Penulis: Abu Muslih Ari
Wahyudi Penulis: Abu Muslih Ari Wahyudi
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah kepada
Rasulullah, keluarganya, para sahabat dan seluruh pengikut mereka yang
setia. Amma ba’du, sesungguhnya sebenar- benar ucapan adalah
Kitabullah. Sebaik- baik jalan adalah jalan Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam. Sejelek- jelek urusan adalah bid’ah. Dan setiap bid’ah
pasti sesat.
Para pembaca yang budiman, Allah ta’ala berfirman di dalam kitabnya yang mulia,
إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن
يَشَاءُ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik kepada- Nya dan Dia
akan mengampuni dosa lainnya yang berada di bawah tingkatannya bagi siapa saja
yang dikehendaki oleh- Nya.” (QS. An Nisaa’: 116)
Pengertian dan Ruang lingkup Syirik
Syirik adalah menyamakan antara selain Allah dengan Allah ta’ala dalam
perkara yang termasuk kategori kekhususan yang hanya dimiliki oleh Allah ta’ala
saja. Kekhususan Allah itu meliputi tiga hal utama, Pertama; hak
rububiyah, seperti mencipta, mengatur alam, menguasainya, mengabulkan do’a
dan lain- lain. Kedua; hak uluhiyah, seperti berhak untuk
diibadahi, menjadi tujuan do’a, permintaan tolong, permintaan perlindungan,
tujuan dalam melaksanakan persembahan atau sembelihan, menjadi tujuan harapan,
rasa takut dan kecintaan yang disertai dengan ketundukkan. Ketiga, hak
kesempurnaan Nama- nama dan Sifat- sifat, seperti menyandang nama Allah, Ar
Rabb dan Ar Rahman, atau memiliki sifat mengetahui yang
Gaib, Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Mengetahui, yang tidak ada sesuatupun
yang menyamai- Nya. Jadi kesyirikan itu bisa terjadi dalam hal rububiyah,
uluhiyah maupun nama dan sifat- Nya.
Syaikh Al Albani rahimahullah mengatakan, “Barang
siapa yang bisa membersihkan diri dari ketiga macam syirik ini dalam
penghambaaan dan tauhidnya kepada Allah, dia mengesakan Zat- Nya, beribadah
hanya kepada- Nya dan mengesakan sifat- sifatNya, maka dialah muwahhid sejati.
Dialah pemilik berbagai keutamaan khusus yang dimiliki oleh kaum yang
bertauhid. Dan barangsiapa yang kehilangan salah satu bagian darinya maka
kepadanyalah tertuju ancaman yang terdapat dalam firman Allah ta’ala, semacam,
“Sungguh jika kamu berbuat syirik niscaya akan terhapus seluruh amalmu dan kamu
benar- benar termasuk orang yang merugi”. Camkanlah perkara ini, sebab inilah
perkara terpenting dalam masalah akidah…” (Al ‘Aqidah Ath
Thahawiyah, Syarh wa Ta’liq, hal. 17- 18) Adapun yang sering disebut dengan
syirik saja oleh para ulama maka yang dimaksud adalah syirik dalam hal
uluhiyah/ibadah, dan inilah yang akan kita bicarakan sekarang. Yaitu syirik
dalam hal ibadah.
Dahsyatnya Bahaya Kesyirikan
Berikut ini beberapa dalil dari Al Quran maupun As Sunnah yang hendaknya
kita perhatikan dengan seksama. Dalil- dalil itu akan menggambarkan kepada kita
sebuah gambaran mengerikan dan sangat menakutkan tentang dahsyatnya bahaya
kesyirikan. Semoga Allah menyelamatkan diri kita darinya.
Pertama, Dosa syirik tidak akan diampuni oleh Allah. Allah ta’ala berfirman,
إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاءُ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik kepada- Nya, dan Dia
akan mengampuni dosa lain yang berada di bawah tingkatan syirik bagi siapa saja
yang dikehndaki oleh- Nya.” (QS. An Nisaa’: 48 dan 116)
Kedua, Allah mengharamkan surga dimasuki oleh orang yang berbuat syirik. Allah
ta’ala berfirman,
إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّهُ عَلَيهِ الْجَنَّةَ
وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ
“Sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukan Allah maka sesungguhnya Allah
telah mengharamkan surga baginya dan tempat kembalinya adalah neraka, dan tiada
seorang penolongpun bagi orang- orang zhalim tersebut.” (QS. Al
Maa’idah: 72)
Ketiga, seorang musyrik akan kekal berada di dalam siksa neraka. Allah ta’ala
berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ
جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُوْلَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ
“Sesungguhnya orang- orang yang kafir dari kalangan ahli kitab dan orang- orang
musyrik berada di dalam neraka Jahannam dan kekal di dalamnya, mereka itulah
sejelek- jelek ciptaan.” (QS. Al Bayyinah: 6)
Keempat, dosa kesyirikan akan menghapuskan semua pahala amal shalih, betapapun
banyak amal tersebut. Allah ta’ala berfirman,
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ
لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada para Nabi sebelum engkau,
‘Jika kamu berbuat syirik maka pastilah seluruh amalmu akan lenyap terhapus dan
kamu benar- benar akan termasuk orang- orang yang merugi.” (QS. Az
Zumar: 65)
Kelima, syirik adalah kezhaliman yang paling zalim. Allah ta’ala berfirman,
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ
بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya syirik itu adalah kezhaliman yang sangat besar.” (QS.
Luqman: 13)
Allah ta’ala juga berfirman,
لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ
وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ
“Sungguh Kami telah mengutus para utusan Kami dengan keterangan- keterangan,
dan Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca supaya manusia menegakkan
keadilan.” (QS. Al Hadiid: 25)
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Allah
memberitakan bahwa Dia mengutus para Rasul- Nya, menurunkan kitab- kitabNya
agar manusia menegakkan yaitu keadilan. Salah satu di antara keadilan yang
paling agung adalah tauhid. Ia adalah pokok terbesar dan pilar penegak
keadilan. Sedangkan syirik adalah kezaliman yang sangat besar. Sehingga syirik
merupakan kezaliman yang paling zalim, sedangkan tauhid merupakan keadilan yang
paling adil…” (Ad Daa’ wad Dawaa’, hal. 145)
Keenam, syirik merupakan dosa terbesar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam pernah bertanya kepada para sahabatnya yang artinya, “Maukah
kalian aku kabarkan tentang dosa- dosa yang paling besar?” (beliau ulangi
pertanyaan itu tiga kali) Maka para sahabat menjawab, “Mau ya Rasulullah.” Lalu
beliau bersabda, “Berbuat syirik terhadap Allah dan durhaka kepada kedua orang
tua…” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ketujuh, orang yang berbuat syirik sehingga murtad maka menurut ketetapan
syariat Islam dia berhak dihukum bunuh. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda yang artinya, “Tidak halal menumpahkan
darah seorang muslim kecuali dengan satu di antara tiga penyebab: seorang yang
sudah menikah tapi berzina, seorang muslim yang membunuh saudaranya (seagama)
atau orang yang meninggalkan agamanya sengaja memisahkan diri dari jama’ah
(murtad dari Islam).” (HR. Bukhari dan Muslim). Beliau juga bersabda, “Barang
siapa yang mengganti agamanya maka bunuhlah dia.” (HR. Ahmad dan
Bukhari)
Kedelapan, amal yang tercampur dengan syirik akan sia- sia dan sirna
sebagaimana debu- debu yang beterbangan disapu oleh angin. Allah ta’ala
berfirman,
وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاء مَّنثُوراً
“Dan Kami akan hadapi semua amal yang pernah mereka amalkan (sewaktu di
dunia) kemudian Kami jadikan amal- amal itu sia- sia seperti debu- debu yang
beterbangan.” (QS. Al Furqan: 23)
Kesembilan, orang yang berbuat syirik dalam beramal maka dia akan ditelantarkan
oleh Allah. Allah ta’ala berfirman dalam sebuah hadits qudsi yang
artinya, “Aku adalah Zat yang Maha Kaya dan paling tidak membutuhkan
sekutu, oleh sebab itu barang siapa yang beramal dengan suatu amalan yang dia
mempersekutukan sesuatu dengan- Ku di dalam amalnya itu maka pasti Aku akan
telantarkan dia bersama kesyirikannya itu.” (HR. Muslim)
Kesepuluh, bahaya syirik lebih dikhawatirkan oleh Nabi daripada bahaya Dajjal.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang
artinya, “Maukah kalian aku beritahukan tentang sesuatu yang paling aku
khawatirkan mengancam kalian dalam pandanganku dan lebih menakutkan daripada Al
Masih Ad Dajjal?” Maka para sahabat menjawab, ”Mau (ya Rasulullah).” Beliau pun
bersabda, “Yaitu syirik yang samar. Apabila seseorang mendirikan shalat sambil
membagus- baguskan shalatnya karena dia melihat ada orang lain yang
memperhatikan shalatnya.” (HR. Ahmad)
Kesebelas, syirik kecil adalah dosa yang sangat dikhawatirkan terjadi pada
generasi terbaik yaitu para sahabat radhiallahu ‘anhum. Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah bersabda yang artinya, “Sesuatu yang
paling aku khawatirkan menimpa kalian adalah syirik kecil.” Maka beliau pun
ditanya tentangnya. Sehingga beliau menjawab, “Yaitu riya’/ingin dilihat dan
dipuji orang.” (HR. Ahmad, dishahihkan Al Albani dalam Ash
Shahihah no. 951 dan Shahihul Jami’ no. 1551)
Kedua belas, Syirik adalah bahaya yang sangat dikhawatirkan oleh bapak para
Nabi yaitu Ibrahim ‘alaihis salam akan menimpa pada dirinya
dan pada anak keturunannya. Allah ta’ala mengisahkan doa yang dipanjatkan oleh
Nabi Ibrahim di dalam ayat- Nya,
رَبِّ اجْعَلْ هَـذَا الْبَلَدَ آمِناً وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ
الأَصْنَامَ
“Dan jauhkanlah aku dan anak keturunanku dari penyembahan kepada arca- arca.” (QS.
Ibrahim: 35)
Ibrahim At Taimi mengatakan, “Lalu siapakah orang selain Ibrahim yang
bisa merasa aman dari ancaman bencana (syirik)?!” Syaikh Abdurrahman bin Hasan
rahimahullah berkata, “Maka tidak ada lagi yang merasa aman dari terjatuh dalam
kesyirikan kecuali orang yang bodoh tentangnya dan juga tidak memahami sebab- sebab
yang bisa menyelamatkan diri darinya; yaitu ilmu tentang Allah, ilmu tentang
ajaran Rasul- Nya yaitu mentauhidkan- Nya serta larangan dari perbuatan syirik
terhadapnya.” (Fathul Majid, hal. 72).
Ketiga belas, orang yang mati dalam keadaan masih musyrik maka pasti masuk
neraka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang
artinya, “Barang siapa yang menjumpai Allah (mati) dalam keadaan
mempersekutukan sesuatu dengan- Nya maka pasti masuk neraka.” (HR.
Muslim)
Keempat belas, orang yang berbuat syirik maka amalnya tidak akan diterima.
Allah ta’ala berfirman,
فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاء رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحاً وَلَا يُشْرِكْ
بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَداً
“Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya hendaklah dia
beramal shalih dan tidak mempersekutukan apapun dengan Allah dalam beribadah
kepada tuhannya itu.” (QS. Al Kahfi: 110)
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata sembari menukilkan
ayat, “[Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya]
artinya barangsiapa yang menginginkan pahala dan balasan kebaikan dari- Nya,
[maka hendaklah dia beramal shalih], yaitu amal yang sesuai dengan syariat
Allah. [dan dia tidak mempersekutukan apapun dalam beribadah kepada kepada
Tuhannya] Artinya dia adalah orang yang hanya mengharapkan wajah Allah saja dan
tidak ada sekutu bagi- Nya. Inilah dua buah rukun diterimanya amalan. Suatu
amal itu harus ikhlas untuk Allah dan benar yaitu berada di atas tuntunan
syariat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Tafsir Ibnu
Katsir, 5/154). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga
bersabda yang artinya, “Barang siapa yang mendatangi paranormal
kemudian menanyakan sesuatu kepadanya maka shalatnya tidak akan diterima selama
40 malam.” (HR. Muslim dan Ahmad)
Kelima belas, seorang mujahid, da’i atau ahli baca Quran serta dermawan yang
terjangkiti kesyirikan maka akan diadili pertama kali pada hari kiamat dan
kemudian dibongkar kedustaannya lalu dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan
wajahnya tertelungkup dan diseret oleh Malaikat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang
artinya, “Sesungguhnya orang pertama kali diadili pada hari kiamat
adalah seseorang yang mati syahid di jalan Allah. Dia didatangkan kemudian
ditampakkan kepadanya nikmat- nikmat yang diberikan kepadanya maka dia pun
mengakuinya. Allah bertanya, “Apa yang kamu lakukan dengannya?” Dia menjawab,
“Aku berperang untuk- Mu sampai aku mati syahid.” Allah berfirman, “Engkau
dusta, sebenarnya engkau berperang karena ingin disebut sebagai pemberani. Dan
itu sudah kau dapatkan.” Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk
menyeretnya tertelungkup di atas wajahnya hingga dilemparkan ke dalam neraka.
Kemudian ada seseorang yang telah mendapatkan anugerah kelapangan harta. Dia
didatangkan dan ditunjukkan kepadanya nikmat- nikmat yang diperolehnya. Maka
dia pun mengakuinya. Allah bertanya, “Apakah yang sudah kamu perbuat
dengannya?” Dia menjawab, “Tidaklah aku tinggalkan suatu kesempatan untuk
menginfakkan harta di jalan- Mu kecuali aku telah infakkan hartaku untuk- Mu.”
Allah berfirman, “Engkau dusta, sebenarnya engkau lakukan itu demi mendapatkan
julukan orang yang dermawan, dan engkau sudah memperolehnya.” Kemudian Allah
memerintahkan malaikat untuk menyeretnya tertelungkup di atas wajahnya hingga
dilemparkan ke dalam neraka. Kemudian seorang yang menuntut ilmu dan
mengajarkannya dan juga membaca Al Quran. Dia didatangkan kemudian ditunjukkan
kepadanya nikmat- nikmat yang sudah didapatkannya dan dia pun mengakuinya.
Allah bertanya, “Apakah yang sudah kau perbuat dengannya ?” Maka dia menjawab,
“Aku menuntut ilmu, mengajarkannya dan membaca Al Quran karena- Mu.” Allah
berfirman, ”Engkau dusta, sebenarnya engkau menuntut ilmu supaya disebut orang
alim. Engkau membaca Quran supaya disebut sebagai Qari’.” Kemudian Allah
memerintahkan malaikat untuk menyeretnya tertelungkup di atas wajahnya hingga
dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim)
Keenam belas, orang yang berbuat syirik akan merasa kecanduan dengan
sesembahannya dan ditelantarkan oleh Allah. Abdullah bin ‘Ukaim meriwayatkan
secara marfu’ (sampai kepada Nabi) bahwasanya beliau bersabda, “Barang
siapa yang menggantungkan sesuatu (jimat dan semacamnya, red) maka dia akan
dibuat bersandar dan tergantung kepadanya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi,
dinilai hasan Al Arna’uth dalam Takhrij Jami’ul Ushul 7/575)
Ketujuh belas, orang yang menyembah selain Allah adalah orang paling sesat
sejagad raya. Allah ta’ala berfirman,
وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّن يَدْعُو مِن دُونِ اللَّهِ مَن لَّا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى
يَومِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَن دُعَائِهِمْ غَافِلُ وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ
كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاء وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ
“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyeru kepada sesembahan-
sesembahan selain Allah, sesuatu yang jelas- jelas tidak dapat mengabulkan doa
hingga hari kiamat, dan sesembahan itu juga lalai dari doa yang mereka
panjatkan. Dan apabila umat manusia nanti dikumupulkan (pada hari kiamat) maka
sesembahan- sesembahan itu justru akan menjadi musuh serta mengingkari
peribadatan yang dilakukan oleh para pemujanya.” (QS. Al Ahqaf: 5- 6)
Kedelapan belas, orang yang berbuat syirik adalah sosok- sosok manusia yang
sangat dungu lagi tidak mau mengambil pelajaran. Allah ta’ala berfirman,
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّن نَّزَّلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا بِهِ
الْأَرْضَ مِن بَعْدِ مَوْتِهَا لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ
أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ
“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka; Siapakah yang menurunkan
air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?” Tentu
mereka akan menjawab, “Allah”, Katakanlah, “Segala puji bagi Allah.” tetapi
kebanyakan mereka tidak memahaminya.” (QS. Al ‘Ankabut: 63)
Allah juga berfirman,
أَيُشْرِكُونَ مَا لاَ يَخْلُقُ شَيْئاً وَهُمْ يُخْلَقُونَ وَلاَ يَسْتَطِيعُونَ
لَهُمْ نَصْراً وَلاَ أَنفُسَهُمْ يَنصُرُونَ
“Apakah mereka itu mau mempersekutukan (dengan Allah) sesuatu yang tidak
bisa menciptakan apa- apa dan mereka sendiri pun sebenarnya diciptakan, mereka
juga tidak sanggup memberikan sedikitpun pertolongan dan tidak bisa pula
menolong diri mereka sendiri.” (QS. Al A’raaf: 191- 192)
Allah jalla wa ‘ala juga berfirman,
وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِن قِطْمِيرٍ إِن تَدْعُوهُمْ
لَا يَسْمَعُوا دُعَاءكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ وَيَوْمَ
الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ وَلَا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ
“Dan sesembahan- sesembahan selain- Nya yang kalian seru itu tidak bisa
menguasai setipis kulit ari sekalipun. Jika kalian menyeru mereka (berhala),
maka mereka itu tidak bisa mendengar doa kalian. Dan seandainya mereka itu bisa
mendengar maka mereka juga tidak akan bisa mengabulkan permintaan kalian, dan
pada hari kiamat nanti mereka akan mengingkari perbuatan syirik kalian, dan
tiada yang bisa menyampaikan kepadamu tentang hakikat segala hal sebagaimana
(Allah) Zat yang maha mengetahui.” (QS Faathir: 13- 14)
Kesembilan belas, orang yang berbuat syirik adalah orang yang berkepribadian
rendah dan tidak yakin dengan kemahakuasaan Allah. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Thiyarah (menganggap sial
karena melihat, mendengar atau mengetahui sesuatu) adalah syirik. Thiyarah adalah
syirik…” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, hadits hasan shahih, lihat Al
Jadid, hal. 259)
Kedua puluh, amalan orang yang berbuat syirik atau mengangkat thaghut (sesuatu
yang disembah, ditaati atau diikuti sehingga menjadi sosok tandingan bagi
Allah) akan berubah menjadi penyesalan abadi di akhirat kelak. Allah ta’ala
berfirman,
إِذْ تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُواْ مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُواْ وَرَأَوُاْ
الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الأَسْبَابُ وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُواْ لَوْ
أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّؤُواْ مِنَّا كَذَلِكَ
يُرِيهِمُ اللّهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ وَمَا هُم بِخَارِجِينَ مِنَ
النَّارِ
“(Yaitu) ketika orang- orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang- orang
yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan ketika segala hubungan antara
mereka terputus sama sekali. Dan berkatalah orang- orang yang mengikuti;
“Seandainya kami dapat kembali ke dunia, pasti kami akan berlepas diri dari
mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami.” Demikianlah Allah
memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan
sekali- kali mereka tidak akan keluardari api neraka.” (QS. Al
Baqarah: 166- 167)
Kedua puluh satu, orang yang berbuat syirik sehingga mencintai sesembahan atau
pujaannya sebagai sekutu dalam hal cinta ibadah maka dia tidak akan bisa
merasakan manisnya iman. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
yang artinya, “Ada tiga ciri, barang siapa yang memilikinya maka dia
akan bisa merasakan manisnya iman: (1) Apabila Allah dan Rasul- Nya lebih
dicintai olehnya daripada segala sesuatu selain keduanya. (2) Apabila dia bisa
mencintai seseorang hanya karena Allah saja. (3) Apabila dia merasa begitu
benci untuk kembali dalam kekafiran setelah Allah selamatkan dirinya darinya
sebagaimana orang yang tidak mau dilemparkan ke dalam kobaran api.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Kedua puluh dua, orang yang berbuat syirik maka tidak akan diberikan kecukupan
oleh Allah. Allah ta’ala berfirman,
وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ
قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْراً
“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah (bertauhid dan tidak
menyandarkan hatinya kepada selain Allah) maka Allah akan mencukupinya.
Sesungguhnya Allah akan menyelesaikan urusannya, dan Allah telah menentukan
takdir dan ketentuan waktu bagi segala sesuatu.” (QS. Ath Thalaq: 3)
Kedua puluh tiga, celakalah budak harta benda dan pemuja mode busana.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang
artinya, “Binasalah hamba dinar, hamba dirham, hamba Khamishah, hamba
Khamilah. Jika dia diberi maka dia senang tapi kalau tidak diberi maka dia
murka. Binasalah dan rugilah dia…” (HR. Bukhari)
Khamishah adalah kain dari bahan sutera atau wol yang bercorak, sedangkan
Khamilah adalah kain beludru (lihat Al Jadid, hal. 330 dan Fathul
Majid, hal. 365).
Syaikh Muhammad bin Abdul ‘Aziz Al Qar’awi mengatakan, “Hadits itu
menunjukkan bahwasanya barang siapa yang menjadikan (kesenangan) dunia sebagai
tujuan akhir kehidupan serta puncak cita- citanya maka sesungguhnya dia telah
menyembahnya dan mengangkatnya sebagai sekutu selain Allah.” (Al
Jadid, hal. 332).
Kedua puluh empat, orang yang berbuat syirik pasti akan tertimpa bencana atau
siksa yang sangat pedih dan menyakitkan. Allah ta’ala berfirman,
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَن تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ
يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Maka hendaklah merasa takut orang- orang yang menyelisihi urusan Rasul
kalau- kalau mereka itu akan tertimpa fitnah (bala/bencana) atau siksa yang sangat
pedih.” (QS. An Nuur: 63)
Syirik Akbar
Syirik akbar adalah perbuatan atau keyakinan yang membuat pelakunya
keluar dari Islam. Bentuknya ialah dengan memaksudkan salah satu peribadatan
(lahir maupun batin) kepada selain Allah, seperti berdoa kepada selain Allah,
berkorban untuk jin, dan sebagainya. Apabila ia meninggal dan belum bertaubat
maka akan kekal berada di dalam neraka.
Macam- macam Syirik Akbar
Pertama, Syirik dalam hal doa. Yaitu perbuatan memanjatkan permohonan
kepada selain Allah di samping kepada Allah. Allah ta’ala berfirman,
فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ
“Apabila mereka menaiki kapal (dan terombang- ambing di tengah samudera)
maka mereka pun berdoa kepada Allah dengan ikhlas (tidak syirik sebagaimana
ketika dalam kondisi tentram di darat). Kemudian tatkala Kami selamatkan mereka
ke daratan maka merekapun berbuat syirik.” (QS. Al ‘Ankabuut: 65)
Termasuk kategori syirik ini adalah meminta perlindungan (isti’adzah)
kepada selain Allah dalam perkara yang hanya dapat dilakukan oleh Allah,
meminta pertolongan (isti’anah) kepada selain Allah, meminta dihilangkan
bala (istighatsah) kepada selain Allah, dan lain- lain.
Kedua, syirik dalam hal niat dan keinginan. Yaitu melakukan suatu amal ibadah
dengan niat karena selain Allah. Seperti orang yang beramal akhirat semata- mata
untuk meraih keuntungan duniawi. Allah ta’ala berfirman,
مَن كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ
فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لاَ يُبْخَسُونَ أُوْلَـئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي
الآخِرَةِ إِلاَّ النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُواْ فِيهَا وَبَاطِلٌ مَّا كَانُواْ
يَعْمَلُونَ
“Barang siapa yang mengharapkan kehidupan dunia dan perhiasannya maka Kami
akan penuhi keinginan mereka dengan membalas amal itu di dunia untuk mereka dan
mereka di dunia tidak akan dirugikan. Mereka itulah orang- orang yang tidak
meraih apa- apa ketika di akhirat melainkan siksa neraka dan lenyaplah semua
amal yang mereka perbuat selama di dunia dan sia- sialah segala amal usaha
mereka.” (QS. Huud: 15- 16)
Ketiga, syirik dalam hal ketaatan. Yaitu menaati selain Allah untuk berbuat
durhaka kepada Allah. Seperti contohnya mengikuti para tokoh dalam hal
mengharamkan apa yang dihalalkan Allah atau menghalalkan apa yang diharamkan
Allah. Allah ta’ala berfirman,
اتَّخَذُواْ أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَاباً مِّن دُونِ اللّهِ
وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُواْ إِلاَّ لِيَعْبُدُواْ إِلَـهاً
وَاحِداً لاَّ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Mereka telah menjadikan para pendeta (ahli ilmu) dan rahib (ahli ibadah)
mereka sebagai sesembahan- sesembahan selain Allah, begitu pula (mereka sembah)
Al Masih putra Maryam. Padahal mereka itu tidak disuruh melainkan supaya menyembah
sesembahan yang satu. Tidak ada sesembahan yang hak selain Dia, Maha suci Dia
(Allah) dari segala bentuk perbutan syirik yang mereka lakukan.” (QS.
At Taubah: 31)
Keempat, syirik dalam hal kecintaan. Yaitu mensejajarkan selain Allah dengan
Allah dalam hal kecintaan. Allah ta’ala berfirman,
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللّهِ أَندَاداً يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ
اللّهِ وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَشَدُّ حُبّاً لِّلّهِ
“Dan di antara manusia ada orang yang mengangkat sekutu- sekutu selain Allah
yang mereka cintai sebagaimana kecintaan mereka kepada Allah.” (QS. Al
Baqarah: 165)
Kalau mensejajarkan saja sudah begitu besar dosanya, lalu bagaimana lagi jika
seseorang justru lebih mencintai pujaannya lebih dalam daripada kecintaannya
kepada Allah? Lalu bagaimana lagi orang yang sama sekali tidak menaruh rasa
cinta kepada Allah?! Laa haula wa laa quwwata illa billaah (lihat At
Tauhid li Shaffits- Tsaalits Al ‘Aali, hal. 10- 11)
Syirik Ashghar
Syirik ashghar (kecil) yaitu perbuatan atau keyakinan yang mengurangi
keutuhan tauhid. Apabila seseorang terjerumus di dalamnya maka dia menanggung
dosa yang sangat besar, bahkan dosa besar yang terbesar di bawah tingkatan
syirik akbar dan di atas dosa- dosa besar lain seperti mencuri dan berzina.
Namun orang yang melakukannya tidak sampai keluar dari Islam, tapi hampir- hampir
saja keluar. Dan apabila meninggal dalam keadaan berbuat syirik ashghar ini
maka pelakunya termasuk orang yang diancam tidak diampuni dosanya dan terancam
dijatuhi siksa di neraka, meskipun tidak akan kekal di sana. Syirik
ashghar ini terbagi menjadi syirik zhahir (tampak)
dan syirik khafi (tersembunyi/samar).
Pertama, syirik zhahir. Jenis ini meliputi ucapan dan perbuatan
fisik yang menjadi sarana menuju syirik akbar. Bisa juga diartikan dengan
ucapan dan perbuatan yang disebut sebagai syirik oleh dalil- dalil syariat akan
tetapi tidak mencapai tingkatan tandid/persekutuan secara mutlak. Contohnya
adalah bersumpah dengan menggunakan selain nama Allah. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang bersumpah
dengan menyebut selain nama Allah maka dia telah kafir atau berbuat syirik.” (HR.
Tirmidzi, beliau (Tirmidzi) menghasankannya, dan dishahihkan juga oleh Al
Hakim). Contoh lainnya adalah mengatakan,
مَا شَاءَ اللهُ ثًمَّ شِئْتَ
“Apa pun yang Allah kehendaki dan yang kamu inginkan.”
Ketika ada seseorang yang mengatakan ucapan itu kepada beliau, maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam marah dan
bersabda, “Apakah engkau hendak menjadikan aku sebagai sekutu bagi
Allah?! Katakanlah Apa pun yang Allah kehendaki, cukup itu saja.” (HR.
Nasa’i)
Atau mengatakan, “Seandainya bukan karena dokter maka saya tidak akan sembuh”,
dan lain sebagainya. Adapun yang berupa perbuatan fisik ialah seperti memakai
jimat untuk tolak bala apabila meyakininya sebagai sebab perantara saja untuk
mewujudkan keinginannya. Akan tetapi jika dia meyakininya sebagai faktor utama
penentu tercapainya tujuan maka status perbuatan itu berubah menjadi syirik
akbar dan mengeluarkan pelakunya dari lingkaran Islam.
Kedua, Syirik kafi (tersembunyi). Jenis ini terletak di dalam
gerak- gerik hati manusia. Ia dapat berujud rasa ingin dilihat dan menginginkan
pujian orang dalam beramal (riya’) atau ingin didengar (sum’ah).
Seperti contohnya: membagus- baguskan gerakan atau bacaan shalat karena
mengetahui ada orang yang memperhatikannya. Contoh lainnya adalah bersedekah
karena ingin dipuji, berjihad karena ingin dijuluki pemberani, membaca Quran
karena ingin disebut Qari’, mengajarkan ilmu karena ingin disebut sebagi ‘Alim,
dan lain- lain. Dengan catatan dia masih mengharapkan keridhaan Allah dari
perbuatannya itu. Amal yang tercampuri syirik semacam ini tidak akan diterima
oleh Allah. Dan apabila ternyata dia hanya mencari tujuan- tujuan hina itu maka
perbuatan yang secara lahir berupa amal shalih itu telah berubah menjadi syirik
akbar, sebagaimana halnya riya’ yang dimiliki oleh orang munafik.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda yang
artinya, “Sesuatu yang paling aku khawatirkan menimpa kalian adalah
syirik kecil”. Maka beliau pun ditanya tentangnya. Sehingga beliau menjawab,
“Yaitu riya’/ingin dilihat dan dipuji orang.” (HR. Ahmad, dishahihkan
Al Albani dalam Ash Shahihah no. 951 dan Shahihul
Jami’ no. 1551). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
yang artinya, “Binasalah hamba dinar, hamba dirham, hamba Khamishah,
hamba Khamilah. Jika dia diberi maka dia senang tapi kalau tidak diberi maka
dia murka. Binasalah dan rugilah dia…” (HR. Bukhari) (lihat At
Tauhid li Shaffits Tsalits Al ‘Aali, hal. 11- 12).
Cara- Cara untuk Membentengi Diri dari Syirik
- Mengikhlaskan ibadah hanya untuk Allah ‘azza wa jalla dengan
senantiasa berupaya memurnikan tauhid.
- Menuntut ilmu syar’i.
- Mengenali dampak kesyirikan dan menyadari bahwasanya syirik itu
akan menghantarkan pelakunya kekal di dalam Jahanam dan menghapuskan amal
kebaikan.
- Menyadari bahwasanya syirik akbar tidak akan diampuni oleh
Allah.
- Tidak berteman dengan orang- orang yang bodoh yang hanyut dalam
berbagai bentuk kesyirikan.
Maka berhati- hatilah
saudaraku dari syirik dengan seluruh macamnya, dan ketahuilah bahwasanya syirik
itu bisa berbentuk ucapan, perbuatan dan keyakinan. Terkadang satu kata saja
bisa menghancurkan kehidupan dunia dan akhirat seseorang dalam keadaan dia
tidak menyadarinya. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah
kalian tahu apa yang difirmankan Rabb kalian?” Mereka (para sahabat)
mengatakan, “Allah dan Rasul- Nya lebih tahu”. Beliau bersabda, “Pada pagi hari
ini ada di antara hamba- Ku yang beriman dan ada yang kafir kepada- Ku. Orang
yang berkata, ‘Kami telah mendapatkan anugerah hujan berkat keutamaan Allah dan
rahmat- Nya maka itulah yang beriman kepada- Ku dan kafir terhadap bintang. Adapun
orang yang berkata, ‘Kami mendapatkan curahan hujan karena rasi bintang ini
atau itu, maka itulah orang yang kafir kepada- Ku dan beriman kepada bintang.’” (Muttafaq
‘alaih) (lihat sebuah buku kecil berjudul ‘Isyruuna ‘uqbatan fii Thariiqil
Muslim).
Buku- Buku Tentang Tauhid dan Syirik
Para pembaca yang budiman bisa mengkaji lebih dalam lagi tentang hakikat
tauhid dan syirik berdasarkan dalil- dalil Al Quran maupun Al Hadits beserta
keterangan dari para ulama yang terpercaya melalui buku- buku atau kitab- kitab
berikut ini:
- Tsalatsatul Ushul (Tiga Landasan Utama) karya Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah
- Qawa’idul Arba’ (Empat Kaidah Penting) karya Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah
- Kitab Tauhid Alladzi Huwa Haqqullahi ‘Alal ‘Abiid karya
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah
- Kasyfu Syubuhaat karya Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab rahimahullah
Kitab Tauhid 1, 2 dan 3 karya Syaikh Shalih Al Fauzan
dan para ulama lainnya
- Dalaa’ilut Tauhid (50 tanya jawab akidah) karya
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah
- Tanbihaat Muhtasharah Syarh Al Wajibaat (Penjelasan
hal- hal yang harus diketahui oleh setiap muslim dan muslimah) karya Syaikh
Ibrahim bin Syaikh Shalih Al Khuraishi
- Syarah Tsalatsatul Ushul (Penjelasan Tiga Landasan
Utama) karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah
- Hasyiyah Tsalatsatul Ushul karya Syaikh Abdurrahman
bin Qasim Al Hanbali An Najdi rahimahullah
- Taisirul Wushul ila Nailil Ma’muul karya Syaikh
Nu’man bin Abdul Karim Al Watr
- Hushulul Ma’mul bi Syarhi Tsalatsatil Ushul karya
Syaikh Abdullah bin Shalih Al Fauzan
- Thariqul Wushul ila Idhaahi Tsalatsatil Ushul karya
Syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi Al Madkhali hafizhahullah
- Syarah Kitab Tsalatsatul Ushul karya Syaikh Shalih
bin Abdul ‘Aziz Alusy Syaikh hafizhahullah
- Syarah Qawa’idul Arba’ karya Syaikh Shalih bin Abdul
‘Aziz Alusy Syaikh
- Fathul Majid Syarah Kitab Tauhid (Membongkar akar
kesyirikan) karya Syaikh Abdurrahman bin Hasan rahimahullah
- Qaulus Sadid fi Maqashidi Tauhid (Penjabaran
sistematik kitab tauhid) karya Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah
- Qaulul Mufid Syarah Kitab Tauhid karya Syaikh
Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah
- Ibthalut Tandiid bi Ikhtishaari Syarhi Kitabit Tauhid karya
Syaikh Hamad bin ‘Atiq rahimahullah
- Al Mulakhkhash fi Syarhi Kitabit Tauhid karya DR.
Shalih bin Fauzan Al Fauzan hafizhahullah
- Al Jadid fi Syarhi Kitabit Tauhid (Cara mudah
memahami tauhid) karya Syaikh Muhammad bin Abdul ‘Aziz Al Qar’awi
- At Tamhid li Syarhi Kitabit Tauhid karya Syaikh
Shalih bin Abul ‘Aziz Alusy Syaikh hafizhahullah
- Syarah Kasyfu Syubuhaat karya Syaikh Shalih Al
Fauzan
- Syarah Kasfyu Syubuhaat karya Syaikh Muhammad bin
Shalih Al ‘Utsaimin
- Syarah Kasyfu Syubuhaat karya Syaikh Shalih bin
Abdul ‘Aziz Alusy Syaikh
- At Taudhihaat Al Kasyifaat ‘ala Kasfi Syubuhaat karya
Syaikh Muhammad bin Abdullah bin Shalih Al Habdan
- Ad Dalaa’il wal Isyaraat ‘ala Kasyfi Subuhaat karya
Syaikh Shalih bin Muhammad Al Asmari
- Minhaaj Al Firqah An Najiyah karya Syaikh Muhammad
bin Jamil Zainu
- Kitab ‘Aqidah Ath Thahawiyah karya Imam Abu Ja’far
Ath Thahawi rahimahullah
- Syarah ‘Aqidah Thahawiyah karya Imam Ibnu Abil ‘Izz
Al Hanafi rahimahullah
- ‘Aqidah Thahawiyah Syarh wa Ta’liq karya Syaikh Al
Albani rahimahullah
- Ta’liq ‘Aqidah Thahawiyah karya Syaikh Shalih Al
Fauzan
- Al Minhah Al Ilahiyah fi Tahdzib Syarh Thahawiyah karya
Syaikh Abdul Akhir Hammad Al Ghunaimi
- Dan lain- lain
Memurnikan Tauhid dari
Kotoran Syirik
Syaikh Abdurrahman bin
Hasan mengatakan bahwa makna merealisasikan tauhid ialah memurnikannya dari
kotoran- kotoran syirik, bid’ah dan maksiat (lihat Ibthaalu Tandiid hal.
28) Sehingga untuk bisa merealisasikan tauhid seorang muslim harus:
- Meninggalkan syirik dalam semua jenisnya: Syirik akbar, syirik
ashghar, dan syirik khafi.
- Meninggalkan seluruh bentuk bid’ah.
- Meninggalkan seluruh bentuk maksiat. (At Tamhiid, hal.
33)
Tauhid benar- benar akan
terrealisasi pada diri seseorang apabila di dalam dirinya terkumpul tiga
perkara, yaitu:
- Ilmu, karena tidak mungkin seseorang mewujudkan sesuatu yang
tidak diketahuinya. Allah berfirman yang artinya, “Ketahuilah, bahwa
sesungguhnya tidak ada sesembahan yang hak selain Allah.” (QS.
Muhammad: 19)
- Keyakinan (I’tiqad). Karena orang yang mengetahui tauhid
tanpa meyakininya adalah orang yang sombong. Maka orang seperti ini tidak akan
bisa merealisasikan tauhid. Hal itu sebagaimana keadaan orang musyrikin Quraisy
yang paham makna tauhid tapi justru menolaknya, sebagaimana dikisahkan oleh
Allah di dalam ayat- Nya yang artinya, “(mereka berkata) Apakah dia
(Muhammad) akan menjadikan tuhan- tuhan yang banyak itu menjadi satu sesembahan
saja. Sungguh, ini adalah perkara yang sangat mengherankan !” (QS.
Shaad: 5)
- Ketundukan terhadap aturan (Inqiyad). Orang yang telah
mengetahui hakikat tauhid dan meyakininya akan tetapi tidak mau tunduk terhadap
konsekuensinya bukanlah orang yang merealisasikan tauhid. (lihat Al
Qaul Al Mufid ‘ala Kitab At Tauhid, jilid 1 hal. 55).
Balasan Bagi Orang yang
Bersih Tauhidnya
Allah ta’ala berfirman,
الَّذِينَ آمَنُواْ وَلَمْ يَلْبِسُواْ إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ أُوْلَـئِكَ لَهُمُ
الأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ
“Orang- orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan
kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah
orang- orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al An’aam: 82)
Syaikh Hamad bin ‘Atiq rahimahullah mengatakan, “Mereka
itu adalah orang- orang yang mentauhidkan Allah dan tidak menodai tauhidnya
dengan kesyirikan. Mereka itulah yang mendapatkan keamanan. Sedangkan keamanan
itu ada dua macam (1) keamanan mutlak dan (2) keamanan muqayyad/tidak mutlak.
Yang pertama itu ialah keamanan dari tertimpa azab. Keamanan ini diperuntukkan
bagi orang yang meninggal di atas tauhid dan tidak terus menerus berkubang
dalam dosa- dosa besar. Adapun yang kedua berlaku bagi orang yang meninggal di
atas tauhid akan tetapi dia masih dalam keadaan berkubang dalam dosa- dosa
besar. Maka dia akan memperoleh keamanan dari hukuman kekal di dalam neraka.” (Ibthalu
Tandiid, hal. 19).
Semoga Allah ‘azza wa jalla menjadikan kita termasuk di antara hamba- hamba- Nya
yang benar- benar memurnikan tauhid dari sampah- sampah syirik. Alhamdulillaahi
Rabbil ‘aalamiin.
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah kepada
Rasulullah, keluarganya, para sahabat dan seluruh pengikut mereka yang
setia. Amma ba’du, sesungguhnya sebenar- benar ucapan adalah
Kitabullah. Sebaik- baik jalan adalah jalan Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam. Sejelek- jelek urusan adalah bid’ah. Dan setiap bid’ah
pasti sesat.
Para pembaca yang budiman, Allah ta’ala berfirman di dalam kitabnya yang mulia,
إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن
يَشَاءُ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik kepada- Nya dan Dia
akan mengampuni dosa lainnya yang berada di bawah tingkatannya bagi siapa saja
yang dikehendaki oleh- Nya.” (QS. An Nisaa’: 116)
Pengertian dan Ruang lingkup Syirik
Syirik adalah menyamakan antara selain Allah dengan Allah ta’ala dalam
perkara yang termasuk kategori kekhususan yang hanya dimiliki oleh Allah ta’ala
saja. Kekhususan Allah itu meliputi tiga hal utama, Pertama; hak
rububiyah, seperti mencipta, mengatur alam, menguasainya, mengabulkan do’a
dan lain- lain. Kedua; hak uluhiyah, seperti berhak untuk
diibadahi, menjadi tujuan do’a, permintaan tolong, permintaan perlindungan,
tujuan dalam melaksanakan persembahan atau sembelihan, menjadi tujuan harapan,
rasa takut dan kecintaan yang disertai dengan ketundukkan. Ketiga, hak
kesempurnaan Nama- nama dan Sifat- sifat, seperti menyandang nama Allah, Ar
Rabb dan Ar Rahman, atau memiliki sifat mengetahui yang
Gaib, Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Mengetahui, yang tidak ada sesuatupun
yang menyamai- Nya. Jadi kesyirikan itu bisa terjadi dalam hal rububiyah,
uluhiyah maupun nama dan sifat- Nya.
Syaikh Al Albani rahimahullah mengatakan, “Barang
siapa yang bisa membersihkan diri dari ketiga macam syirik ini dalam
penghambaaan dan tauhidnya kepada Allah, dia mengesakan Zat- Nya, beribadah
hanya kepada- Nya dan mengesakan sifat- sifatNya, maka dialah muwahhid sejati.
Dialah pemilik berbagai keutamaan khusus yang dimiliki oleh kaum yang
bertauhid. Dan barangsiapa yang kehilangan salah satu bagian darinya maka
kepadanyalah tertuju ancaman yang terdapat dalam firman Allah ta’ala, semacam,
“Sungguh jika kamu berbuat syirik niscaya akan terhapus seluruh amalmu dan kamu
benar- benar termasuk orang yang merugi”. Camkanlah perkara ini, sebab inilah
perkara terpenting dalam masalah akidah…” (Al ‘Aqidah Ath
Thahawiyah, Syarh wa Ta’liq, hal. 17- 18) Adapun yang sering disebut dengan
syirik saja oleh para ulama maka yang dimaksud adalah syirik dalam hal
uluhiyah/ibadah, dan inilah yang akan kita bicarakan sekarang. Yaitu syirik
dalam hal ibadah.
Dahsyatnya Bahaya Kesyirikan
Berikut ini beberapa dalil dari Al Quran maupun As Sunnah yang hendaknya
kita perhatikan dengan seksama. Dalil- dalil itu akan menggambarkan kepada kita
sebuah gambaran mengerikan dan sangat menakutkan tentang dahsyatnya bahaya
kesyirikan. Semoga Allah menyelamatkan diri kita darinya.
Pertama, Dosa syirik tidak akan diampuni oleh Allah. Allah ta’ala berfirman,
إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن
يَشَاءُ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik kepada- Nya, dan Dia
akan mengampuni dosa lain yang berada di bawah tingkatan syirik bagi siapa saja
yang dikehndaki oleh- Nya.” (QS. An Nisaa’: 48 dan 116)
Kedua, Allah mengharamkan surga dimasuki oleh orang yang berbuat syirik. Allah
ta’ala berfirman,
إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّهُ عَلَيهِ الْجَنَّةَ
وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ
“Sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukan Allah maka sesungguhnya Allah
telah mengharamkan surga baginya dan tempat kembalinya adalah neraka, dan tiada
seorang penolongpun bagi orang- orang zhalim tersebut.” (QS. Al
Maa’idah: 72)
Ketiga, seorang musyrik akan kekal berada di dalam siksa neraka. Allah ta’ala
berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ
جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُوْلَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ
“Sesungguhnya orang- orang yang kafir dari kalangan ahli kitab dan orang- orang
musyrik berada di dalam neraka Jahannam dan kekal di dalamnya, mereka itulah
sejelek- jelek ciptaan.” (QS. Al Bayyinah: 6)
Keempat, dosa kesyirikan akan menghapuskan semua pahala amal shalih, betapapun
banyak amal tersebut. Allah ta’ala berfirman,
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ
لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada para Nabi sebelum engkau,
‘Jika kamu berbuat syirik maka pastilah seluruh amalmu akan lenyap terhapus dan
kamu benar- benar akan termasuk orang- orang yang merugi.” (QS. Az
Zumar: 65)
Kelima, syirik adalah kezhaliman yang paling zalim. Allah ta’ala berfirman,
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ
بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya syirik itu adalah kezhaliman yang sangat besar.” (QS.
Luqman: 13)
Allah ta’ala juga berfirman,
لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ
وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ
“Sungguh Kami telah mengutus para utusan Kami dengan keterangan- keterangan,
dan Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca supaya manusia menegakkan
keadilan.” (QS. Al Hadiid: 25)
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Allah
memberitakan bahwa Dia mengutus para Rasul- Nya, menurunkan kitab- kitabNya
agar manusia menegakkan yaitu keadilan. Salah satu di antara keadilan yang
paling agung adalah tauhid. Ia adalah pokok terbesar dan pilar penegak
keadilan. Sedangkan syirik adalah kezaliman yang sangat besar. Sehingga syirik
merupakan kezaliman yang paling zalim, sedangkan tauhid merupakan keadilan yang
paling adil…” (Ad Daa’ wad Dawaa’, hal. 145)
Keenam, syirik merupakan dosa terbesar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam pernah bertanya kepada para sahabatnya yang artinya, “Maukah
kalian aku kabarkan tentang dosa- dosa yang paling besar?” (beliau ulangi
pertanyaan itu tiga kali) Maka para sahabat menjawab, “Mau ya Rasulullah.” Lalu
beliau bersabda, “Berbuat syirik terhadap Allah dan durhaka kepada kedua orang
tua…” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ketujuh, orang yang berbuat syirik sehingga murtad maka menurut ketetapan syariat
Islam dia berhak dihukum bunuh. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda yang artinya, “Tidak halal menumpahkan darah
seorang muslim kecuali dengan satu di antara tiga penyebab: seorang yang sudah
menikah tapi berzina, seorang muslim yang membunuh saudaranya (seagama) atau
orang yang meninggalkan agamanya sengaja memisahkan diri dari jama’ah (murtad
dari Islam).” (HR. Bukhari dan Muslim). Beliau juga bersabda, “Barang
siapa yang mengganti agamanya maka bunuhlah dia.” (HR. Ahmad dan
Bukhari)
Kedelapan, amal yang tercampur dengan syirik akan sia- sia dan sirna
sebagaimana debu- debu yang beterbangan disapu oleh angin. Allah ta’ala
berfirman,
وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاء مَّنثُوراً
“Dan Kami akan hadapi semua amal yang pernah mereka amalkan (sewaktu di
dunia) kemudian Kami jadikan amal- amal itu sia- sia seperti debu- debu yang
beterbangan.” (QS. Al Furqan: 23)
Kesembilan, orang yang berbuat syirik dalam beramal maka dia akan ditelantarkan
oleh Allah. Allah ta’ala berfirman dalam sebuah hadits qudsi yang
artinya, “Aku adalah Zat yang Maha Kaya dan paling tidak membutuhkan
sekutu, oleh sebab itu barang siapa yang beramal dengan suatu amalan yang dia
mempersekutukan sesuatu dengan- Ku di dalam amalnya itu maka pasti Aku akan
telantarkan dia bersama kesyirikannya itu.” (HR. Muslim)
Kesepuluh, bahaya syirik lebih dikhawatirkan oleh Nabi daripada bahaya Dajjal.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang
artinya, “Maukah kalian aku beritahukan tentang sesuatu yang paling aku
khawatirkan mengancam kalian dalam pandanganku dan lebih menakutkan daripada Al
Masih Ad Dajjal?” Maka para sahabat menjawab, ”Mau (ya Rasulullah).” Beliau pun
bersabda, “Yaitu syirik yang samar. Apabila seseorang mendirikan shalat sambil
membagus- baguskan shalatnya karena dia melihat ada orang lain yang
memperhatikan shalatnya.” (HR. Ahmad)
Kesebelas, syirik kecil adalah dosa yang sangat dikhawatirkan terjadi pada
generasi terbaik yaitu para sahabat radhiallahu ‘anhum. Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah bersabda yang artinya, “Sesuatu yang
paling aku khawatirkan menimpa kalian adalah syirik kecil.” Maka beliau pun
ditanya tentangnya. Sehingga beliau menjawab, “Yaitu riya’/ingin dilihat dan
dipuji orang.” (HR. Ahmad, dishahihkan Al Albani dalam Ash
Shahihah no. 951 dan Shahihul Jami’ no. 1551)
Kedua belas, Syirik adalah bahaya yang sangat dikhawatirkan oleh bapak para
Nabi yaitu Ibrahim ‘alaihis salam akan menimpa pada dirinya
dan pada anak keturunannya. Allah ta’ala mengisahkan doa yang dipanjatkan oleh
Nabi Ibrahim di dalam ayat- Nya,
رَبِّ اجْعَلْ هَـذَا الْبَلَدَ آمِناً وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ
الأَصْنَامَ
“Dan jauhkanlah aku dan anak keturunanku dari penyembahan kepada arca- arca.” (QS.
Ibrahim: 35)
Ibrahim At Taimi mengatakan, “Lalu siapakah orang selain Ibrahim yang
bisa merasa aman dari ancaman bencana (syirik)?!” Syaikh Abdurrahman bin Hasan
rahimahullah berkata, “Maka tidak ada lagi yang merasa aman dari terjatuh dalam
kesyirikan kecuali orang yang bodoh tentangnya dan juga tidak memahami sebab- sebab
yang bisa menyelamatkan diri darinya; yaitu ilmu tentang Allah, ilmu tentang
ajaran Rasul- Nya yaitu mentauhidkan- Nya serta larangan dari perbuatan syirik
terhadapnya.” (Fathul Majid, hal. 72).
Ketiga belas, orang yang mati dalam keadaan masih musyrik maka pasti masuk
neraka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang
artinya, “Barang siapa yang menjumpai Allah (mati) dalam keadaan
mempersekutukan sesuatu dengan- Nya maka pasti masuk neraka.” (HR.
Muslim)
Keempat belas, orang yang berbuat syirik maka amalnya tidak akan diterima.
Allah ta’ala berfirman,
فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاء رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحاً وَلَا يُشْرِكْ
بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَداً
“Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya hendaklah dia
beramal shalih dan tidak mempersekutukan apapun dengan Allah dalam beribadah
kepada tuhannya itu.” (QS. Al Kahfi: 110)
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata sembari menukilkan
ayat, “[Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya]
artinya barangsiapa yang menginginkan pahala dan balasan kebaikan dari- Nya,
[maka hendaklah dia beramal shalih], yaitu amal yang sesuai dengan syariat
Allah. [dan dia tidak mempersekutukan apapun dalam beribadah kepada kepada
Tuhannya] Artinya dia adalah orang yang hanya mengharapkan wajah Allah saja dan
tidak ada sekutu bagi- Nya. Inilah dua buah rukun diterimanya amalan. Suatu
amal itu harus ikhlas untuk Allah dan benar yaitu berada di atas tuntunan
syariat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Tafsir Ibnu
Katsir, 5/154). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga
bersabda yang artinya, “Barang siapa yang mendatangi paranormal
kemudian menanyakan sesuatu kepadanya maka shalatnya tidak akan diterima selama
40 malam.” (HR. Muslim dan Ahmad)
Kelima belas, seorang mujahid, da’i atau ahli baca Quran serta dermawan yang
terjangkiti kesyirikan maka akan diadili pertama kali pada hari kiamat dan
kemudian dibongkar kedustaannya lalu dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan
wajahnya tertelungkup dan diseret oleh Malaikat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang
artinya, “Sesungguhnya orang pertama kali diadili pada hari kiamat
adalah seseorang yang mati syahid di jalan Allah. Dia didatangkan kemudian
ditampakkan kepadanya nikmat- nikmat yang diberikan kepadanya maka dia pun
mengakuinya. Allah bertanya, “Apa yang kamu lakukan dengannya?” Dia menjawab,
“Aku berperang untuk- Mu sampai aku mati syahid.” Allah berfirman, “Engkau
dusta, sebenarnya engkau berperang karena ingin disebut sebagai pemberani. Dan
itu sudah kau dapatkan.” Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk
menyeretnya tertelungkup di atas wajahnya hingga dilemparkan ke dalam neraka.
Kemudian ada seseorang yang telah mendapatkan anugerah kelapangan harta. Dia
didatangkan dan ditunjukkan kepadanya nikmat- nikmat yang diperolehnya. Maka
dia pun mengakuinya. Allah bertanya, “Apakah yang sudah kamu perbuat
dengannya?” Dia menjawab, “Tidaklah aku tinggalkan suatu kesempatan untuk
menginfakkan harta di jalan- Mu kecuali aku telah infakkan hartaku untuk- Mu.”
Allah berfirman, “Engkau dusta, sebenarnya engkau lakukan itu demi mendapatkan
julukan orang yang dermawan, dan engkau sudah memperolehnya.” Kemudian Allah
memerintahkan malaikat untuk menyeretnya tertelungkup di atas wajahnya hingga
dilemparkan ke dalam neraka. Kemudian seorang yang menuntut ilmu dan
mengajarkannya dan juga membaca Al Quran. Dia didatangkan kemudian ditunjukkan
kepadanya nikmat- nikmat yang sudah didapatkannya dan dia pun mengakuinya.
Allah bertanya, “Apakah yang sudah kau perbuat dengannya ?” Maka dia menjawab,
“Aku menuntut ilmu, mengajarkannya dan membaca Al Quran karena- Mu.” Allah
berfirman, ”Engkau dusta, sebenarnya engkau menuntut ilmu supaya disebut orang
alim. Engkau membaca Quran supaya disebut sebagai Qari’.” Kemudian Allah
memerintahkan malaikat untuk menyeretnya tertelungkup di atas wajahnya hingga
dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim)
Keenam belas, orang yang berbuat syirik akan merasa kecanduan dengan
sesembahannya dan ditelantarkan oleh Allah. Abdullah bin ‘Ukaim meriwayatkan
secara marfu’ (sampai kepada Nabi) bahwasanya beliau bersabda, “Barang
siapa yang menggantungkan sesuatu (jimat dan semacamnya, red) maka dia akan
dibuat bersandar dan tergantung kepadanya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi,
dinilai hasan Al Arna’uth dalam Takhrij Jami’ul Ushul 7/575)
Ketujuh belas, orang yang menyembah selain Allah adalah orang paling sesat
sejagad raya. Allah ta’ala berfirman,
وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّن يَدْعُو مِن دُونِ اللَّهِ مَن لَّا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى
يَومِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَن دُعَائِهِمْ غَافِلُ وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ
كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاء وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ
“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyeru kepada sesembahan-
sesembahan selain Allah, sesuatu yang jelas- jelas tidak dapat mengabulkan doa
hingga hari kiamat, dan sesembahan itu juga lalai dari doa yang mereka
panjatkan. Dan apabila umat manusia nanti dikumupulkan (pada hari kiamat) maka
sesembahan- sesembahan itu justru akan menjadi musuh serta mengingkari
peribadatan yang dilakukan oleh para pemujanya.” (QS. Al Ahqaf: 5- 6)
Kedelapan belas, orang yang berbuat syirik adalah sosok- sosok manusia yang
sangat dungu lagi tidak mau mengambil pelajaran. Allah ta’ala berfirman,
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّن نَّزَّلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا بِهِ
الْأَرْضَ مِن بَعْدِ مَوْتِهَا لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ
أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ
“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka; Siapakah yang menurunkan
air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?” Tentu
mereka akan menjawab, “Allah”, Katakanlah, “Segala puji bagi Allah.” tetapi
kebanyakan mereka tidak memahaminya.” (QS. Al ‘Ankabut: 63)
Allah juga berfirman,
أَيُشْرِكُونَ مَا لاَ يَخْلُقُ شَيْئاً وَهُمْ يُخْلَقُونَ وَلاَ يَسْتَطِيعُونَ
لَهُمْ نَصْراً وَلاَ أَنفُسَهُمْ يَنصُرُونَ
“Apakah mereka itu mau mempersekutukan (dengan Allah) sesuatu yang tidak
bisa menciptakan apa- apa dan mereka sendiri pun sebenarnya diciptakan, mereka
juga tidak sanggup memberikan sedikitpun pertolongan dan tidak bisa pula
menolong diri mereka sendiri.” (QS. Al A’raaf: 191- 192)
Allah jalla wa ‘ala juga berfirman,
وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِن قِطْمِيرٍ إِن تَدْعُوهُمْ
لَا يَسْمَعُوا دُعَاءكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ وَيَوْمَ
الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ وَلَا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ
“Dan sesembahan- sesembahan selain- Nya yang kalian seru itu tidak bisa
menguasai setipis kulit ari sekalipun. Jika kalian menyeru mereka (berhala),
maka mereka itu tidak bisa mendengar doa kalian. Dan seandainya mereka itu bisa
mendengar maka mereka juga tidak akan bisa mengabulkan permintaan kalian, dan
pada hari kiamat nanti mereka akan mengingkari perbuatan syirik kalian, dan
tiada yang bisa menyampaikan kepadamu tentang hakikat segala hal sebagaimana
(Allah) Zat yang maha mengetahui.” (QS Faathir: 13- 14)
Kesembilan belas, orang yang berbuat syirik adalah orang yang berkepribadian
rendah dan tidak yakin dengan kemahakuasaan Allah. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Thiyarah (menganggap sial
karena melihat, mendengar atau mengetahui sesuatu) adalah syirik. Thiyarah
adalah syirik…” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, hadits hasan shahih,
lihat Al Jadid, hal. 259)
Kedua puluh, amalan orang yang berbuat syirik atau mengangkat thaghut (sesuatu
yang disembah, ditaati atau diikuti sehingga menjadi sosok tandingan bagi
Allah) akan berubah menjadi penyesalan abadi di akhirat kelak. Allah ta’ala
berfirman,
إِذْ تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُواْ مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُواْ وَرَأَوُاْ
الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الأَسْبَابُ وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُواْ لَوْ
أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّؤُواْ مِنَّا كَذَلِكَ
يُرِيهِمُ اللّهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ وَمَا هُم بِخَارِجِينَ مِنَ
النَّارِ
“(Yaitu) ketika orang- orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang- orang
yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan ketika segala hubungan antara
mereka terputus sama sekali. Dan berkatalah orang- orang yang mengikuti;
“Seandainya kami dapat kembali ke dunia, pasti kami akan berlepas diri dari
mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami.” Demikianlah Allah
memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan
sekali- kali mereka tidak akan keluardari api neraka.” (QS. Al
Baqarah: 166- 167)
Kedua puluh satu, orang yang berbuat syirik sehingga mencintai sesembahan atau
pujaannya sebagai sekutu dalam hal cinta ibadah maka dia tidak akan bisa
merasakan manisnya iman. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
yang artinya, “Ada tiga ciri, barang siapa yang memilikinya maka dia
akan bisa merasakan manisnya iman: (1) Apabila Allah dan Rasul- Nya lebih
dicintai olehnya daripada segala sesuatu selain keduanya. (2) Apabila dia bisa
mencintai seseorang hanya karena Allah saja. (3) Apabila dia merasa begitu
benci untuk kembali dalam kekafiran setelah Allah selamatkan dirinya darinya
sebagaimana orang yang tidak mau dilemparkan ke dalam kobaran api.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Kedua puluh dua, orang yang berbuat syirik maka tidak akan diberikan kecukupan
oleh Allah. Allah ta’ala berfirman,
وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ
قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْراً
“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah (bertauhid dan tidak
menyandarkan hatinya kepada selain Allah) maka Allah akan mencukupinya.
Sesungguhnya Allah akan menyelesaikan urusannya, dan Allah telah menentukan
takdir dan ketentuan waktu bagi segala sesuatu.” (QS. Ath Thalaq: 3)
Kedua puluh tiga, celakalah budak harta benda dan pemuja mode busana.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang
artinya, “Binasalah hamba dinar, hamba dirham, hamba Khamishah, hamba
Khamilah. Jika dia diberi maka dia senang tapi kalau tidak diberi maka dia
murka. Binasalah dan rugilah dia…” (HR. Bukhari)
Khamishah adalah kain dari bahan sutera atau wol yang bercorak, sedangkan
Khamilah adalah kain beludru (lihat Al Jadid, hal. 330 dan Fathul
Majid, hal. 365).
Syaikh Muhammad bin Abdul ‘Aziz Al Qar’awi mengatakan, “Hadits itu
menunjukkan bahwasanya barang siapa yang menjadikan (kesenangan) dunia sebagai
tujuan akhir kehidupan serta puncak cita- citanya maka sesungguhnya dia telah
menyembahnya dan mengangkatnya sebagai sekutu selain Allah.” (Al
Jadid, hal. 332).
Kedua puluh empat, orang yang berbuat syirik pasti akan tertimpa bencana atau
siksa yang sangat pedih dan menyakitkan. Allah ta’ala berfirman,
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَن تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ
يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Maka hendaklah merasa takut orang- orang yang menyelisihi urusan Rasul
kalau- kalau mereka itu akan tertimpa fitnah (bala/bencana) atau siksa yang
sangat pedih.” (QS. An Nuur: 63)
Syirik Akbar
Syirik akbar adalah perbuatan atau keyakinan yang membuat pelakunya
keluar dari Islam. Bentuknya ialah dengan memaksudkan salah satu peribadatan
(lahir maupun batin) kepada selain Allah, seperti berdoa kepada selain Allah,
berkorban untuk jin, dan sebagainya. Apabila ia meninggal dan belum bertaubat
maka akan kekal berada di dalam neraka.
Macam- macam Syirik Akbar
Pertama, Syirik dalam hal doa. Yaitu perbuatan memanjatkan permohonan
kepada selain Allah di samping kepada Allah. Allah ta’ala berfirman,
فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ
“Apabila mereka menaiki kapal (dan terombang- ambing di tengah samudera)
maka mereka pun berdoa kepada Allah dengan ikhlas (tidak syirik sebagaimana
ketika dalam kondisi tentram di darat). Kemudian tatkala Kami selamatkan mereka
ke daratan maka merekapun berbuat syirik.” (QS. Al ‘Ankabuut: 65)
Termasuk kategori syirik ini adalah meminta perlindungan (isti’adzah)
kepada selain Allah dalam perkara yang hanya dapat dilakukan oleh Allah,
meminta pertolongan (isti’anah) kepada selain Allah, meminta dihilangkan
bala (istighatsah) kepada selain Allah, dan lain- lain.
Kedua, syirik dalam hal niat dan keinginan. Yaitu melakukan suatu amal ibadah
dengan niat karena selain Allah. Seperti orang yang beramal akhirat semata- mata
untuk meraih keuntungan duniawi. Allah ta’ala berfirman,
مَن كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ
أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لاَ يُبْخَسُونَ أُوْلَـئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ
لَهُمْ فِي الآخِرَةِ إِلاَّ النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُواْ فِيهَا وَبَاطِلٌ
مَّا كَانُواْ يَعْمَلُونَ
“Barang siapa yang mengharapkan kehidupan dunia dan perhiasannya maka Kami
akan penuhi keinginan mereka dengan membalas amal itu di dunia untuk mereka dan
mereka di dunia tidak akan dirugikan. Mereka itulah orang- orang yang tidak
meraih apa- apa ketika di akhirat melainkan siksa neraka dan lenyaplah semua
amal yang mereka perbuat selama di dunia dan sia- sialah segala amal usaha
mereka.” (QS. Huud: 15- 16)
Ketiga, syirik dalam hal ketaatan. Yaitu menaati selain Allah untuk berbuat
durhaka kepada Allah. Seperti contohnya mengikuti para tokoh dalam hal
mengharamkan apa yang dihalalkan Allah atau menghalalkan apa yang diharamkan
Allah. Allah ta’ala berfirman,
اتَّخَذُواْ أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَاباً مِّن دُونِ اللّهِ
وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُواْ إِلاَّ لِيَعْبُدُواْ إِلَـهاً
وَاحِداً لاَّ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Mereka telah menjadikan para pendeta (ahli ilmu) dan rahib (ahli ibadah)
mereka sebagai sesembahan- sesembahan selain Allah, begitu pula (mereka sembah)
Al Masih putra Maryam. Padahal mereka itu tidak disuruh melainkan supaya
menyembah sesembahan yang satu. Tidak ada sesembahan yang hak selain Dia, Maha
suci Dia (Allah) dari segala bentuk perbutan syirik yang mereka lakukan.” (QS.
At Taubah: 31)
Keempat, syirik dalam hal kecintaan. Yaitu mensejajarkan selain Allah dengan
Allah dalam hal kecintaan. Allah ta’ala berfirman,
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللّهِ أَندَاداً يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ
اللّهِ وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَشَدُّ حُبّاً لِّلّهِ
“Dan di antara manusia ada orang yang mengangkat sekutu- sekutu selain Allah
yang mereka cintai sebagaimana kecintaan mereka kepada Allah.” (QS. Al
Baqarah: 165)
Kalau mensejajarkan saja sudah begitu besar dosanya, lalu bagaimana lagi jika
seseorang justru lebih mencintai pujaannya lebih dalam daripada kecintaannya
kepada Allah? Lalu bagaimana lagi orang yang sama sekali tidak menaruh rasa
cinta kepada Allah?! Laa haula wa laa quwwata illa billaah (lihat At
Tauhid li Shaffits- Tsaalits Al ‘Aali, hal. 10- 11)
Syirik Ashghar
Syirik ashghar (kecil) yaitu perbuatan atau keyakinan yang mengurangi
keutuhan tauhid. Apabila seseorang terjerumus di dalamnya maka dia menanggung
dosa yang sangat besar, bahkan dosa besar yang terbesar di bawah tingkatan
syirik akbar dan di atas dosa- dosa besar lain seperti mencuri dan berzina.
Namun orang yang melakukannya tidak sampai keluar dari Islam, tapi hampir- hampir
saja keluar. Dan apabila meninggal dalam keadaan berbuat syirik ashghar ini
maka pelakunya termasuk orang yang diancam tidak diampuni dosanya dan terancam
dijatuhi siksa di neraka, meskipun tidak akan kekal di sana. Syirik
ashghar ini terbagi menjadi syirik zhahir (tampak)
dan syirik khafi (tersembunyi/samar).
Pertama, syirik zhahir. Jenis ini meliputi ucapan dan perbuatan
fisik yang menjadi sarana menuju syirik akbar. Bisa juga diartikan dengan
ucapan dan perbuatan yang disebut sebagai syirik oleh dalil- dalil syariat akan
tetapi tidak mencapai tingkatan tandid/persekutuan secara mutlak. Contohnya
adalah bersumpah dengan menggunakan selain nama Allah. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang bersumpah
dengan menyebut selain nama Allah maka dia telah kafir atau berbuat syirik.” (HR.
Tirmidzi, beliau (Tirmidzi) menghasankannya, dan dishahihkan juga oleh Al
Hakim). Contoh lainnya adalah mengatakan,
مَا شَاءَ اللهُ ثًمَّ شِئْتَ
“Apa pun yang Allah kehendaki dan yang kamu inginkan.”
Ketika ada seseorang yang mengatakan ucapan itu kepada beliau, maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam marah dan
bersabda, “Apakah engkau hendak menjadikan aku sebagai sekutu bagi
Allah?! Katakanlah Apa pun yang Allah kehendaki, cukup itu saja.” (HR.
Nasa’i)
Atau mengatakan, “Seandainya bukan karena dokter maka saya tidak akan
sembuh”, dan lain sebagainya. Adapun yang berupa perbuatan fisik ialah
seperti memakai jimat untuk tolak bala apabila meyakininya sebagai sebab
perantara saja untuk mewujudkan keinginannya. Akan tetapi jika dia meyakininya
sebagai faktor utama penentu tercapainya tujuan maka status perbuatan itu
berubah menjadi syirik akbar dan mengeluarkan pelakunya dari lingkaran Islam.
Kedua, Syirik kafi (tersembunyi). Jenis ini terletak di dalam
gerak- gerik hati manusia. Ia dapat berujud rasa ingin dilihat dan menginginkan
pujian orang dalam beramal (riya’) atau ingin didengar (sum’ah).
Seperti contohnya: membagus- baguskan gerakan atau bacaan shalat karena
mengetahui ada orang yang memperhatikannya. Contoh lainnya adalah bersedekah
karena ingin dipuji, berjihad karena ingin dijuluki pemberani, membaca Quran
karena ingin disebut Qari’, mengajarkan ilmu karena ingin disebut sebagi ‘Alim,
dan lain- lain. Dengan catatan dia masih mengharapkan keridhaan Allah dari
perbuatannya itu. Amal yang tercampuri syirik semacam ini tidak akan diterima
oleh Allah. Dan apabila ternyata dia hanya mencari tujuan- tujuan hina itu maka
perbuatan yang secara lahir berupa amal shalih itu telah berubah menjadi syirik
akbar, sebagaimana halnya riya’ yang dimiliki oleh orang munafik.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda yang
artinya, “Sesuatu yang paling aku khawatirkan menimpa kalian adalah
syirik kecil”. Maka beliau pun ditanya tentangnya. Sehingga beliau menjawab,
“Yaitu riya’/ingin dilihat dan dipuji orang.” (HR. Ahmad, dishahihkan
Al Albani dalam Ash Shahihah no. 951 dan Shahihul
Jami’ no. 1551). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
yang artinya, “Binasalah hamba dinar, hamba dirham, hamba Khamishah,
hamba Khamilah. Jika dia diberi maka dia senang tapi kalau tidak diberi maka
dia murka. Binasalah dan rugilah dia…” (HR. Bukhari) (lihat At
Tauhid li Shaffits Tsalits Al ‘Aali, hal. 11- 12).
Cara- Cara untuk Membentengi Diri dari Syirik
- Mengikhlaskan ibadah hanya untuk Allah ‘azza wa jalla dengan
senantiasa berupaya memurnikan tauhid.
- Menuntut ilmu syar’i.
- Mengenali dampak kesyirikan dan menyadari bahwasanya syirik itu
akan menghantarkan pelakunya kekal di dalam Jahanam dan menghapuskan amal
kebaikan.
- Menyadari bahwasanya syirik akbar tidak akan diampuni oleh
Allah.
- Tidak berteman dengan orang- orang yang bodoh yang hanyut dalam
berbagai bentuk kesyirikan.
Maka berhati- hatilah
saudaraku dari syirik dengan seluruh macamnya, dan ketahuilah bahwasanya syirik
itu bisa berbentuk ucapan, perbuatan dan keyakinan. Terkadang satu kata saja
bisa menghancurkan kehidupan dunia dan akhirat seseorang dalam keadaan dia
tidak menyadarinya. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah
kalian tahu apa yang difirmankan Rabb kalian?” Mereka (para sahabat)
mengatakan, “Allah dan Rasul- Nya lebih tahu”. Beliau bersabda, “Pada pagi hari
ini ada di antara hamba- Ku yang beriman dan ada yang kafir kepada- Ku. Orang
yang berkata, ‘Kami telah mendapatkan anugerah hujan berkat keutamaan Allah dan
rahmat- Nya maka itulah yang beriman kepada- Ku dan kafir terhadap bintang.
Adapun orang yang berkata, ‘Kami mendapatkan curahan hujan karena rasi bintang
ini atau itu, maka itulah orang yang kafir kepada- Ku dan beriman kepada
bintang.’” (Muttafaq ‘alaih) (lihat sebuah buku kecil berjudul ‘Isyruuna
‘uqbatan fii Thariiqil Muslim).
Buku- Buku Tentang Tauhid dan Syirik
Para pembaca yang budiman bisa mengkaji lebih dalam lagi tentang hakikat
tauhid dan syirik berdasarkan dalil- dalil Al Quran maupun Al Hadits beserta
keterangan dari para ulama yang terpercaya melalui buku- buku atau kitab- kitab
berikut ini:
- Tsalatsatul Ushul (Tiga Landasan Utama) karya Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah
- Qawa’idul Arba’ (Empat Kaidah Penting) karya Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah
- Kitab Tauhid Alladzi Huwa Haqqullahi ‘Alal ‘Abiid karya
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah
- Kasyfu Syubuhaat karya Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab rahimahullah
Kitab Tauhid 1, 2 dan 3 karya Syaikh Shalih Al Fauzan
dan para ulama lainnya
- Dalaa’ilut Tauhid (50 tanya jawab akidah) karya
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah
- Tanbihaat Muhtasharah Syarh Al Wajibaat (Penjelasan
hal- hal yang harus diketahui oleh setiap muslim dan muslimah) karya Syaikh
Ibrahim bin Syaikh Shalih Al Khuraishi
- Syarah Tsalatsatul Ushul (Penjelasan Tiga Landasan
Utama) karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah
- Hasyiyah Tsalatsatul Ushul karya Syaikh Abdurrahman
bin Qasim Al Hanbali An Najdi rahimahullah
- Taisirul Wushul ila Nailil Ma’muul karya Syaikh
Nu’man bin Abdul Karim Al Watr
- Hushulul Ma’mul bi Syarhi Tsalatsatil Ushul karya
Syaikh Abdullah bin Shalih Al Fauzan
- Thariqul Wushul ila Idhaahi Tsalatsatil Ushul karya
Syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi Al Madkhali hafizhahullah
- Syarah Kitab Tsalatsatul Ushul karya Syaikh Shalih
bin Abdul ‘Aziz Alusy Syaikh hafizhahullah
- Syarah Qawa’idul Arba’ karya Syaikh Shalih bin Abdul
‘Aziz Alusy Syaikh
- Fathul Majid Syarah Kitab Tauhid (Membongkar akar
kesyirikan) karya Syaikh Abdurrahman bin Hasan rahimahullah
- Qaulus Sadid fi Maqashidi Tauhid (Penjabaran
sistematik kitab tauhid) karya Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah
- Qaulul Mufid Syarah Kitab Tauhid karya Syaikh
Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah
- Ibthalut Tandiid bi Ikhtishaari Syarhi Kitabit Tauhid karya
Syaikh Hamad bin ‘Atiq rahimahullah
- Al Mulakhkhash fi Syarhi Kitabit Tauhid karya DR.
Shalih bin Fauzan Al Fauzan hafizhahullah
- Al Jadid fi Syarhi Kitabit Tauhid (Cara mudah
memahami tauhid) karya Syaikh Muhammad bin Abdul ‘Aziz Al Qar’awi
- At Tamhid li Syarhi Kitabit Tauhid karya Syaikh
Shalih bin Abul ‘Aziz Alusy Syaikh hafizhahullah
- Syarah Kasyfu Syubuhaat karya Syaikh Shalih Al
Fauzan
- Syarah Kasfyu Syubuhaat karya Syaikh Muhammad bin
Shalih Al ‘Utsaimin
- Syarah Kasyfu Syubuhaat karya Syaikh Shalih bin
Abdul ‘Aziz Alusy Syaikh
- At Taudhihaat Al Kasyifaat ‘ala Kasfi Syubuhaat karya
Syaikh Muhammad bin Abdullah bin Shalih Al Habdan
- Ad Dalaa’il wal Isyaraat ‘ala Kasyfi Subuhaat karya
Syaikh Shalih bin Muhammad Al Asmari
- Minhaaj Al Firqah An Najiyah karya Syaikh Muhammad
bin Jamil Zainu
- Kitab ‘Aqidah Ath Thahawiyah karya Imam Abu Ja’far
Ath Thahawi rahimahullah
- Syarah ‘Aqidah Thahawiyah karya Imam Ibnu Abil ‘Izz
Al Hanafi rahimahullah
- ‘Aqidah Thahawiyah Syarh wa Ta’liq karya Syaikh Al
Albani rahimahullah
- Ta’liq ‘Aqidah Thahawiyah karya Syaikh Shalih Al
Fauzan
- Al Minhah Al Ilahiyah fi Tahdzib Syarh Thahawiyah karya
Syaikh Abdul Akhir Hammad Al Ghunaimi
- Dan lain- lain
Memurnikan Tauhid dari
Kotoran Syirik
Syaikh Abdurrahman bin
Hasan mengatakan bahwa makna merealisasikan tauhid ialah memurnikannya dari
kotoran- kotoran syirik, bid’ah dan maksiat (lihat Ibthaalu Tandiid hal.
28) Sehingga untuk bisa merealisasikan tauhid seorang muslim harus:
- Meninggalkan syirik dalam semua jenisnya: Syirik akbar, syirik
ashghar, dan syirik khafi.
- Meninggalkan seluruh bentuk bid’ah.
- Meninggalkan seluruh bentuk maksiat. (At Tamhiid, hal.
33)
Tauhid benar- benar akan
terrealisasi pada diri seseorang apabila di dalam dirinya terkumpul tiga
perkara, yaitu:
- Ilmu, karena tidak mungkin seseorang mewujudkan sesuatu yang
tidak diketahuinya. Allah berfirman yang artinya, “Ketahuilah, bahwa
sesungguhnya tidak ada sesembahan yang hak selain Allah.” (QS.
Muhammad: 19)
- Keyakinan (I’tiqad). Karena orang yang mengetahui tauhid
tanpa meyakininya adalah orang yang sombong. Maka orang seperti ini tidak akan
bisa merealisasikan tauhid. Hal itu sebagaimana keadaan orang musyrikin Quraisy
yang paham makna tauhid tapi justru menolaknya, sebagaimana dikisahkan oleh
Allah di dalam ayat- Nya yang artinya, “(mereka berkata) Apakah dia
(Muhammad) akan menjadikan tuhan- tuhan yang banyak itu menjadi satu sesembahan
saja. Sungguh, ini adalah perkara yang sangat mengherankan !” (QS.
Shaad: 5)
- Ketundukan terhadap aturan (Inqiyad). Orang yang telah
mengetahui hakikat tauhid dan meyakininya akan tetapi tidak mau tunduk terhadap
konsekuensinya bukanlah orang yang merealisasikan tauhid. (lihat Al
Qaul Al Mufid ‘ala Kitab At Tauhid, jilid 1 hal. 55).
Balasan Bagi Orang yang
Bersih Tauhidnya
Allah ta’ala berfirman,
الَّذِينَ آمَنُواْ وَلَمْ يَلْبِسُواْ إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ أُوْلَـئِكَ لَهُمُ
الأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ
“Orang- orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan
kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah
orang- orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al An’aam: 82)
Syaikh Hamad bin ‘Atiq rahimahullah mengatakan, “Mereka
itu adalah orang- orang yang mentauhidkan Allah dan tidak menodai tauhidnya
dengan kesyirikan. Mereka itulah yang mendapatkan keamanan. Sedangkan keamanan
itu ada dua macam (1) keamanan mutlak dan (2) keamanan muqayyad/tidak mutlak.
Yang pertama itu ialah keamanan dari tertimpa azab. Keamanan ini diperuntukkan
bagi orang yang meninggal di atas tauhid dan tidak terus menerus berkubang
dalam dosa- dosa besar. Adapun yang kedua berlaku bagi orang yang meninggal di
atas tauhid akan tetapi dia masih dalam keadaan berkubang dalam dosa- dosa
besar. Maka dia akan memperoleh keamanan dari hukuman kekal di dalam neraka.” (Ibthalu
Tandiid, hal. 19).
Semoga Allah ‘azza wa jalla menjadikan kita termasuk di antara hamba- hamba- Nya
yang benar- benar memurnikan tauhid dari sampah- sampah syirik. Alhamdulillaahi
Rabbil ‘aalamiin.
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentarnya jika ada link mati harap lapor. jazakumullah