Akhir akhir ini emang banyak kasus terorisme bom bunuh diri biasanya terjadi di awal ramadhan kadang pula awal tahun. Tidak menentu, tapi yang jadi perhatian kita rata-rata kaum teroris ini mengaku bermanhaj salaf. Salaf artinya kuno atau terdahulu, artinya manhaj salaf adalah manhaj mengikuti orang terdahulu khususnya mereka yang menisbatkan pengikut sahabat nabi saw, tabi'in (generasi anak sahabat), Tabiut tabi'in (generasi cucu sahabat)
Sebagaimana disebut dalam hadits ;
dari Abdullah radliallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
""Sebaik-baik manusia adalah :
orang-orang yang hidup pada zamanku (generasiku)
kemudian orang-orang yang datang setelah mereka
kemudian orang-orang yang datang setelah mereka.
Kemudian akan datang suatu kaum yang persaksian salah seorang dari mereka mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului persaksiannya". Ibrahim berkata; "Dahulu, mereka (para shahabat) mengajarkan kami tentang bersaksi dan memegang janji ketika kami masih kecil". (Mereka memukul kami bila melanggar perjanjian dan persaksian) ".
orang-orang yang hidup pada zamanku (generasiku)
kemudian orang-orang yang datang setelah mereka
kemudian orang-orang yang datang setelah mereka.
Kemudian akan datang suatu kaum yang persaksian salah seorang dari mereka mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului persaksiannya". Ibrahim berkata; "Dahulu, mereka (para shahabat) mengajarkan kami tentang bersaksi dan memegang janji ketika kami masih kecil". (Mereka memukul kami bila melanggar perjanjian dan persaksian) ".
(Hadits Bukhari)
Bunuh Diri Dosa Besar Masuk Neraka
Begitu mulia bukan manhaj (pegangan landasan agama) yang mereka ikuti yaitu generasi sahabat nabi beserta generasi anak cucunya merupakan generasi terbaik umat islam, namun tak ada satupun dari mereka yang mengatas namakan bunuh diri entah itu dengan pedang ataupun bom sebagai jihad bahkan rasulullah saw pun mengecamnya
Rasulullah saw pernah bersabda :
Barangsiapa yang bunuh diri dengan besi, maka besi yang tergenggam di tangannya akan selalu ia arahkan untuk menikam perutnya dalam neraka jahanam secara terus-menerus dan ia kekal di dalamnya.
Barangsiapa yang bunuh diri dengan cara meminum racun maka ia akan selalu menghirupnya di neraka jahanam dan ia kekal di dalamnya.
Barangsiapa yang bunuh diri dengan cara terjun dari atas gunung, maka ia akan selalu terjun ke neraka jahanam dan dia kekal di dalamnya.
(HR Muslim).
Begitu mulia bukan manhaj (pegangan landasan agama) yang mereka ikuti yaitu generasi sahabat nabi beserta generasi anak cucunya merupakan generasi terbaik umat islam, namun tak ada satupun dari mereka yang mengatas namakan bunuh diri entah itu dengan pedang ataupun bom sebagai jihad bahkan rasulullah saw pun mengecamnya
Rasulullah saw pernah bersabda :
Barangsiapa yang bunuh diri dengan besi, maka besi yang tergenggam di tangannya akan selalu ia arahkan untuk menikam perutnya dalam neraka jahanam secara terus-menerus dan ia kekal di dalamnya.
Barangsiapa yang bunuh diri dengan cara meminum racun maka ia akan selalu menghirupnya di neraka jahanam dan ia kekal di dalamnya.
Barangsiapa yang bunuh diri dengan cara terjun dari atas gunung, maka ia akan selalu terjun ke neraka jahanam dan dia kekal di dalamnya.
(HR Muslim).
Jadi sebenarnya akhir-akhir ini banyak yang mengaku ahlussunah wal jama'ah, salafi, ahlis sunnah, dll sebenarnya baru sebatas pengakuan tapi dalam prakteknya sendiri sering menyeleweng dari ajaran islam sendiri. Kadang apa yang mereka lakukan bertentangan dengan apa yang mereka baca. Sungguh ironis.
Salafi (pengikut manhaj salaf) sendiri dalam ahlaq maupun perbuatan seharusnya selaras, tidak seenaknya memvonis kafir dan membid'ahkan seseorang muslim. Yang berujung pada pemboman bunuh diri akibat dihasud iblis. Menganggap semua muslim diluar alirannya adalah sesat bid'ah masuk neraka. Menganggap semua yang tidak menumbuhkan jenggot dan memotong celana diatas mata kaki bukan seagama. Tapi menurut penulis sendiri model seperti ini lebih mirip pemahaman khawarij (dangkal agama) yaitu mereka berwatak keras namun agama hanya sebatas kerongkongan saja tidak masuk kedalam hati mereka. Mereka yang disebut nabi sebagai anjing neraka. Meskipun mereka tidak sekeras khawarij generasi pertama yang seenaknya membunuh kaum muslimin seperti binatang, tapi itulah yang disebut neo-khawarij atau nyrempet-nyrempet pemahaman khawarij. Sifatnya yang keras dan pemikirannya yang dangkal sangat mirip.
Nabi Pernah bersabda :
“Akan keluar dari keturunan orang ini (nenek moyang khawarij pertama), sekelompok orang yang membaca kitab Allah di lisan, namun tidak melewati tenggorokan mereka. Mereka melesat dari agama, sebagaimana panah melesat tembus dari hewan sasaran. Jika aku menjumpai mereka, akan kubunuh mereka sebagaimana hukuman yang dijatuhkan untuk kaum Tsamud.
(HR. Ahmad 10585, Bukhari 4004, dan Muslim 1763)
“Khawarij adalah anjing-anjing (penghuni) Neraka.”
[HR. Ahmad]
Ada dua kemungkinan makna yang disampaikan para ulama:
1. Mereka akan dijadikan Allah dalam bentuk anjing ketika di Neraka
2. Mereka memiliki karakter sebagaimana anjing, yang dihinakan ketika di Neraka.
Mereka Mengaku Salafi?
Dalam pengamatan penulis kehidupan nyata, Ciri yang jelas pemahaman khawarij (teroris) didepan mata adalah, Bercadar dan berjenggot, memendekkan celana diatas mata kaki bagi mereka wajib, padahal itu sunnah. Kemudian menggunakan bahasa arab tapi nanggung-nanggung. Semisal antum, ana, akhi, uhkti, afwan, mereka tak menggunakan kata makasih lagi tapi jazakallah, dll memang sih dalam kehidupan sehari hari bagi orang awam seakan perkataan halus lembut islami mereka seakan sejalan dengan akidah dan akhlaq mereka yang ternyata bertentangan. Mereka menyimpan dendam kepada kaum muslimin dan negri ini. Sebagai negri kafir pemerintah dan rakyatnya kafir ahli bid'ah halal dibunuh dll, Sungguh mengerikan.
Padahal dalam agama itu jelas. Sunnah itu tidak wajib, sudah jelas. Sunnah Artinya boleh dilakukan dan tidak juga ga masalah, yang melakukannya dapat pahala. Karena banyak hal yang lebih wajib seperti shalat 5 waktu, puasa, zakat, berbakti kepada orang tua, berakhlaq baik kepada sesama, tidak berbuat syirik dll.
Tapi mereka menggangap semua yang tak berjenggot becadar bukan sealiran, bukan sodara seiman, yang mata kaki tertutup celana tak boleh di salami dll naudzubillah. Sesungguhnya tak akan masuk surga jika ada kesombongan sebesar biji sawi kata Nabi saw. Tapi mereka malah merasa paling benar dan akan masuk surga sebagaimana generasi terbaik rasulullah saw, ngimpi kesiangan.
Ya memang tidak semua yang berartribut jenggot cadar adalah demikian tapi karena mayoritas aliran sesat di nusantara ini menggunakan atribut seperti itu untuk menutupi kedok mereka. Jadi sebenarnya pakaian bagus untuk menutupi kebusukan hati peribahasanya. Jadi jangan mudah terkecoh kita sebagai umat islam di negri ini yang memang rawan muncul aliran sesat gaya baru. Apalagi pemuda pemudi muslim yang masih labil, terkadang mudah terkecoh dan mudah ikut aliran mereka yang menyusup melalui lembaga dakwah kampus dll.
Kalau mengaku ahli salaf atau salafi seharusnya pemikiran dan akhlaqnya sejalan dengan ajaran islam dong. Akhlaq dan ibadahnya mencontoh nabi dan sahabatnya yang mulia bukan seenaknya udel dewe mengaku punya lapak surga dan merasa paling suci yang lain bid'ah sesat kafir toghut berujung bom bunuh diri karena sudah stressnya mungkin atau doktrin yang mendarah daging sudah tak takut mati. Dalam bayangannya sudah dinanti 72 bidadari padahal sebenarnya adalah malaikat zabaniyah yang siap menyiksa. Setan pun tertawa karena godaan mereka efektif, dan ini yang sangat berbahaya dibanding dalam sekarat dalam keadaan maksiat, tapi masih tau yang dilakukannya itu salah, dibanding mati dalam keadaan kafir tapi merasa yang dilakukannya adalah kebenaran.
Dibandingkan level godaan iblis yang lainnya seperti godaan mabuk, zina, judi level tertinggi adalah godaan setan dalam bentuk keyakinan (doktrinasi), yaitu mereka merasa paling benar jalannya padahal apa yang dilakukannya sesat dan sia-sia bahkan mati konyol masuk neraka.
sebagaimana saya kutip dari cnnindonesia, Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Ahmad Nurwakhid mencatat bahwa kebanyakan tersangka teroris yang ditangkap oleh Densus 88 Antiteror Polri dan BNPT merupakan pemeluk Islam dengan latar belakang mazhab Wahabi dan Salafi yang jihadis."Mereka semua, mohon maaf dengan segala hormat, mereka bermahzab salafi wahabi. Yang kita tangkap ini salafi wahabi jihadis, yang jadi kombatan," kata Ahmad dalam webinar dengan topik 'Urgensi Standardisasi Dai untuk Penguatan Dakwah Islam Rahmatan lil Alamin' yang digelar MUI secara daring, Selasa (27/4).
Meski begitu, Ahmad menegaskan tak semua pemeluk Wahabi dan Salafi memiliki ideologi sebagai teroris. Ia menyatakan masih banyak pemeluk Wahabi dan Salafi yang menjalankan perintah agama sesuai ketentuan yang berlaku dan tak menyimpang.Ia pun menyatakan banyak teroris beragama Islam yang ditangkap di Indonesia memiliki Rukun Islam dan Rukun Iman yang sama. Perbedaannya, kata dia, terletak pada rukun ihsan atau pandangan hubungan antarsesama manusia.
"Mereka juga tak sedikit yang hafal Alquran, rukun iman sama, rukun Islamnya sama. Yang membedakan rukun ihsan. Karena mereka anggap iman, Islam, khilafah. Mereka abai," kata dia. Wahabi adalah aliran dalam Islam yang ditujukan kepada pengikut Muhammad bin Abdul Wahab, yang berpegang teguh pada kebangkitan agama melalui pemulihan Islam ke bentuk "aslinya", serta hanya ada satu Tuhan dan setiap orang harus menyembah-Nya persis seperti yang diperintahkan dalam Kitab Suci.
Sementara Salafi pada zaman modern kerap dikaitkan dengan aliran pemikiran yang mencoba memurnikan kembali ajaran yang dibawa Rasulullah dan perintah Alquran secara literal dari berbagai hal yang bid'ah (tidak dilakukan Rasul), khurafat, dan syirik dalam Islam. Salah satu rujukan utama kaum Salafi adalah mazhab Ahmad bin Hambali atau Hambali.
Terlepas dari itu, Ahmad menekankan bahwa aksi terorisme tak terkait agama apapun. Namun, pemahaman terorisme lahir dari cara beragama yang menyimpang dari oknum beragama tersebut.
"Dari pelaku terorisme tersebut, ini biasanya didominasi oleh umat beragama yang jadi mayoritas di suatu wilayah," kata dia.Melihat hal itu, Ahmad menegaskan bahwa peran para ulama sangat penting menanggulangi terorisme yang mengatasnamakan agama. Bahkan, kata dia, ustaz merupakan pintu masuk dan keluar paham radikalisme dan terorisme.
Ia pun mendukung upaya MUI untuk melakukan standarisasi dai. Hal itu merupakan elemen yang sangat vital dalam pencegahan radikalisme dan terorisme."Urgensi standarisasi dai dalam penanggulangan radikalisme dan terorisme, kesimpulan saya sangat vital. Karena ustaz pintu masuk dan keluar dari paham radikalisme dan terorisme mengatasnamakan agama," kata dia.
refrensi : cnnindonesia.com
Meski begitu, Ahmad menegaskan tak semua pemeluk Wahabi dan Salafi memiliki ideologi sebagai teroris. Ia menyatakan masih banyak pemeluk Wahabi dan Salafi yang menjalankan perintah agama sesuai ketentuan yang berlaku dan tak menyimpang.Ia pun menyatakan banyak teroris beragama Islam yang ditangkap di Indonesia memiliki Rukun Islam dan Rukun Iman yang sama. Perbedaannya, kata dia, terletak pada rukun ihsan atau pandangan hubungan antarsesama manusia.
"Mereka juga tak sedikit yang hafal Alquran, rukun iman sama, rukun Islamnya sama. Yang membedakan rukun ihsan. Karena mereka anggap iman, Islam, khilafah. Mereka abai," kata dia. Wahabi adalah aliran dalam Islam yang ditujukan kepada pengikut Muhammad bin Abdul Wahab, yang berpegang teguh pada kebangkitan agama melalui pemulihan Islam ke bentuk "aslinya", serta hanya ada satu Tuhan dan setiap orang harus menyembah-Nya persis seperti yang diperintahkan dalam Kitab Suci.
Sementara Salafi pada zaman modern kerap dikaitkan dengan aliran pemikiran yang mencoba memurnikan kembali ajaran yang dibawa Rasulullah dan perintah Alquran secara literal dari berbagai hal yang bid'ah (tidak dilakukan Rasul), khurafat, dan syirik dalam Islam. Salah satu rujukan utama kaum Salafi adalah mazhab Ahmad bin Hambali atau Hambali.
Terlepas dari itu, Ahmad menekankan bahwa aksi terorisme tak terkait agama apapun. Namun, pemahaman terorisme lahir dari cara beragama yang menyimpang dari oknum beragama tersebut.
"Dari pelaku terorisme tersebut, ini biasanya didominasi oleh umat beragama yang jadi mayoritas di suatu wilayah," kata dia.Melihat hal itu, Ahmad menegaskan bahwa peran para ulama sangat penting menanggulangi terorisme yang mengatasnamakan agama. Bahkan, kata dia, ustaz merupakan pintu masuk dan keluar paham radikalisme dan terorisme.
Ia pun mendukung upaya MUI untuk melakukan standarisasi dai. Hal itu merupakan elemen yang sangat vital dalam pencegahan radikalisme dan terorisme."Urgensi standarisasi dai dalam penanggulangan radikalisme dan terorisme, kesimpulan saya sangat vital. Karena ustaz pintu masuk dan keluar dari paham radikalisme dan terorisme mengatasnamakan agama," kata dia.
refrensi : cnnindonesia.com
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentarnya jika ada link mati harap lapor. jazakumullah