"Takhallaqu bi akhlaqillah"
"Berbudi pekertilah kamu seperti budi pekertinya Allah Swt"
(Hadist)
Diri manusia sesungguhnya memiliki sifat Ilahiyah. Sifat Ilahiyah
ini akan mendapatkan ruang untuk berkembang sekiranya kita mampu
memperlakukannya dengan tepat. Uraian berikut ini akan mengupas 3 sifat
Ilahiyah yaitu Allah SWT adalah Kebaikan Mutlak, Kebenaran Mutlak dan Keindahan Mutlak, serta bagaimana cara mengembangkannya.
Pertama, mencintai kebaikan. Di dalam Islam, sesuatu yang baik dikatakan sebagai "al-ma'ruf", dan hal-hal yang buruk dikatakan "al-munkar". Ma'ruf artinya hal-hal yang sudah diketahui dan sesuai dengan pengetahuan yang ada di dalam fitrah manusia. Sementara munkar adalah sesuatu yang disangkal oleh hati manusia. Lebih jelas, Rasulullah Saw menyampaikan perbedaaan antara ma'ruf dan munkar. Rasulullah mengatakan, "Kebaikan
itu adalah sesuatu yang jika kita lakukan maka hati menjadi tenang.
Sebaliknya, keburukan ialah sesuatu yang jika kita kerjakan maka hati
menjadi gelisah." Dalam penjelasan yang lain, Rasulullah menyatakan
bahwa kebaikan itu sesuatu yang jika kita lakukan, hati mau menerima
dan keburukan itu sesuatu yang disangkal oleh hati manusia, sehingga
jika dilakukan menyebabkan kegelisahan.
Dengan
demikian, sebenarnya manusia mengetahui dan dapat membedakan kebaikan
dan keburukan. Namun sayang, karena berbagai sebab, kita sering terlena
untuk memenuhi hati kita dengan kebaikan. Padahal salah satu syarat
kebahagiaan adalah ketika kita dekat kepada Allah Swt dan hal ini
berarti kita setia kepada kebaikan.
Kedua, adalah cinta kebenaran (al-haq). Agar bahagia, syarat berikutnya adalah setia dengan kebenaran, karena Allah Swt itu adalah al-haq. Al-haq
bermakna kebenaran yang tidak tercampur sama sekali dengan kesalahan.
Maka jika kita ingin dekat dengan Allah Swt, hendaknya selalu berupaya
menjadi orang yang obyektif. Obyektivitas akan muncul ketika kita mampu
menaklukkan ego kita. Manusia sepintar apapun, secerdas apapun akalnya,
jika ego masih berkuasa pada dirinya, ia tidak menjadi pintar, justru
ia menjadi bodoh.
Ketiga, selalu mengapresiasi keindahan. Allah Swt itu indah dan menyukai keindahan. Dalam sebuah hadisy disebutkan, "Innallaha jamil yuhibbul jamal".
Dalam bahasa yang lebih filosofis, Allah Swt adalah keindahan itu
sendiri. Oleh karena itu hendaknya setiap manusia selalu memelihara
hubungannya dengan keindahan. Keindahan yang paling dekat dengan Allah
Swt itu adalah keindahan alam. Allah Swt mengatakan, "Aku tunjukkan kepada kalian tanda-tanda-Ku di alam semesta dan di dalam diri kalian". Di dalam Al-Quran, Allah Swt pun banyak menggunakan alam sebagai tanda-tanda kebesaran-Nya.
Menurut Ibnu Arabi, alam itu sebetulnya 'saudara' manusia. Alam itu kadang disebut al-insan al-kabir (manusia dalam skala besar), sementara manusia itu disebut al-alam al-shaghir.
Artinya, dalam makna lain, manusia itu alam semesta kecil dari segi
ukurannya. Sementara alam itu 'manusia besar'. Allah Swt menciptakan
alam semesta dan manusia dengan aturan-aturan yang sama persis.
Manusia
sesungguhnya sangat dekat dengan alam semesta. Karena itu, jika
terpisah dari keindahan alam, mereka akan merindukannya. Misalnya orang
kota senang dengan pemandangan alam yang indah. Mereka merindukan
pemandangan alam yang indah tersebut. Demikian juga orang desa. Orang
desa pun yang lama di kota akan rindu pada keindahan alam. Ini
menandakan bahwa fitrah manusia itu salah satunya adalah mencintai
keindahan.
Karena
Allah Swt menciptakan alam semesta sebagai 'saudara' manusia dalam
keindahan, maka manusia harus mengapresiasi estetika tersebut. Makin
dekat dengan hal-hal yang indah, maka kita akan semakin dekat dengan
Allah Swt.
Jadi manusia itu diciptakan dengan fitrah mencintai kebaikan, mencintai kebenaran dan mencintai keindahan. Jika manusia tidak terpuasi fitrahnya, hatinya, ruhnya dengan ketiga hal tersebut, ia pasti tidak bisa mencapai kebahagiaan. Kebahagiaan sejati akan datang jika manusia berupaya berbuat kebaikan, mencintai kebenaran dan senantiasa mencintai keindahan. Semakin keras kita mengupayakan ketiga syarat tersebut, maka semakin dekat dengan Allah Swt, sehingga semakin besar pula kemampuan kita untuk berbahagia. Wallahu a'lam bi ash-shawab
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentarnya jika ada link mati harap lapor. jazakumullah