Jumat, 11 April 2025

Gelar Habib, Murni untuk dakwah atau cuma modus?

Mukadimah :

“Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya.” (QS. Al Mukminun:101)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berdiri dan berseru, “Wahai kaum Quraisy selamatkanlah jiwa kalian! sesungguhnya aku tidak bisa menolong kalian dari ancaman Allah. Wahai bani Abdu Manaf, aku sama sekali tidak bisa menolong kalian dari ancaman Allah. Wahai Abbas bin Abdilmutthalib, aku tidak bisa menolongmu dari ancaman Allah. Wahai Sofiyah bibinya Rasululllah, aku sama sekali tidak bisa menolongmu dari ancaman Allah. Wahai Fatimah putri Muhammad, mintalah kepadaku apa yang engkau kehendaki dari hartaku, aku sama sekali tidak bisa menolongmu dari ancaman Allah.” (HR. Al-Bukhari no 4771).

Penjelasan

Ayat dan hadits diatas menunjukan betapa nasab tidak menjamin nasib. Betapa orang ngaku ngaku keturunan nabi dll tidak menjamin dia masuk surga atau selamat dari siksa. 

Syafaat nabi pun atas kehendak Allah swt bukan murni keinginan nabi muhammad saw sendiri. Karena beliau memang nabi dan rasul yang diistimewakan sehingga bisa memberikan sedikit pertolongan kepada umatnya yang kesulitan di hari pembalasan. 

Suatu hari cucu Nabi yang amat sholeh dan rendah hati, Imam Ali Zainal Abidin yang populer dipanggil "As-Sajjad" (Ahli sujud/ibadah) tampak sedang berduka. Ia seperti sedang memikirkan sesuatu yang menggelisahkan hatinya. Pipinya basah oleh air mata yang tak terbendung. Temannya mengatakan, "Wahai, putra Husein yang mulia, cucu Ali bin Abi Thalib yang mulia dan cicit Nabi Muhammad, utusan Allah yang amat mulia, mengapa engkau berduka?"

As-Sajjad menjawab, "Saudaraku, tolong jangan bawa-bawa ayah, ibu dan kakekku. Aku sedang memikirkan masa depanku sendiri, aku akan tinggal di mana sesudah aku meninggalkan dunia ini. Apakah aku akan selamat atau tidak? Ingatlah, di akhirat kelak tak ada lagi hubungan nasab atau keturunan yang bisa menyelamatkan seseorang, kecuali amal sholehnya masing-masing."

Contoh lain yang jelas adalah kisah kan'an putra nabi nuh yang menolak naik bahtera dan menolak dakwah nabi nuh memilih binasa hanyut dengan orang orang kafir. Itu bukti nasab memang tidak pernah menjamin takdir seseorang baik dan buruk. Karena kemuliaan hanya bisa didapat dengan usaha dan ketakwaan bukan karena keturunan.

Coba anda simak sendiri di media berita atau media internet tentang ceramah habib habib yang isinya bukan dakwah tapi kebanyakan malah menyeru kepada kesyirikan tahayul dan kurafat atau mitos mitos yang tidak ada menjadi sebuah kepercayaan bagi pengikutnya.

Habib2 di indonesia juga tidak jelas kebenarannya ada yang ngaku aku saja supaya mendapatkan gelar di mata masyarakat dengan begitu dia menjadi bak raja dihadapan masyarakat disanjung dan dipuja puja yang menentang disikat begitu saja. Tanpa memandang baik buruk dari sisi agama. apakah ini yang dinamakan berjualan agama?

Kemudian kedua mereka ada yang bukan keturunan nabi ngaku aku untuk melakukan modus duniawi memperkaya diri dan sebagainya bukankah itu dosa besar karena mengatasnamakan nabi untuk keuntungan pribadi?

Salah satu ceramah ceramah mereka yang kontroversil adalah mampu memadamkan api neraka, padahal rasulullah sendiri bahkan malaikat tidak mampu melakukannya. ada pula yang mampu katam quran tiap hari 360 ribu kali artinya per 4 detik dia bisa hatam quran mahluk apa yang bisa melakukannya? baca surat alikhlas dengan tartil dan benar saja bisa habis 60 detik. ada yang ngaku bisa melihat siapa penghuni surga dan neraka padahal dia masih hidup didunia padahal itu jelas perkara gaib. sedangkan hal gaib tidak akan pernah nampak dialam dunia bagaimanapun saktinya dan berilmunya manusia karena selama nyawa masih didalam jasad manusia hanya mampu melihat dan interaksi dengan dunia fana. karena ahirat adalah masa depan jauh setelah hari kiamat. bagaimana mungkin dia ngaku tau siapa penghuni surga dan neraka seperti tuhan saja. 

ada yang mengaku lap keringat bekas tisunya dijual laku 200 juta. Naudzubillah dari bahasanya jelas modus mencari kekayaan dan gelar dimata masyarakat saja para pendusta agama bukan ulama bukan orang berilmu tapi mereka mendapatkan gelar lebih tinggi dari mereka yang alim, karena modal gelar habib palsu yang jika ditelisik tidak ada kaitannya dengan nasab nabi muhammad saw. Jelas mereka diantaranya adalah kebanyakan pendusta agama doyan jualan agama. gila kekuasaan cari duit dengan cara cara bulus menipu dengan atas nama agama. 

demi menyelamatkan akidah umat marilah kita waspadai ulama atau orang orang jahat yang modus mencari keuntungan pribadi dengan berjualan agama ini. karena mereka sesat dan menyesatkan. semoga kita terlindungi dari hal hal demikian karena merusak akidah tauhid yang benar.