Tilawah (dibaca)
At Tilawah artinya membaca. Mengapa wajib dibaca? Sebab tanpa dibaca mustahil untuk mengerti maknanya, dapat mengamalkannya, bahkan menyampaikannya. Bicara masalah membaca, hukum membaca Al-Qur'an dengan benar (memakai tajwid) adalah Fardhu 'Ain (wajib untuk setiap orang). Sementara hukum mempelajari ilmu tajwid tersebut adalah Fardhu Kifayah (wajib untuk sekelompok orang, apabila sudah ada yang menjalankan maka gugurlah kewajiban untuk sekelompok orang itu). Jadi mau tidak mau kita harus tetap mempelajari ilmu tajwid walau sedikit, sebab akan sangat sulit untuk membaca dengan tajwid yang benar pabila kita tidak mengerti ilmu tajwid sama sekali.
2 Al Hifzu (dihafal)
Menghafal… Mengapa Al-Qur'an wajib dihafal? Sebab apabila tidak dihafal tentu akan sulit untuk mengamalkannya. Misalnya Anda ingin sholat, namun tidak hafal Al-Fatihah dan surat pendek, tentu akan menyulitkan Anda saat sholat. Masalah menghafal ini tidak mesti seluruh isi Al-Qur'an yang kita hafalkan. Minimal surat-surat pendek untuk bacaan sholat kita. Pun apabila kita sering membaca Al-Qur'an, nantinya kita akan hafal dengan sendirinyaJ
3 al Fahmu (dipahami)
Memahami Al-Qur'an wajib bagi setiap muslim, mengapa? Sebab salah satu tujuan membaca adalah untuk memahami. Pun sebelum kita mengamalkan sesuatu, kita harus memahami dulu sesuatu itu, supaya tidak salah dalam mengerjakannya. Sama halnya dengan Al-Qur'an… Ia adalah pedoman hidup yang paling lengkap. Tentu apabila kita memahaminya, akan mempermudah kita dalam mengamalkan isinya.
4 Al A'malu (diamalkan)
Seorang yang memahami dan mengerti sebuah kebaikan namun tidak mengamalkan bagaikan lebah yang tidak menghasilkan madu.. Al-Qur'an ada sebagai pedoman hidup manusia untuk diamalkan isinya, supaya manusia dapat menjalani hidup ini dengan baik sesuai yang diridhoi oleh Allah SWT.
5 Ad Da'wah (disampaikan)
Kebaikan bukanlah hanya untuk diri sendiri saja. Alangkah baiknya apabila ia dapat dirasakan oleh orang lain. Kebaikan yang terus menyebar ini akan menjadi lahan pahala yang terus mengalir bahkan apabila kita sudah meninggal sekalipun, kebaikan itu akan terus mengalir layaknya air zamzam yang tak pernah berhenti memancar.
Diluar sana masih banyak umat Islam yang belum mengetahui kewajiban-kewajiban ini. Sebagai sesama muslim tentu kita wajib memberitahu mereka. Mereka adalah saudara se-iman kita. Jangan biarkan mereka membiarkan Al-Qur'an tergeletak begitu saja hingga berdebu..